Yuri Kwon putri sulung keluarga Kwon juga sekaligus kakak dari Tiffany Kwon, Yuri selalu merasa jika ibunya mengkritik Tiffany itu terlalu berlebihan. Karena apa? Bukankah Yuri dan Tiffany anaknya, dan mereka berdua kakak-adik sudah seharusnya ibunya memperlakukan mereka dengan adil. Tapi kenyataannya berkata tidak, dulu waktu Yuri dan Tiffany masih kecil mereka mengikuti lomba menggambar sebuah sketsa dan Tiffany mendapat juara 1 sedangkan ia mendapat juara 2. Sepulangnya dirumah saat mereka memberitahu kalau mereka memenangkan perlombaan, Yuri lah yang mendapatkan pujian padahal gambaran Tiffany yang paling bagus.
Saat itulah Yuri sadar bahwa ibunya hanya memberikan seluruh perhatiannya padanya tidak untuk Tiffany, ia selalu melihat Tiffany marah marah ketika ibunya membandingkan mereka. Memang siapa yang mau dibandingkan? Tiffany adalah Tiffany bukan Yuri, begitu pula sebaliknya.
Maka dari itu Yuri lah yang selalu meluangkan waktu dan memberi Tiffany perhatian layaknya seorang ibu, agar Tiffany tidak merasa bahwa dirumah ini masih ada orang yang menyayanginya yaitu Yuri, kakaknya. Ia selalu melarang Tiffany bekerja, pernah Tiffany kepergok bekerja disebuah kafe saat Tiffany tak sengaja menumpahkan kopi disalah satu tas bermerek milik seorang pelanggan. Untungnya Yuri disana dan membayar semua kerugian, dan mulai saat itu Tiffany tak akan pernah ia perbolehkan bekerja cukup Yuri saja.
Sebenarnya ibunya memiliki sebuah bisnis tekstil yang terkenal di Korea, tapi ia tak mau meneruskan karena ia ingin mendapatkan uang dari jerih payahnya sendiri jadi ia memulainya dari nol. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya melamar pekerjaan seperti orang orang lakukan, dan ternyata itu tidak lah mudah.
Saat Yuri berhasil diterima disebuah perusahaan ia merasa sangat senang dan mentraktir Tiffany menonton bioskop bersama.
"Fany! Apa kau sudah selesai?" teriak Yuri sambil mengaca merapikan bajunya.
"Iya sebentar""Kau ini kalau terlalu lama, aku akan pergi sendiri. Dalam lima belas menit kalau kau tidak turun aku akan pergi sendiri" Yuri mengambil tas dan dompetnya, kemudian turun kebawah untuk izin keluar bersama Tiffany.
"Huuuhh, cerewet sekali" gerutu Tiffany keluar dari kamar mandi.----
"Eomma, aku ingin keluar sebentar" ujar Yuri.
"Tunggu...apa kau mengajak dia juga?" tanya ibunya, ia mengangguk.
"Yuri, sudah eomma katakan berapa kali? Jangan terlalu memanjakannya, kalau kau terus memperlakukannya seperti ini kapan ia akan jadi dewasa? Ia selalu bergantung pada dirimu" sindir ibunya pada Tiffany, Yuri tak menyangka ibunya bisa berkata seperti ini."Tapi eomma....ini kan sesekali, itupun dari gajiku sendiri aku ingin melihatnya tersenyum. Sudah cukup eomma membandingkan Tiffany denganku , kami berbeda tapi Tiffany tetap anak eomma. Tidak seharusnya eomma berbicara seperti ini"
Yuri!!! bentak ibunya dan beranjak dari duduknya.
"Kau sudah berani menentang eomma? Gara gara anak itu kau berani membentak eomma? Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Tiffany-mu itu sama seperti eommanya. Mereka bahkan tak pernah punya malu sedikit pun...." ujar ibunya.
Mereka tak tahu kalau Tiffany mendengar percakapan mereka. Ia mulai menangis kenapa ibunya tak pernah menganggap ia sebagai anaknya? Ia tahu kalau ia bukan anak kandung ibunya. Tapi bukankah ini sudah kelewatan? Setidaknya berikan Tiffany sedikit kasih sayangnya maka ia tidak akan pernah menganggap dirinya pembawa sial dalam keluarga ini.
Tiffany berlari keluar bukan melalui pintu depan, melainkan pintu belakang rumah ini. Ia tidak ingin mendengar apapun, bahkan ia tak membawa ponsel atau apapun, ia meninggalkannya di kamar.
Tiffany terus berlari entah kearah mana, lama lama ia lelah dan memutuskan duduk dihalte ia menangis tak peduli mau orang orang menganggapnya gila atau pun itu ia tak peduli.Tiffany selalu mengharapkan ibunya memberi kasih sayang yang setara dengan kakaknya, tapi itu hanya sebuah angan angan. Ibunya tak akan pernah memberi kasih sayang sedikitpun bahkan sebuah perhatian pun tidak pernah ia dapatkan sejak kecil.
Eomma...appa...kenapa kalian meninggalkanku sendiri? Kenapa kalian tidak mengajakku sekalian ke surga? Kenapa kalian membiarkanku hidup sendiri disini...
Sebuah tangan seseorang menawarkan sapu tangan pada Tiffany, ia tak tahu itu siapa ia hanya menerimanya dan berterima kasih. Tapi orang itu duduk disampingnya menunggunya berhenti menangis, Tiffany menoleh kearah orang tersebut.
"Siwon?""Hai! Aku tadi melihatmu duduk disini sambil menunduk, aku pikir ada yang tidak beres denganmu ternyata benar...
Apa ada masalah? Kenapa kau menangis?....lihatlah matamu sedikit bengkak dan itu mengurangi sedikit kecantikanmu. Jadi jangan menangis lagi, ok?" Tiffany mengangguki perkataan Siwon.~Rumah Keluarga Kwon~
Yuri yang berdebat dengan ibunya tadi memutuskan untuk menurung diri dikamar, ia ingin membuat alasan untuk tidak jadi pergi pada Tiffany. Tapi ia sudah menunggu 20 menit, dan Tiffany tidak keluar keluar dari kamar mandi.
"Tiffany! Tiffany! Kita tidak jadi keluar ya? Ban mobil bocor entah kenapa, eonnie akan membawanya ke bengkel nanti. Mungkin besok saja kita pergi" teriak Yuri, tapi ia tak mendengar jawaban dari dalam kamar mandi."Tiffany!?" Yuri membuka pintu kamar mandi ia tak melihat seorang pun disana, kemana perginya Tiffany? Yuri menutup kembali kamar mandi.
Oh tidak, jangan bilang kalau Tiffany mendengar pertengkaranku dan eomma. Apa yang harus aku lakukan?
Yuri duduk dikursi, ini semua karena eommanya yang berteriak tadi sehingga Tiffany mendengar percakapan mereka. Kalau terus seperti ini kapan masalah akan berhenti?
Ya, semua masalah akan berhenti jika eomma mulai tahu seberapa berharganya Tiffany sama seperti dirinya.----------Tbc-----------
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Is Yours
RomanceTiffany dan Yuri, mereka bersaudara layaknya permen karet yang tidak bisa berpisah. Tapi dalam keluarga mereka Yuri lah yang paling disayang oleh ibunya, tidak dengan Tiffany karena ia hanyalah anak tiri ia lahir dari istri kedua ayahnya. Ayah dan i...