1 - our shenanigans

4K 296 12
                                    

Hari itu adalah hari Minggu cerah di awal bulan. Seperti awal bulan-bulan sebelumnya, banyak warga Jakarta yang berbondong-bondong meluangkan waktu untuk pergi ke Car Free Day untuk berolahraga atau sekedar jalan-jalan bersama keluarga maupun teman-teman.

Tak terkecuali seorang pemuda bertubuh jangkung yang hidup di salah satu apartemen di daerah Setuabudi bersama pacarnya. Pria itu bangun pagi-pagi saat matahari masih malu-malu menampakkan cahaya lembut oranye-nya, lebih awal daripada sang pacar yang masih tidur dengan ekspresinya yang menggemaskan.

"Pagi, sayang. Bangun, yuk, kita ke CFD."

Si pemuda itu naik ke tempat tidur mereka dan merengkuh tubuh pacarnya yang jauh lebih kecil, berusaha membangunkan si pacar dengan lembut menciumi wajah lalu tengkuknya. Tangan besarnya menelusup masuk ke dalam baju kekasihnya dan mengelus-elus perutnya, membuat si pemilik bergidik perlahan.

"Mmmm... Nggak maauu..."

"Ayolah, babe. Temenin aku aja deh,"

"Nggaaaak..."

"...."

"...."

"... ah..? Ah! Mmmm..!"

"Ayolah, May."

"K-Keenan! Agh! Aaah! Jang-jangan.. Nggak mau--ahhn... K-Kee... Keenan!!"

Sang pacar dari pemuda itu menggeliatkan badannya tak nyaman, nafasnya turun naik sambil tangannya mencengkram lengan kekasihnya yang memeluknya erat dari belakang. Tangan kekasihnya--dengan nakalnya mengocok penisnya yang tegak karena faktor pagi hari, sementara tangannya yang lain menyelinap ke pantatnya. Dimasukkannya satu jari ke lubangnya yang masih sedikit licin karena sisa semalam, lalu ia menggerakkan jarinya, keluar dan masuk, kemudian ia tambahkan lagi jari tengahnya.

"Se-semalem kan udaah... Badan aku masih sakiiit!"

"Sebentar kok, sayang. Anggap aja olahraga pagi,"

"Aku nggak maauu--nnnnnhh!"

Tangan kekasihnya dengan mudah mencengkram pinggul pemuda itu, kemudian mengubah posisinya. Dibukalah kakinya lebar-lebar dan ia menempatkan posisinya di antara kedua kaki itu, ia taruh satu kaki itu di pundaknya. Pemuda itu terlihat tak berdaya di bawahnya, namun ekspresinya menggambarkan penolakan. Berkali-kali ia menggeleng untuk melarang kekasihnya melakukan hal yang macam-macam.

Namun terlambat, kekasihnya menyodok lubangnya dengan batang perkasanya--yang juga menggagahinya semalam. Tubuhnya melemah ketika batang itu masuk ke dalam tubuhnya dan mendobrak pertahanannya dengan paksa. Ia hanya bisa terkulai pasrah sambil mendesah, dan meremas lengan kekasihnya.

"Aaah...! Ah, ah! Keenan.. Aghh! St..stop! Ahnn!!"

"Ah, May... It's really tight... Agh, Amaya..."

Pagi itu, suara desahan dan suara kulit bertemu dengan kulit memenuhi apartemen Keenan, lagi-lagi. Setelah semalam Keenan menggagahi Amaya dengan agak kasar, paginya Keenan memutuskan untuk melakukan morning quickie walaupun sebenarnya Amaya sangat keberatan karena ia lelah.

Penyebab Keenan agak kasar semalam adalah--karena Amaya pergi diam-diam mengantar sahabatnya ke Bandara Soekarno-Hatta. Sahabatnya, Satrio, berangkat menuju Los Angeles semalam. Ia akan melanjutkan pendidikannya untuk menjadi pilot di sana.

Bukan, Keenan bukan marah karena Amaya mengantar Satrio. Tapi, ia sedikit merasa emosi karena Amaya pergi diam-diam. Keenan sampai di apartemennya terlebih dahulu sepulangnya dari Semarang, lebih dulu daripada Amaya. Saat ditanya alasannya, Amaya bilang kalau ia takut Keenan takkan mengizinkannya.

The Perfect PlacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang