Rainy Heart On Rainy Day
~~~~~~between meet and separation~~~~~~
Rumah sakit? Pikiranku mulia tersambung. Siapa yang di rumah sakit? Apa Dujun Hyung mau memeriksakanku ke rumah sakit? Tapi kenapa harus ke rumah sakit yang jauh seperti ini.
Di sebuah pintu dia berhenti. "Masuk! Aku menunggumu disini"
Aku memandangnya tak mengerti, aku tak mau diperiksa, aku takut jarum suntik. Aku menggeleng.
Tapi dia membalikkan badanku, mendorongku masuk ke ruangan itu dan menutup pintu kembali.
Aku berjalan kedalam, tapi ini bukan rungan periksa ini ruang perawatan. Ada kamar mandi yang harus kulewati sebelum bisa melihat ruangan perawatan. Disana ada ranjang khas rumah sakit dan... siapa itu yang sedang berbaring... aku lebih mendekat dengan hati berdag digdug tak tenang... otakku memunculkan satu nama berulang - ulang....
Junhyung?
Aku memandang terpana, Jun terbaring dengan kepala tak berambut lagi. Wajahnya sangat tirus, kulitnya sedikit menghitam. Aku tahu ini akibat suatu penyakitkan, pasti penyakit berbahaya? Air mataku turun begitu saja. Dan aku hanya berdiri memandanginya sambil menangis.
Jadi karena ini? Aku tahu kau pasti mencintaiku juga kan? Tak ada wanita lain kan? Aku terus entah berapa lama. Kenapa kau menyimpan ini sendirian? Junnie...
Matanya bergerak, tapi aku tak mampu menggerakkan tangan hanya sekedar menghapus air mataku. Matanya terbuka dan langsung terbelalak melihatku.
Dia berusaha bangkit. "Sseobie."
Aku mendekat dan meremas ujung selimut keras, menyalurkan rasa ridu, marah, sedih dan kesalku, aku tak mungkin melakukannya kan?
"Kkau... hiks... kau ja.. hat.. kenapa tak bi.. hiks.. bilang?" akhirnya aku bisa juga mengeluarkan suara setelah sekian lama mogok bicara. Suaraku parau.
Dia tersyum lemah dan lemah, dia membuka lengannya lebar, memintaku untuk memeluknya. Aku segera menghambur kepelukkannya. "Mian... kau tahu pasti kan alasannya. Memang klies aku tak mau membuatmu bersedih Seobie."
"Tapi begini lebih sedih Jun. Mengira - ngira penyebab kau pergi. Menunggumu kembali sambil menahan marah, sakit, dan sedih... kau menyebalkan!"
Dia terkekeh. "Maaf lagi dan maaf perkataanku saat itu. Kau pasti tahu kan itu juga bohong. Aku benar - benar takut dan kalut. Kau tahu... umurku... "
Aku segera menutup mulutnya, "Jangan dibahas."
"Baiklah kau tahu? Itu juga kenapa Umma meninggalkan kami dulu. Dia bukan berselingkuh Seobie. Dia tak ingin kami bersedih, dan itu juga yang kucoba lakukan padamu. Setidaknya jika kau mengetahuinya nanti, kau takkan terlalu sedih sama sepertiku pada Umma kandungku."
"Begitu malah lebih menyedihkan. Biarka aku di sampingmu sampai saatnya..."
Di melepaskan pelukkannya dan memandangku lekat, menerka kesungguhan kata - kataku. Aku memandangnya langsung tanpa ragu. Dia menghela nafas, tahu kalau aku bersungguh - sungguh. "Janji dulu. kalau tiba saatnya nanti. Kau harus menjalani hidupmu. Atau aku tidak akan tenang di sana."
Aku mengangguk dan air mataku mulai menderas lagi. Dia kembali memelukku mengelus punggungku. "Jangan menangis lagi, kau jelek kalau menangis. Aku akan kembali ke sisimu kan."
Aku malah semakin menangis.
******
Kami kembali bersamadan aku kembali berusaha ceria. Jun sengaja di[indahkan dari sekolahnya yang dulu juga untuk pengobatan alternatif di sini. Meski ternyata tak ada efeknya. Aku bertemu dengan ayahnya yang begitu identik dengan Jun. Dia pasti pria yang tegar. Dengan sabar dia mengurus Jun, dan tidak menjadi stress misalnya, meski sudah ditinggal oleh dua istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
rainy heart on rainy day, chapter 1
Short StoryJangan dibaca ketika kalian sedang sedih. merupakan sebuah cerita pendek yang diambil dari sebuah lagu boyband korea yaitu beast, bila ada ketikan yang salah author minta maaf. Karena ini milik Allah SWT semata