3rd chapter

3 0 0
                                    

Cerita ini aku berikan untuk pembaca, semoga menikmati cerita ini ya? -_-

Enjoy!

Rainy Heart On Rainy day! chapter 3rd

~continued from the story last night~

"Aku namja, jangan panggil aku imut!"

"Aku tau kau namja, tapi kau imut seobi!" jawabnya keras kepala.

"Huh kau tak punya cermin. Lihat wajahmu sendiri. kau juga sama imutnya, kulitmu putuh matamu kecil, bibirmu kecil, mirip sekali perempuan." Bentakku sedikit keras, dan ia bukannya marah malah ia tertawa terbahak - bahak .

"Aku tidak tau kalau kau memperhatikanku sedetail itu." Oh My... pipiku memanas dengan sendirinya mendengar itu. Dengan kasar aku membuka buku kembali berusaha mengabaikan makhluk yang ada disampingku.

"Pssst seobi..." bisiknya sambil mendekat. Ya ampun apalagi sih dia.

"Apa..." dan... ya ampun... aku segera memundurkan kepalaku hampir saja kepalaku bersentuhan dengannya. "Ada apa lagi sih" bisikku pelan.

"Apa setiap hari seperti ini?"

"Apanya?" tanyaku tak mengerti.

"Itu teman - temanmu apa setiap hari mereka suka memandangimu... emmm lebih tetapnya memandangi diam - diam...?"

"Mwo?" aku memandang berkeliling dan ternyata benar beberapa namja dan yeoja memandangi bangkuku dan secepat kilat berbalik seketita tahu kuperhatikan. Aku tak memperhatikan dulu, apa mereka sering memandangiku? sepertinya tidak. Mungkin gara - gara dia duduk di bangkuku. Iya pasti karena itu. Dia kan keren, pasti mereka heran kenapa dia tiba - tiba duduk di bangkuku.

"Aiiisssshhh benar - benar tak peka. Jangan - jangan kau malah tak punya teman disini!"

Deegg, entah kenapa meski itu benar, aku sakit hati. "Iya memang aku tak punya teman, puas?" aku kembali menyiksa bukuku dengan membukanya keras - keras. 

"Mian... ok aku akan diam sekarang." Katanya sambil membuka bukunya.

Bel berdentang. Siswa yang masih berkeliaran segere duduk dibangkunya masing - masing. Begitupun dengan pak guru, ia memperkenalkan Jun Hyung sebagaimana kalau ada murid baru. Wah ternyata ia pindahan dari sekolah ternama, kenapa ia pindah ke sekolah di sudut kota terpencil seperti ini? Aneh! Jangan - jangan karena ia anak nakal, mukanya memang imut, tapi tatapannya tajam.

*****

"Kau tidak istirahat?" tanya Jun hyung, ketika aku masih setia dengan bangkuku ketika semua siswa berhamburan ke luar kelas.

Aku menggeleng. Aku tak tahu harus kemana, aku selalu di kelas setiap istirahat tiba. "Aku bawa bekal kok, mau?" aku segera mengeluarkan bekalku dan mengasurkannya pada Jun.

Ia mengambil satu kue yang kubawa, "Issh kau ini aneh sekali. Bukannya kau sebal padaku? Kenapa jadi baik?"

Hemm? Benar juga, bukannya aku kesal padanya. Tapi aku bukan orang pedendam, kalau lagi kesal, ya hanya pada saat itu saja, setelahnya aku akan lupa lagi, "Iya aku memang sebal, tapi itu tadi." Jawabku ketus.

"Kau ini benar - benar unik," katanya sambil tersenyum. "Unik dalam artian positif loh." katanya lagi melihat mukaku mengerut.

Terdengar suara langkah terburu - buru dan sesosok tubuh kemudian muncul dari balik pintu. "Yoseob sudah kuduga kau ada disini, eh.."

Itu Dujun Hyung dan langsung terdiam saat melihatku dan Junhyung. Dujun Hyung adalah Seniorku (oh tidak lebih tepatnya dia adalah idolaku)dia mempunyai segala hal yang kuinginkan dalam hidup, pintar, berwibawa, tampan, dan supel. Dia salah satu yang bisa kubilang teman,karena dia sering menyapaku plus mengobrol.

"Eh... hyung." Jawabku.

Dujun masuk dia membungkukkan sedikitsebagai sapaan pada Junhyung. Wah nama mereka sama ya.. sama - sama Jun - nya. aku jadi senyum sendiri didalam hati.

"Bisa bantu aku?"

Aku menegakkan tubuhku. Apa sih yang tidak buat dia. "Apa? Kalau bisa pasti akan kubantu."

"Sekolah akan mengadakan panggung pertunjukan di acara ulang tahun sekolah nanti. Semua sudah fix, tapi bandku mengalami sedikit masalah. Kemarin pulang latihan, gitaris dan vocalis kami mengalami kecelakaan. Waktunya mepet. Bukankah kau bisa menyanyi? Bisakah kau gantikan?"

Aku menatap Dujun tak percaya, dia memintaku? Benarkah? Akhirnya serasa aku punya teman? Padahal dulu aku bertemu tak sengaja, waktu itu aku pulang paling akhir karena harus mengerjakan tugas di perpustakaan. Tahunya hujan turun lebat. Aku sih sedikit senang, meski sedikit seram di sekolahan sendirian ketika sore dan hujan. Untuk mengusur rasa takut, aku bersenandung pelan.

Tak lama ada yang keluar dari ruang osis, dia adalah Dujun sang ketua OSIS yang terkenal dengan kharisma dan kebijaksanaannya. Dia menyapaku. Kami pun berbincang. Dia bilang suka sekali suaraku. Sejak saat itu kalau bertemu ia pasti menyapaku, meski tidak terlalu akrab, tapi aku senang.

"Bagaimana?" Tannyanya lagi.

Aku segera mengangguk. Dia tersenyum lega. Kemudian mengasurkan gulungan kertas yang dari tadi dia pegang, "ini lagunya, kau pasti sudah dengar." Aku mengangguk semangat. Segera kubuka gulungan kertas itu ada kunci gitarnya juga. "Emm Seobie..."

Aku menoleh, hah? Dia juga memanggilku seobie? Wah, tuhan sedang baik padaku hari ini. Dua orang secara tiba - tiba jadi dekat denganku dan memanggilku dengan panggilan yang akrab, oh Tuhan aku senang sekali.

"Gomawo." Dia memberiku senyuman yang langsung membuat dadaku berdetak - detak. Tidak! ada apa dengan dadaku.

"Ehhmmmm.... gitarisnya?" aku mengalihkan tatapanku dari Dujun Hyung dan menatap JunHyung yang bertanya.

"Belum dapat, aku baru akan mencarinya. Kenapa? Kau bisa? Emm murid baru ya? Aku belum pernah melihatmu?"

Jun Hyung berdiri dia membungkukkan badan. "Iya. JunHyung imnida."

"Dujun.." jawabnya simpel.

"Emmm, aku bisa main gitar, tapi kalau kau tak keberatan sih.." katanya sambil menggaruk garuk kepalanya.

"Tentu saja tidak. Syukurlah kalau begitu aku sudah kebingungan dari tadi. Latihannya nanti sore. Kalian boleh latihan berdua dulu, sampai sore. Tentunya kalau kalian tidak ada kesibukkan lain. Nah, permisi ya aku harus kembali dulu."

Dia memberikan senyuman manis itu lagi padaku, membuatku tiba - tiba merasa membeku. Ada apa sih denganku? Sebuah tangan tiba - tiba melambai di mataku. Aku menatap Jun si pemilik tangan ituheran.

"Sebegitu terpesonanya. Ayo kita mulai latihan. sambil menunggu bel masuk."

Aku hanya mempoutkan bibirku padanya, membuat dia terkekeh lagi. Kenapa sih orang ini. "Tapi mana gitarnya?"

"Hmm apa kau tak melihat apa yang kubawa tadi," matanya mengarah pada kantong hitam yang disampirkan didinding. Iya itu kan kantong gitar. Aku hanya nyengir, dan dia mendengus.

Dia mengambil dan mengeluarkan gitarnya. Aku menggelar kertas lagu itu. "On Rainy Day" wah ini lagu kesukaanku. Lembar kedua "HELLO" okay ini tak masalah aku sudah hapal kedua lagu ini. Tinggal menyamakan dengan bandnya nanti.

dan kami pun mulai berlatih.

*****

Maaf ceritanya agak aneh, soalnya author baru pertam kali nulis cerita di wattpad. Dan cerita ini baru dipublikasikan dikarenakan author dulu belum punya hp

NB: disini author menggunakan sudut pandang pemain pertama dan ketiga.

A/N: "yeoja = perempuan"

           "namja = pria"

           "hyung = kakak ( atau dalam keluarga dan biasa dipanggil saat sekolah)"

           "seonbainim = senior (dalam keadaan apapun kecuali di dalam keluarga)

Sekian dulu dari author, karena hari ini author harus segera bersih - bersih.


rainy heart on rainy day, chapter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang