j i n g g a

127 1 0
                                    

sore ini masih terasa dingin sejak hujan turun sekitar 10 jam yang lalu.
rintiknya sudah meniada, tapi masih menyisakan genangan —yang kalau berdiri diatasnya terlihat jelas postur tubuh hingga ke raut muka.

masih teringat jelas,
15 tahun yang lalu sore ini,
capung banyak sekali berterbangan diatas kepalaku. berhenti disatu bunga ke bunga yang lain dan kadang di atas kabel-kabel rumah.
kadang, kalau ada genangan mereka mencelupkan diri tapi hanya sebentar.
itu sebabnya kalau kita mandi hanya sebentar, orang tua bilang "mandi capung".

masih ingat,
belasan tahun yang lalu,
sore ini aku dan kawanku masih mandi ke sungai,
belum ada benda serba pintar—smartphone
seperti yang kupakai hari ini,
belum ada update status, belum ada pengaruh dunia luar.
yang kami tahu, mandi sore adalah sungai, main siang adalah lapangan, dan bangun pagi adalah pasar.

apalagi kalau hujan,
sore adalah surga.
kadang ibu sampai marah, mau jadi apa anak perempuan main hingga sore nggak pulang-pulang?

kini, setelah belasan tahun berlalu.
hidup kami berubah.
beberapa diantara kami bahkan berpura-pura tidak saling kenal.
masa lalu kami menghilang.

sore bukan lagi tentang bermain dan marahnya ibu.
tapi sore hari hari ini adalah penantian.
pagi ku bukan lagi pasar, melainkan mengeluh harus bangun pagi dan mengejar deadline agar kerjaan dikantor sedikit berkurang.
siangku bukan lagi lapangan, melainkan hiruk pikuk jalanan dengan ketidakramahannya yang kadang tidak masuk akal.
begitu juga dengan soreku.

sore ku bukan lagi surga, seperti belasan tahun yang lalu, yang kalau hujan senangnya luar biasa melebihi nonton di bioskop atau jalan-jalan ke mall.
sore ku bukan lagi sungai, yang kalau mandi kadang lupa waktu sampai masuk angin dan lagi lagi —kena marah ibu.
bukan lagi tentang capung.
kalau mandi cepat sudah tidak dibilang mandi capung lagi.

tapi sore ku sekarang adalah kehilangan dan penantian.
sebuah seni, seni mencintai dan tak berbalas.
menanti tapi tak kunjung datang.
menghamba tapi tak bertuan.
bersujud tapi tak membumi.

bahkan,
setelah sekian banyak sore yang sudah aku lalui.
tak satupun dari mereka yang mampu menjelaskan mengapa sore selalu terasa menyakitkan.

langit yang berwarna jingga itu, tak seindah perasaan penikmatnya.
selalu menyisakan cerita yang tak kunjung ada habisnya bahkan di halaman terakhir.

di tetes terakhir hujan sore hari,
kenangan yang mengular masih tak kunjung berhenti.
tanah basah dan langit menggelap adalah saksi,
bahwa sore dan hujan memang tidak pernah ramah pada perasaan siapapun.

YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang