Third Memoria

38 3 0
                                    

Background Music : Memoria - GFriend

Aku membuka mata ketika secercah cahaya menyerang wajahku. Ternyata tirai jendela sudah disingkap. Entahlah, mungkin yang melakukannya adalah pelayan wanita yang kemarin malam memarahiku. Kemudian terdengar ketukan di pintu. Sembari beranjak, aku kembali mengerling pada potret yang diletakkan di atas nakas. Mengamati gadis yang asing yang wajahnya mirip denganku.

Hirano. Hanya penggalan nama itu yang kutahu dari dia.

"Hirano ojou-sama," panggil seseorang di depan kamar.

Kuseret langkahku menuju pintu, masih sebentar-sebentar tercekat karena terlalu banyak menangis semalam. Di depan ruangan kutemukan pelayan wanita tengah berdiri sambil membawa omeshi. Aku hampir menghela napas kesal.

Pelayan itu mengangguk sambil berkata, "Ini pakaian anda, ojou-sama."

"Uhm," jawabku sedikit tak acuh.

"Jangan lupa jika hari ini juga Kawahara Eiji-sama akan berkunjung."

Oh iya, aku hampir lupa.

"Apa anda baik-baik saja? Ingin saya bantu memakainya?"

Aku berkedip pada tawaran itu. "Ha-- hah?"

"Anda kelihatan tegang, ojou-sama. Merasa kurang sehat?"

Buru-buru aku menggeleng. Bagaimana caranya menjelaskan bahwa aku tidak terbiasa dengan kehidupan ini. Dan lagi, benar juga-- aku tidak mahir mengenakan kimono.

"Eh-- itu ... Bukan apa-apa. Aku-- aku-- aku belum mandi," jawabku malu-malu.

Tidak kusangka pelayan wanita yang kemarin malam terlihat galak dan menyeramkan di mataku ternyata malah tersenyum. Ia membelai lembut kepalaku.

"Karena itulah saya bertanya apakah ojou-sama merasa kurang sehat atau tidak. Sebab anda bertingkah aneh sekali. Berdiri kaku dan tidak membiarkan saya mempersiapkan kebutuhan anda."

"A-- O- Oh ...." Aku bergeser, mempersilakan wanita itu masuk.

Pernah kulihat di film yang berlatar sejarah, kalau orang terkemuka dan kaum borjuis zaman dahulu punya pelayan yang mempersiapkan segala kebutuhan mereka. Tetapi tidak pernah terpikir sedikitpun jika aku akan mendapat gambaran yang sungguh nyata.

Aku masuk ke kamar mandi ketika wanita tadi selesai menyiapkan air hangat untukku. Ia dengan lembut dan hati-hati juga mencuci rambutku yang panjangnya hanya beberapa inci melewati bahu. Aku agak malu. Ini sudah lama sekali sejak terakhir aku mandi bersama ibuku. Jadi rasanya sangat canggung berada di kamar mandi bersama orang lain.

"Rambut anda indah sekali, ojou-sama," pujinya tulus membuat pipiku merona.

Aku langsung teringat ibuku. Ia juga sering memuji rambutku. "Rei-chan punya rambut yang indah dan berkilau. Persis seperti ojou-chan." Begitu katanya.

Aku jadi malu waktu mengingatnya. Karena sekarang aku menjadi ojou-chan betulan.

"Baiklah, ayo segera berganti baju. Berendam terlalu lama di air panas bisa membuat anda pusing, ojou-sama. Mari."

Sungguh, aku hanya mengangguk pada ucapan-ucapan pelayan wanita ini. Aku sendiri bingung, dimana kekesalan yang kurasakan semalam. Barangkali ikut terhapus bersama sapuan air mataku. Entahlah, aku benar-benar pasrah. Karena sama sekali tak mengerti caranya untuk pulang.

Aku khawatir, apakah ibu dan ayah mencariku....

"Hirano ojou-sama?"

Aku mengeling sadar. "Uh ... Y-- ya?"

MEMORIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang