🎁 Prolog

325 106 154
                                    

Tak usah divote kalo tak dibaca 😊
Komen jika ada typo


Happy reading 💙

Ramainya disini membuat kantin seperti lautan yang dipadatkan oleh air. Kebisingan yang terjadi di setiap sudut kantin tidak membuat semua yang disini terganggu, kecuali para penjual yang mondar-mandir melayani murid yang beli.

Di sekolah Bakti Nusantara yang sangat besar ini, gue duduk sendiri di bangku kantin. Gue melirik kesana-kemari merasa jenuh menunggu seseorang. Ha, iya, gue lupa memperkenalkan diri. Hai, gue Aurora Wyne AR. Semua orang memanggil gue, Rora.

"How long have you been waiting for them?" Tanya seseorang dengan logat barat, duduk di depan Aurora yang baru saja datang.

"Sekitar 7 menit-an," jawab Aurora yang melihat jam tangannya.

Dia Fay, Fay Chéri Xia Baroux. Dia ini sahabat gue satu-satunya orang bule. Dia keturunan China-Prancis. Gue sering memperlihatkan wajahnya yang sangat cantik, netra yang biru jernih, surai rambut coklat kemerahan dan hidung yang mancung mungil. Sangat perfect. Oh, iya, dia orangnya sangat irit bicara.

"Gak usah terlalu diperhatikan, your face is beautiful too," katanya yang selalu begitu. "Belum datang juga?" Tanyanya.

Aurora menggeleng.

"Itu mereka." Aurora membalikkan badan.

Cewek yang rambutnya diikat satu dan menggunakan gelang biru itu namanya Safira Farin Priya. Dia sahabat gue dari SD. Dia itu sangat manis. Dia orangnya sangat mudah beradaptasi. Dan yang dibelakangnya yang sedang tersenyum dengan cogan-cogan itu namanya Syana Adriani Shakila Arseno. Dia itu gak suka dipanggil Ana. Gak tahu alasannya apa. Orangnya sangat ceria, super-super kepo. Diantara kami berempat dia lah yang terlalu aktif. Apalagi kalau dia aktif saat bermain biola, pasti semakin banyak cogan yang suka sama dia.

"Tumben kok lama kali?" Tanya Aurora sambil mengambil mangkok bakso dan aqua miliknya.

"Inilah, si neli, lihat-lihat cogan dulu," omel Safira. "Nih, Fay punya Lo." Safira memberikan pesanan Fay.

Syana melesatkan tangannya ke kepala Safira. "Enak aja, Syana ini bukan neli tapi Syana. Syana yang cantik nan manis," pujinya terhadap dirinya sendiri dengan gaya imut khususnya. Mereka bertiga senyum dengan tingkahnya.

Oh, ya, neli itu nenek lincah. Safira sangat sering memanggil Syana dengan sebutan itu. Alasannya, Syana yang paling tua di antara kami dan dia sangat lincah dan aktif.

"SO, DON'T CALL ME NELI. Do you understand?" Ucapnya lalu duduk.

"Hmm." Tiga detik kemudian mereka berempat tertawa hingga orang yang disekitar kami terusik.

Inilah kami. Inilah persahabatan kami. Penuh dengan ketawa, pertengkaran yang sangat manis, dan tingkah-tingkah yang konyol. Gue berharap, sangat, sangat berharap persahabatan kami tidak akan terpisahkan oleh apapun itu termasuk usia. Gue berjanji akan menjaga anugrah terindah yang Tuhan beri. Karena apa yang datang dengan mudah belum tentu bertahan lama, tapi yang bertahan lama tidak akan datang dengan mudah.

****

See you
Best regards from Vee to all of u💙

GiftWhere stories live. Discover now