6th chapter

3 0 0
                                    

Rainy Heart On Rainy Day! 6th Chapter

"Sudah jangan terlalu dipikirkan sekarang. Pelan - pelan saja dan tanyakan hatimu. Dan akan kau temukan jawabannya." katanya lagi. Ya ampun dia benar - benar baik. Aku menghambur kearahnya dan memeluk erat. Dia membelai kepalaku lagi.

"Mi... mian Hyung..." maaf karena tak membalas cintanya.

"Tak apa - apa Seobie. Tapi kau harus tetap dekat denganku ya? Anggap aku Hyungmu?"

Aku hanya bisa mengangguk dalam pelukkannya. Tuhan benar - benar baik memberiku Hyung sekaligus calon pacar (mungkin)

******

Brug! Seseorang menimpaku. Awww berat sekali. Aku berusaha menyingkirkan kuncian tubuh siapapun yang ada di atasku ini. Tangannya melingkari tubuh atasku kakinya mengunci bagian bawah tubuhku. Aku tak bisa bergerak sama sekali.

"Hehehe bangun pemalas!"

Hah suara ini! Junnie. Aku segera mengerahkan tenaga hingga ia akhirnya terjengkang. Dia terduduk dilantai, meringis sambil mengusap pantatnya.

Aku memandangnya dengan pandangan sinis.

"Huh aku benci padamu!"

Dia menatapku heran, kemudian bangkit dan menepuk - penuk celananya. "Kenapa?"

"Ciiihh berlagak jadi orang penting. Tidak mengaktifkan posel. Aku jadi tak bisa menghubungimu tahu! Kau menyebalkan!"

Dia terkekeh, mendekat dan memelukku. Kepalaku ada didadanya. Karena dia memelukku sambil berdiri sedangkan aku masih duduk diranjang. "Miannnnn... ponselku tertinggal di rumah sini. Aku tak membawa ponselku kesana."

Ohh jadi begitu. Kekesalanku mulai lenyap, meski masih berbekas.

"Ya sudahlah. keluar dulu sana, aku mau mandi!"

Dia melepaskan pelukkanku, "Emmmm mau kumnadikan Seobie."

Aku melotot padanya yang ia balas kekehan lagi. "pergi sana PERVERT!"

Aku mendorongnya hingga keluar kamar. Begitu pintu tertup aku mulai tersenyum. Uwaaahhh hari - hari bergalauku usai sudah. Aku masuk ke kamar mandi dengan semangat.

*****

Aku semakin dekat dengannya dan aku semakin yakin dengan perasanku padanya. Dia juga mempunyai perasaan yang sama, terlihat dari perlakuannya padaku. Bolehkah aku berharap? Tapi kenapa sih Jun tak menyatakannya. Masa aku harus duluan. Atau jangan - jangan ini hanya perasaanku saja dan Jun tidak menyukaiku.

"Ayo pulang Seobie! Jangan pasang tampang seperti itu. Sudah kubilang kan? Itu menggoda iman tahu."

Aku hanya mengerucutkan bibir tapi tetap mengikuti tarikan lengannya. Sampai di gerbang dia berhenti tiba - tiba. Aku memandangnya, lalu aku sadar. Langit hari ini kelam sekali, sepertinya akan hujan besar. Jun pasti ketakutan. Aku mengeratkan peganganku. Dia menoleh, langsung ku beri senyum untuk menguatkannya."

Dia balas tersenyum meski wajahnya pucat. Aku segera mengambil alih, maju kedepan dan ganti menarik tangannya. "Ayo keburu hujan!"

Kami duduk di halte menunggu bus yaang entah kenapa tak juga datang. Padahal selama menggunakannya, bus itu tak pernah telat selama ini. Jun semakin gelisah. Kalau berlari saja dari sini lewat jalan pintas, mungkin bisa sampai rumah sebelum hujan. Jun kembali akan menginap.

"Ayo Jun kita jalan kaki saja. busnya mungkin ada masalah. Aku tahu jalan memintas."

Dia memandangku dan mengangguk. Ya ampun dia semakin pucat saja. Tapi dia kemudian berdiri dan menggenggam erat tanganku. "Ayo tunjukkan"

rainy heart on rainy day, chapter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang