-your nightmare (2)-

1K 165 45
                                    

Jiyeon menggigit kukunya sambil bertumpu pada kursi mobil. Dirinya gelisah, antara ingin diam dan pergi tak peduli, dia juga takut kalau nanti polisi datang ke rumah ini dan menangkap Jungkook lalu meminta walinya datang dan habislah riwayat Jiyeon saat itu juga.

"Aku harus bagaimana ini?"

Jiyeon terus berpikir keras mencari cara terbaik agar dia bisa pergi dengan tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan Jungkook. Semakin dia memikirkan solusinya semakin buram pula otaknya—Tidak jernih. Alhasil dia memutuskan untuk pergi ke kantor dan akan memikirkannya nanti jika pikirannya sudah tenang.

Semalam juga dia tidak bisa tidur karena memikirkan itu, dan karena Jungkook juga yang tiba-tiba jatuh sakit. Jiyeon pikir dia tidak akan sakit, ternyata dia juga lemah. Jiyeon hampir tertawa saat mengingat Jungkook yang meronta tidak mau mandi karena dalam kampanye hemat air. Jiyeon harus memaksanya berkali-kali, hingga menariknya secara paksa ke dalam kamar mandi lalu menguncinya dari luar. Barulah sekitar satu jam lamanya di dalam, Jungkook baru mau mandi, dan barulah Jiyeon membukakan pintu kamar mandi.

Dia seperti anak kecil, yang masih berumur lima tahun. Bahkan Jiyeon terkadang sering mengganggunya jika saat tidak sadar saja, karena tingkah Jungkook sendiri yang seperti anak kecil. Tapi tetap saja Jungkook adalah seorang pria dewasa, dia mungkin bisa saja bertingkah layaknya pria pada umumnya. Namun yang Jiyeon perhatikan akhir-akhir ini, tak ada perubahan yang signifikan pada Jungkook. Bahkan Jiyeon menganggap kelakuannya yang sering meneror orang lain itu adalah perbuatan iseng anak kecil yang tidak suka 'mainan'nya diambil oleh orang lain. Tapi yang tidak Jiyeon mengerti adalah kenapa dia sangat terobsesi pada kata 'bunuh' dan 'mati'?

"Hey!"

Seruan dari Jaehyun membuat Jiyeon tersadar dari pikirannya yang panjang, hingga dia tak sadar kalau pintu lift sudah terbuka.

"Oh ... Kau." Jawab Jiyeon sambil mengambil lagi jiwanya yang menguap.

"Melamun pagi-pagi, tidak baik loh."

"Maaf, aku sedang banyak pikiran."

"Apa yang kau pikirkan?"

"Perkataanmu waktu itu."

"Yang mana?"

"Yang mau memanggil polisi karena kau sudah melaporkan tindakan teror yang kau alami itu."

"Oh, itu. Kenapa kau sampai ikut memikirkan itu?"

Jiyeon memalingkan matanya ke kiri, menutup pintu lift setelah penumpangnya penuh. Jiyeon tak mau menjawabnya, dia bingung harus jawab bagaimana.

"Hey."

"Kurasa itu tidak perlu dilaporkan pada polisi, kan bisa dicari tahu sendiri."

"Ya, tapi akan lebih detail dan jelas jika dibantu oleh polisi."

"Ayolah, ini hanya masalah kecil. Polisi takkan mau membuang-buang waktunya hanya dengan mengurus masalah ini."

"Jiyeon-ssi, kau kenapa sih? Aku hargai usulanmu, tapi ini masalahku yang bersangkut langsung denganku."

Jiyeon membatu, benar juga kata dia. Jiyeon langsung menutup mulutnya setelah mendapatkan perhatian dari orang-orang di dalam lift ini. Dia sudah kelewatan karena tak mau terkena akibatnya.

"Maaf." Singkat Jiyeon dan langsung kabur setelah pintu lift terbuka.

"Bodoh! Bodoh!" Makinya pada dirinya sendiri.

Dia langsung berlari kecil, melewati pekerjanya yang memberinya hormat. Setelah masuk ke dalam ruangannya, dia menutup pintu ruangannya dengan punggungnya, bersandar sambil mengatur napasnya.

The Boy✔ || Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang