39. End

4K 214 22
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Nadine Azizah binti almarhum Prasetya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." ucap Azka lantang dalam satu kali tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu yang bertugas menikahkan kami. Jantungku seperti hendak keluar menanti jawaban para saksi yang hadir di ruangan ini.

"SAHHHHH!!!" jawab beberapa saksi yang membuat hatiku lega dan membuncah bahagia seketika. Beberapa orang mengucap syukur dan akupun ikut mengucap syukur atas lancarnya pernikahanku yang kedua kalinya ini.

Aku menyamping menghadap Azka yang duduk disisi kananku sedari tadi. Aku masih menunduk entah kenapa aku merasa malu padanya.

Azka mengambil tanganku dan memakaikan cincin yang memang sudah kami pilih beberapa waktu lalu. Aku mencium tangan Al dan gantian memakaikannya cincin yang lebih polos dari milikku. Dan dia mencium keningku sebagai balasannya.

 Dan dia mencium keningku sebagai balasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Statusku sudah berubah saat ini. Aku yang dulu di predikatkan sebagai janda gatel atau janda penggoda suami orang, sekarang punya suami sendiri yang bisa aku banggakan. Terlebih pada mereka yang masih setia mencibirku biarpun mereka tau kenyataan yang sebenarnya.

Aku dan Azka menyalimi bunda yang setia disebelah Azka sejak acara di langsungkan.

Aku bisa melihat air mata bahagia yang mengalir dari mata indah bunda. Semoga saja akan selalu kebahagiaan yang menghampiri kehidupan baruku ini. Kini giliran aku yang menyalimi bunda Azka yang beberapa menit lalu resmi menjadi bundaku juga. Bunda memelukku dan menangis haru.

"Terima kasih sudah mau menjadi istri Azka. Bahagia selalu Nak, bunda akan selalu mendoakan kalian." Doa bunda disela isakannya.

Kami gantian menyalimi orang tua mas Damar yang saat ini menjadi waliku.

"Semoga ini menjadi pernikahan terakhirmu Nak. Semoga pernikahanmu menjadi pernikahan yang sakinah, mawaddah, warohmah." Doa ayah mas Damar sambil mengelus puncak kepalaku.

Setelah proses sungkeman, dan bersalaman dengan tamu yang datang di acara ijab kabul.

Akhirnya aku dan Azka masuk ke kamar untuk berganti baju sebelum pergi ke gedung tempat resepsi pernikahan kami dilaksanakan. Sebenarnya aku tak ingin pernikahan yang mewah atau resepsi yang besar-besaran. Bagaimanapun juga ini adalah kali kedua untukku menikah. Tapi Azka tetap memaksa dan bilang jika ini pernikahan terakhirnya dan akan berlangsung seumur hidup. Jadi ia ingin melakukan yang terbaik untuk hari pernikahannya.

"Al dimana sayang?" tanya Azka saat masuk ke kamar dan tak menemukan keberadaan putraku.

"Al tadi sama ayahnya. Mungkin sekarang masih didepan." jawabku sambil membuka kebaya yang aku kenakan untuk ijab kabul.

Ijab kabul memang dilaksanakan di rumahku, itu semua hasil paksaanku pada Azka yang berujung dengan resepsi yang wajib dilaksanakan di gedung yang ternyata sudah di incar Azka sedari dulu.

This Time ✔ (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang