6

41 9 0
                                    

Setelah diriku sampai dirumah, aku bergegas langsung mengganti baju seragamku yang sedikit dibanjur basah oleh hujan. Juga aku menemui nenek untuk cerita apa yang terjadi hari ini disekolah seperti biasanya.

Fareza Ghassan, dia itu berjiwa kepemimpinan menurutku, pantas dia jadi ketua kelas ditambah dipercayai sebagai Ketua OSIS disekolah. Memang wajahnya terlihat Tampan dan mudah mengikat hati Wanita. Di kelas dia memang Pintar, Tapi sayangnya perilaku Dingin yang dibenci oleh Wanita lain. Dalam hal Olahraga, menurutku dia memang Multi Talent seperti Raisa.
Tapi, apa benar dia kekasih Raisa? Atau ah apa sih? Kok aku kepikiran kaya gitu ya, sudahlah lupakan dan fokus pada pelajaran esok.

Harum makanan tercium sampai kamarku, Nenek pasti sudah menyiapkan makan malam di meja. Terkadang aku malu, sudah 'numpang' tapi tak pernah membuat Nenek senang. Tapi, ketika nanti, aku akan merubah semuanya termasuk kebahagiaan Nenek.

"Vira! Ayo sini! Makan malamnya sudah siap, nanti dingin loh!"

Sudah kuduga Nenek pasti seperti itu,

"Iya Nek, Aku kesana sekarang."

Kubuka pintu kamarku dan terlihat Wanita paruh baya yang duduk menunggu cucunya untuk makan malam bersama.

"Ra, kamu besok liburkan? Apa kamu mau menemani Nenek untuk mengunjungi Makam Kakek?"

"Iya, aku mau kok."

"Yasudah habiskan makanmu, nenek akan sholat Isya dulu, Nenek ngantuk."

Apa yang terjadi dengan Nenek? Apa dia kenapa-napa? Semoga Nenek sehat selalu. Aku masih terdiam di meja Makan, teringat kebersamaan di meja makan dengan Ayah juga Ibu. Kapan aku bisa seperti itu lagi? Ya Allah, kapan aku bisa bertemu dengannya lagi? Jujur aku rindu mereka, Tetapkanlah mereka dijalanMu Ya Allah ....
Tawa mereka yang membuatku bahagia, dengan masakan buatan Ibu, juga Cerita-cerita Ayah yang membuatku selalu tertawa bahagia.
Selepas makan aku bergegas dan menunaikan shalat Isya, setelah itu seperti biasanya, aku menulis di diary biruku.

'Malam Diaryku, malam bintang-bintang dan bulan, juga senyuman Ayah dan Ibu.
Entah apa yang membuatku menulismu pada malam hari, padahal buku ini selalu kubawa kemanapun tas itu kubawa, tapi jujur aku lebih suka pada malam, dimana bintang, bulan, dan cahaya lampu yang menemaniku malam ini. Senangnya hatiku memiliki teman baru, Raisa, juga Reza. Keduanya mungkin pasangan, tapi entah apa yang aku rasakan saat ini, apa aku jatuh pada pandangan pertama? Apa itu? Hah Itu tak mungkin. Sudahlah aku mulai mengantuk malam ini, bye semua, aku harap aku bertemu dengan Ayah dan Ibu.'

***

Esoknya Nenek yang membangunkanku dari tidur, langsung aku bergegas bangun ke kamar mandi untuk mandi. Kali ini, aku yang menyiapkan hidangan untuk sarapan, ya meskipun aku hanya bisa masak yang mudah-mudah saja, Hidangan pun siap disaji dan beberapa menit kemudian habis. Nenek sudah siap begitupun Aku, Aku akan menemani Nenek untuk berkunjung ke Makam Kakek, memang Makam Kakek lumayan jauh dari Rumah, Kami harus menaiki angkutan Umum untuk sampai disana, itupun termasuk Tempat Pemakaman Umum. Setelah tiba, kami berjalan melewati Makam lainnya, sampai tak kusadari aku merusak rumput pada suatu makam bayi, Makamnya memang sudah terlihat tak terawat. Sementara itu aku izin pada Nenek untuk membersihkan makam bayi ini.

"Sungguh malang nasibmu nak, takdir memang Kuasa Allah." Gumamku dalam hati.

Tentu saja Nenek mengizinkanku, Aku bersihkan Batu nisannya memakai lap yang tadi Nenek Bawa, sungguh Aku terkejut bukan main, terlihat Nama batu itu, Faza Mumtaz, tetesan Air mata turun begitu saja dipipiku.

*
"Bu, bolehkah Aku yang memberi nama untuknya?"

"Silahkan Vira, asalkan namanya yang baik ya...."

"Bagaimana jikalau namanya Faza yang artinya kemenangan, sedangkan akhirannya memakai Mumtaz yang berarti Sempurna, ya meskipun Kesempurnaan hanya Milik Allah."

"Kalo Ibu setuju, semoga Ayah pun begitu ya...."

Nama itu, semoga menjadi Do'a baginya juga keluarga, lelaki kelahiran 11-11-11, memang unik tanggalnya, mungkin itu akan menjadi keberkahan dalam keluarga.

*
Tak terasa Air mata ini kian menerbu, aku menangis terisak hingga Nenek mendengarnya.

"Vira, kamu kenapa?"

"Nek, ini Faza Nek, Ini makam Adikku."

"Adikmu? Kau punya Adik?"

"Aku belum sempat bercerita semua tentang diriku pada Nenek, Maaf Nek."

"Yasudah, setelah dibersihkan kita berdo'a pada Kakek juga Adikmu, semoga tetap dilindungi Allah ya."

"Aaamiiin."

Tak lupa, Aku langsung bertanya pada penjaga disini, ya Memang Adikku dimakamkan disana, tapi sudah 2 bulan ini tidak ada yang mengunjunginya. Tempat sewa pun belum dibayar sampai bulan ini. Adikku ... sabar ya dek, kaka akan selalu mengunjungimu setiap kali kaka bisa.

Antara Sepi Dan SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang