[ I ]
-Rencana Bencana-
"Terkadang pendirian sekokoh bajapun tak akan bisa menghancurkan takdir Tuhan."
'Lady Jadelyn Hill'
LADY bergaun biru laut itu berjalan cepat setengah berlari, tanpa menghiraukan napasnya yang terengah tak beraturan. Tangannya menggenggam sedikit bagian gaunnya yang menyebalkan itu untuk memudahkan langkahnya. Sesekali juga ia menabrak pelayan, hanya tersenyum sedikit lalu meminta maaf kemudian meneruskan kembali. Inilah yang terjadi jika ia sedang panik dan tak ada yang bisa mencegahnya, tak menghiraukan lagi tata krama apalagi keanggunan. Urusan akan diceramahi panjang lebar adalah hal yang bisa diurus belakangan, karena alasannya jauh lebih penting bahkan genting.
Bibir cerinya dibuatnya cemberut dan jika sudah begitu, bisa ditebak jika dia sedang bersumpah serapah dalam hatinya. Mata biru beningnya menembus tajam kearah pintu kayu ruangan kerja ayahnya, Earl of Greenhill.
Beberapa pilar dan lorong sudah ia lewati, namun rasanya lama sekali untuk menemui pria kesayangannya itu. Sudah tak sabar ingin segera bicara untuk meluapkan segalanya.
Tepat didepan pintu ruangan kerja ayahnya, ia menarik kasar gagang pintu dan segera masuk tanpa mengetuk. Dan benar saja orang yang ingin ditemuinya langsung terlihat disudut ruangan itu. Dengan sebuah buku tebal dimeja, sedang konsentrasi membaca sebelum pintu terbuka dengan dorongan dahsyat darinya.
Saat mendengar suara pintu yang didorong kasar, tentu saja konsentrasi sang Earl terpecah. Pria tua berkumis keabuan itu sontak terperanjat namun enggan menoleh, hanya mengernyitkan kening. Tentu dia tidak heran siapa pelakunya, ia terlalu hapal dengan kelakuan putrinya itu. Dan terlebih lagi ia sudah memperkirakan reaksi sang putri setelah mendengar rencana yang dibuat untuk gadis itu.
"Papa!" teriak Jadelyn keras yang sontak memaksa Ayahnya untuk memalingkan wajah kearah sang putri.
"Dimana sopan santunmu Lady Jadelyn Hill?" Earl itu membuka suara untuk memperingatkan putrinya.
"Maaf papa," Jadelyn memelankan suaranya. Ia menyadari kesalahannya barusan, tak mengetuk pintu. Mencoba mengendalikan tubuhnya dengan menarik napas dalam-dalam.
Terdiam sejenak, namun segera sadar setelah mengingat kembali tujuannya untuk menemui sang ayah.
Sebelum ayahnya memberi tanggapan, lady itu sudah menembakkan pertanyaannya. "Tapi papa, apakah benar kau akan menikahkanku dengan Duke of Sylverstone?" kali ini tatapan gadis itu tajam.
"Itu benar," jawab sang ayah singkat namun tatapannya kembali ke buku tebal itu. Jadelyn tahu ayahnya sengaja menghindari tatapannya,"secepatnya." terusnya lagi.
Earl itu memang sudah membuat kesepakatan dengan Duke of Sylverstone. Ia merasa hanya Duke itu yang dapat memberikan perlindungan untuk putrinya saat ini dengan cara menikahkan Jadelyn dengan Duke itu.
Namun jawaban singkat itu justru membuat Jadelyn terperangah, berat tubuhnya seakan menghilang. "Tapi aku tak ingin dan tak akan pernah menikah pa, kau tahu itu." Jadelyn berjalan mendekati ayahnya dengan tatapan yang menanar.
Kini Earl itu mulai menatap putrinya lagi dengan wajah yang mengeras, hal itu yang akan terjadi setiap putrinya mengatakan tak ingin menikah. Sejak kecil gadis itu selalu mengatakan hal yang sama, dia tak ingin meninggalkan ayahnya. Jika impian para lady mengikuti season untuk mendapatkan calon suami yang kaya dan terpandang, jangan harapkan itu dari Jadelyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Empty Heart
Historical FictionJadelyn Hill selalu memiliki cara untuk menolak, menghindar, bahkan mengubah semua hal menjadi sesuai keinginannya. Baginya tidak ada yang dapat memaksanya mengikuti hal yang sama yang dilakukan semua orang. Semua manusia itu bebas. Dan manusia yang...