66

3.2K 209 15
                                    

Zhan Ruo memacu kudanya. Ada banyak prajurit dibelakangnya. Ia telah menggunakan baju perang. Bersiap untuk berperang bersama para prajuritnya. Ia memacu kudanya lebih cepat menuju daerah perbatasan. Daerah perbatasan yang telah diketahui oleh Que sebagai daerah eksekusi Zhan Ruo.

Ru Gie memacu kudanya dengan cepat. Ia memilih jalur yang berbeda dengan Zhan Ruo. "Kalian! Pergi ikuti jalur ini menuju perbatasan" ucap Ru Gie menyuruh beberapa prajurit dibelakangnya. Ia mengarahkan kudanya ke tempat yang berbeda.

'Wush' anak panah berjatuhan melukai para prajurit milik Zhan Ruo. Zhan Ruo segera menggerakkan pedangnya menghalau anak panah yang menuju ke arahnya dengan tiba-tiba. "Siapa itu?" ucap Zhan Ruo lantang. Beberapa wanita bercadar turun dari atas pohon. "Kami pembunuh dari bunga indah" ucap salah seorang wanita itu dan segera mengeluarkan pedangnya.

Mereka semua bertarung dengan sangat sengit. Ru Gie semakin cepat memacu kudanya. Ia memegang perutnya yang terus menerus terhentak. "Sabarlah sebentar lagi" ucap Ru Gie. Ia menarik tali kekang kudanya. Melihat beberapa prajurit bertarung dengan tiga pembunuh dari rumah bordir bunga indah.

Ru Gie segera melompat dari kudanya. Menggerakkan tanggannya. Membuat jarum es dan menusukkannya ke seluruh pemanahan dari balik pohon. Beberapa tubuh yang telah menjadi mayat berjatuhan dari atas pohon. "Siapa itu?!!" Ucap salah seorang dari tiga pembunuh itu. Ru Gie berdiri di hadapan mereka semua. "Wah wah wah.. ternyata para pembunuh handal" ucap Ru Gie bertepuk tangan. Mereka semua terlihat ketakutan saat melihat siapa yang berada di hadapannya. "Ada apa? Bukankah kalian ingin membunuh Kaisar Negeri Gui?" Ucap Ru Gie melangkah maju. Mereka semua mundur selangkah. "Aku tak tau ini benar atau tidak. Namun, jika master tidak menyuruh kalian. Maka akan ku pastikan kalian mati ditangan ku" ucap Ru Gie mengeluarkan pedangnya. "Kau telah menghianati kami! Kau pantas untuk dibunuh!!" Ucap salah satu dari mereka mencoba membangkitkan semangat, mereka segera menyerang Ru Gie bersamaan.

Ru Gie dan Zhan Ruo segera menahan mereka bertiga. "Mengapa kau ada disini?!" Ucap Zhan Ruo kesal."Aku rasa suamiku dalam bahaya. Sebagai istri maka aku harus menjaganya" ucap Ru Gie sambil menahan serangan dari musuhnya. "Kau sedang hamil! Bagaimana jika terjadi sesuatu?" Ucap Zhan Ruo semakin kesal. Ia menggerakkan pedangnya menyerang balik para pembunuh itu. "Aku rasa kau melupakan sesuatu Zhan Ruo" ucap Ru Gie sinis dan segera menyerang para pembunuh itu. Ia menggerakkan tangan dan pedangnya. Membuat beberapa jarum es untuk melukai mereka semua. "Apa maksud mu?" Ucap Zhan Ruo tak mengerti. Ru Gie menggerakkan kedua tanggannya. Ia membuat hujan jarum es. Para pembunuh itu mati dengan tusukan jarum ke arah mereka. "Kalian tak sebanding dengan ku" ucap Ru Gie dan segera menyelesaikan pertarungannya. Zhan Ruo memegang tangan Ru Gie. "Apa yang sebenarnya kau katakan?" Ucap Zhan Ruo melembut. Ru Gie tersenyum sinis "Jika kau membohongi ku, maka kita bukan lagi suami istri" ucap Ru Gie memberikan pedangnya pada Zhan Ruo. "Aku telah membawa beberapa prajurit ke arah perbatasan. Anda bisa melanjutkan perjalanan anda Yang Mulia" ucap Ru Gie dan berjalan pergi.

Namun kakinya terhenti. Ia merasakan sesuatu yang sakit di perutnya Ia memegang perutnya "Ahhh" Ru Gie menjerit kesakitan. Kakinya bagaikan lumpuh. Zhan Ruo segera berlari ke arah Ru Gie. "Istriku" ucap Zhan Ruo. "Xio Nu. Aku serahkan padamu. Aku akan kembali ke istana" ucap Zhan Ruo membawa Ru Gie ke atas kudanya. Ru Gie merintih kesakitan. Ia mencengkram baju perang Zhan Ruo. "Ini... sakit... ahhh" Ru Gie mengeram. "Bertahanlah.. bertahanlah, aku berjanji tak akan membohongi mu lagi" ucap Zhan Ruo semakin cepat memacu kudanya.

Setibanya di istana. Zhan Ruo menunggu di luar kamar Ru Gie dengan gelisah. Tabib masih di dalam membantu persalinan Ru Gie. Hari semakin gelap namun tak ada tanda-tanda apapun. Suara tangisan bayi terdengar. Ada senyum di wajah Zhan Ruo. Lio Ban keluar membawa seorang bayi mungil dipelukannya. "Yang Mulia... ini seorang putra mahkota" ucap Lio Ban senang. Zhan Ruo segera mengambil anak itu. Menaruhnya di gendongannya. "Putra mahkota kerajaan Gui telah lahir!" Ucap Zhan Ruo bangga. Semua orang membungkuk mengucapkan selamat. Zhan Ruo mengembalikan bayi itu ke gendongan Lio Ban ia segera berlari ke dalam. Ia ingin melihat istrinya. Zhan Ruo duduk disamping ranjang. Ia memegang tangan Ru Gie. "Bagaimana?" Ucap Ru Gie lemah. "Seorang putra mahkota yang sangat tampan" ucap Zhan Ruo. Ru Gie tersenyum. "Terimakasih istriku" ucap Zhan Ruo dan mengecup kening Ru Gie. Ia segera pergi.

Beberapa hari telah berlalu. Ru Gie menatap bayi dalam gendongannya. Bayi yang sangat tampan dan sangat mungil. Ru Gie tersenyum sambil bersenandung. Ia mengelus wajah bayi itu "Anak ku... jadilah anak yang baik. Jadilah seorang pria tampan dan gagah. Jadilah seorang kaisar yang bijaksana" ucap Ru Gie mengelus anaknya itu. "Selamanya ibu mencintaimu" ucap Ru Gie mengecup kening bayinya itu. Ada air mata yang menetes di pipinya. "Ingatlah... bahwa kau adalah keturunan dari seorang pembunuh terkenal" ucap Ru Gie menyelipkan sebuah surat dibalik gendongan anaknya itu.

Ru Gie membaca sebuah surat di atas mejanya. Ia meremas surat itu dengan kesal. Ru Gie menatap sekilas ke arah bayinya. Ia melepaskan liontin inti api dan memakaikan pada bayinya. Ru Gie telah mendapatkan surat semenjak kelahiran bayinya. Semua surat itu berisikan ancaman. Ru Gie segera menggunakan baju ninjanya. Ia menaruh bayinya di atas kasur. Tubuhnya segera meloncat keluar jendela.

Tangisan putra mahkota membuat semua pelayan ragu. Lio Ban bergerak gelisah di depan pintu kamar Ru Gie. Tak ada yang berani masuk ke dalam kamar itu. Namun sudah sangat lama putra mahkota masih menangis. Lio Ban merasakan sesuatu yang salah. Zhan Ruo melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia segera membuka pintu kamar Ru Gie. Tak ada siapapun. Hanya ada selembar surat di atas meja dan putra mahkota di atas ranjang. Lio Ban segera menggendong putra mahkota. Mencoba menghentikan tangisan putra mahkota yang telah kehilangan ibunya. "Pergi! Cari ratu sekarang juga!!" Ucap Zhan Ruo kesal. Ia mengambil surat di meja itu.

Zhan Ruo membacanya dengan perlahan. Sebulir air mata jatuh membasahi kertas ditanggannya. Zhan Ruo terduduk pilu. Ia sangat mencintai Ru Gie. Namun kini pilihan mereka telah berbeda.

'Untuk Rajaku Zhan Ruo.

Terimakasih telah membuat wanita penghibur ini merasakan cinta yang sesungguhnya. Terimakasih telah membiarkan wanita rendahan ini berada diatas tahta tertinggi. Terimakasih telah membawa sebuah keajaiban kecil dalam hidup kelam ini. Tolong jaga anak kita. Maafkan aku, namun ini adalah perjanjiannya. Setelah putra mahkota lahir maka aku akan kembali ke rumah bordir bunga indah. Aku harap kau tak datang mencariku. Karena setelah semua hal yang kita lalui bersama. Pada akhirnya kau membohongiku. Aku harap tak akan ada lagi ikatan antara kita.'

Zhan Ruo berteriak kencang. Ia tak bisa melepaskan Ru Gie begitu saja. "Maafkan aku. Maafkan aku. Aku mohon maafkan aku" ucap Zhan Ruo pilu. Ia meremas surat itu. Ada kemarahan dan sesal di matanya. Namun bahkan kini ia tak dapat menggapai wanitanya kembali. "Siapkan kuda! Kita akan pergi ke rumah bordir bunga indah" ucap Zhan Ruo lantang

Bloody Empress (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang