terpaut oleh waktu

rindu

rindu.

matahari biasanya bersinar terang ketika aku merindukanmu. seakan-akan mengejek wajahku yang terlihat lesu.

rindu.

kini langit sering terlihat kuyu seiring dengan wajahku yang masih lesu (yang masih merindukanmu), meskipun hujan yang ditunggu belum juga datang berderu-deru.

rindu.

bunga-bunga kuning dari pohon yang berdiri tegak di halaman kosku mulai berguguran, membuatku teringat akan dirimu yang selalu menanyakan mengapa hanya bunga-bunga di pohon itu yang berguguran.

kamu selalu bertanya setiap kali berkunjung di awal bulan oktober dengan langit yang mulai terlihat kuyu, waktu dimana bunga-bunga itu sedang berguguran tanpa henti dan menghiasi jalan dengan warna kuning seiring dengan angin yang menerbangkannya jauh dari tempat pohonnya jatuh.

kamu selalu datang di awal bulan oktober saat langit mulai terlihat kuyu sejak tiga tahun lalu. kamu tidak jua datang bahkan ketika bulan oktober akan segera berakhir di tahun ini, kamu tidak jua datang bahkan ketika bunga-bunga kuning sudah tidak lagi berguguran.

rindu.

angin malam yang berhembus tidak lagi membuatku membuka jendela kamarku lebar-lebar. angin malam yang berhembus di bulan oktober mulai terasa tidak nyaman, membuatku menutup jendela kamarku yang terbuka lebar--membuatku meringkuk di bawah selimut yang hangat sambil memikirkan senyumanmu (yang tak kalah hangatnya).

rindu.

aku mulai memakai jaketku kemanapun aku pergi. aku berhenti memikirkan betapa panasnya ketika kamu memelukku saat matahari sedang terik-teriknya.

aku memikirkan betapa hangatnya ketika aku memelukmu, menyelimuti diri dengan selimut besar yang kita beli dua tahun kemarin--dengan tanganku yang mengitari pinggangmu dan kakimu yang berada disela-sela kakiku.

dengan aku yang selalu mendengarkan betapa kamu ingin memeluknya ketika kamu berada di pelukanku.

rindu.

langit di bulan oktober mulai terlihat kuyu dan aku masih merindukanmu--

--(yang mungkin kini sedang berada di pelukannya).