Kepadamu yang berlalu tanpa seonggok kata.
Yang kaukhianati dengan perawakanmu yang bagai duri menusuk-nusuk kalbu.
Yang di awal kau basuhi dengan mata air kasih sayangmu yang semu.
Yang di akhir kaulepaskan dengan segala kerisauanmu atas segala yang kaualami.
Dari mulutmu kumerasakan hatiku tersirami oleh ribuan aksara yang kaulontarkan.
Tetapi di tanganmu kumerasakan derita yang kaugalakkan.
Dan kepada roh-roh kehidupan kaumerasakan
Gejolak derita yang kau refleksikan.
Akankah kaumenerima sebuah penerimaan maaf?
Mungkin bagimu suara-suara itu sesuatu yang begitu transendent 'tuk kaudapatkan.
Tetapi ada satu yang perlu kau ingat, sayangku,
Sebuah bohlam selalu menerangkan ruang gelap yang berada di sekelilingnya
Yang bahkan para pasukan kegelapan pun 'tak berani mendekatinya dan tetap berada di jaraknya.
Dan hanya kepada yang kauanggap Kuasa-lah kau meminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Prosa
PuisiSebuah dunia yang mampu menjelaskan mengenai asal usulnya sendiri? Bagaimana mungkin?