"Apa rasanya enak?" tanya Siwon, pada Tiffany. Tiffany tersenyum dan mengangguk memberi jawaban 'ya' pada Siwon.
"Aku dengar jika suasana hatimu sedang buruk, maka es krim bisa mengatasinya, dengan perlahan kau akan merasa baik. Dan menurutku itu ada benarnya, lihatlah kau sudah tidak secemberut tadi"Blus...
Tiffany merasa kalau pipinya sedang merah sekarang, karena semenjak tadi Siwon selalu mengatakan bahwa ia akan kehilangan kecantikannya jika menangis, lalu sekarang....
Tiffany merasa kalau ia sedang dirayu, tidak tentu tidak bagaimana bisa orang yang baru berkenalan langsung merayunya? Itu pasti hanya untuk membuat hati Tiffany senang. Ya Tiffany berpikir seperti itu.
"Hei...." bisik Siwon. "Kenapa kau melamun?"
"Tidak, aku...aku eh..eonnie,..tiba tiba dipikiranku terlintas wajah eonnieku pasti dia khawatir padaku" ujar Tiffany.
"Kau ini sudah besar masa yang dirumah siapa? Eonniemu itu bisa khawatir lagipula kau kan bersamaku. Aku akan mengajakmu jalan jalan dulu sebelum kau pulang" Siwon membayar tagihannya dan membawa Tiffany masuk mobil.
Saat Siwon menggenggam tangannya, Tiffany merasakan hal yang aneh seperti...ia akan baik baik saja jika bersama dengannya."Tapi aku..."
"Aku tidak menerima penolakan sama sekali dan itu tidak terdaftar dalam kamusku, khusus untukmu" ujar Siwon.Khusus untukmu? Apa maksud yang tersembunyi dari kata itu?
Batin Tiffany.-------
Siwon mengajaknya pergi ke bioskop, dan membelanjakannya beberapa baju. Tiffany ingin menolak tapi Siwon kembali mengingatkan bahwa tak ada penolakan apapun dari Tiffany yang akan diterima Siwon.
"Siwon.." Tiffany dipeluk oleh Siwon sangat erat, entah apa yang terjadi.
"Apa kau baik baik saja? Tadi banyak orang yang lewat tapi kau tidak menyadarinya, aku hanya ingin membantumu saja""Aku mengerti, terimakasih"
Setelah mereka berbelanja Siwon mengantarkannya pulang karena hari sudah malam. Siwon mengantarnya sampai didepan rumah, ia mengucapkan banyak terimakasih karena telah menemaninya seharian ini. Dan seperginya Siwon, Tiffany memandang rumah didepannya ini.
Bagaimana jika eomma marah padanya? Apa yang harus ia lakukan?
Tiffany melangkahkan kakinya masuk rumah disana keadaannya gelap dan sepi, sepertinya semua orang pergi kekamar sendiri sendiri. Ia menaiki tangga dan berhenti ketika mendengar suara.
"Tiffany"Ia takut jika itu ibunya, ia menoleh dan bernafas lega ternyata itu kakaknya. Ia turun dan berlari memeluk kakaknya itu. "Eonnie..."
"Ssttt...jangan keras keras aku takut jika eomma mendengarnya, tapi mungkin eomma masih terlelap. Kau tahu aku menunggumu disini dari tadi" ujar Yuri.
"Apa eomma marah padaku?" tanya Tiffany, Yuri menggeleng. "Aku sudah memberi obat tidur untuk eomma tadi, aku takut jika eomma tahu kau pulang malam malam seperti ini maka kau yang akan kena laharnya" ujar Yuri kemudian ia baru sadar kalau Tiffany membawa banyak belanjaan."Apa ini?" sahut Yuri.
"Temanku ia seharian ini memaksaku untuk memilih beberapa baju, ia juga mengajakku makan direstoran" jawab Tiffany.
"Perempuan atau---""Laki laki eonnie, tapi kami hanya berteman ia sangat baik padaku. Kami bertemu dipanti, kau tahu? Ia sama sepertiku ia bilang kalau ia juga sering datang kepanti yang sama denganku" Tiffany menceritakan tentang Siwon dengan wajah yang terus tersenyum tanpa henti, dan Yuri mulai merasa aneh adiknya ini tak pernah bercerita tentang orang asing sampai seperti ini.
Ia yakin Tiffany sudah menemukan tambatan hatinya, jika ia bertemu dengan pria itu maka ia akan mengucapkan terimakasih. Terimakasih karena telah membuat adiknya tersenyum seperti ini, dan ia akan menyetujui hubungan Tiffany dan pria itu. Yuri yakin pria itu pasti sangat istimewa dimata Tiffany.
"Sudah, ayo kita pergi kekamar. Kalau tidak bisa bisa eomma curiga mendengar perkataan kita" ajak Yuri, Tiffany mengikutinya dari belakang dengan senyum yang tiada henti.
"Selamat malam, Tiffany"
"Selamat malam"
---------
Yuri pergi bekerja ia diterima disebuah perusahaan yang dipimpin oleh Tuan Choi, ia dengar dengar dari teman kerjanha kalau Tuan Choi itu orang yang tampan. Tapi Yuri tak peduli ia hanya ingin memimpikan pria idamannya.
Satu, pria itu harus baik dan memiliki sopan santun pada eomma dan adiknya.
Dua, ia selalu memimpikan pria yang romantis dan juga gentleman.
Tiga, pria itu harus selalu mendengarkan nasehatnya dan tidak boleh mengeluh. Karena apa? Setiap kali ia menasehati Tiffany, maka ia akan selalu bilang 'sudah cukup' telinganya akan pecah jika terus mendengarkan nasehat Yuri.
Apa salahnya? Ia ingin yang terbaik dari yang terbaik. Itu saja sudah cukup kok.
"Yuri bisakah kau membantuku mengantar berkas ini keruangan Tuan Choi?" ujar teman kerjanya, Seohyun.
"Tentu" Yuri terus melangkah sambil membaca berkas berkas itu, ia tak memperhatikan jalan sehingga ia menabrak seseorang dan semua berkasnya jatuh."Maafkan aku" ujar orang itu. Yuri mengambil semua berkasnya dibantu oleh orang itu. "Tak apa, ini hanya sebuah kesalahan kecil" Yuri menatap orang yang menabraknya.
"Kalau begitu aku pergi dulu" ujar orang itu ternyata seorang pria berperawakan tinggi, dan tampan. Sejenak Yuri membeku ditempat ia menyentuh dadanya, entahlah tiba tiba detak jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini pada siapapun.
"Sudahlah dia mungkin karyawan juga disini, nanti pasti bertemu lagi" gumam Yuri, ia sampai didepan ruangan Tuan Choi.
Sekretaris Tuan Choi, Yoona datang mendekatinya. "Ada perlu apa?" tanya Yoona."Aku ingin memberikan berkas ini pada Tuan Choi" ujar Yuri sambil menyerahkan berkasnya.
"Tuan Choi baru saja keluar, setelah kembali aku akan memberikannya""Baiklah"
--------------Tbc--------------
Maaf jika ada typo😌🙇

KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Is Yours
Storie d'amoreTiffany dan Yuri, mereka bersaudara layaknya permen karet yang tidak bisa berpisah. Tapi dalam keluarga mereka Yuri lah yang paling disayang oleh ibunya, tidak dengan Tiffany karena ia hanyalah anak tiri ia lahir dari istri kedua ayahnya. Ayah dan i...