👔 lelaki-lelakiku

890 152 23
                                    

Aku mau jujur, laki-laki dalam kehidupanku tidak cuma Keenan.

Sebelum aku bertemu dengannya di Universitas, aku sempat berpacaran dengan seorang cowok waktu SMA, dia bukan cowok yang baik sih, tapi aku ingat dia super ganteng dan dulu aku bangga abis menjadi pacarnya, ya habisnya dia ganteng, semacam cowok idola sekolah begitu, sampai aku sadar sebenarnya ia tidak bangga punya pacar sepertiku. Ia mendekatiku karena ia ingin dekat dengan Cynthia, iya Cynthia yang aku bicarakan sebelumnya, dia dulu teman sekelasku waktu SMA. Untungnya waktu itu Cynthia tidak memiliki perasaan yang sama dengan cowok itu, tapi tetap saja, aku memutuskan untuk putus saja daripada menyiksa diri dengan cinta tak berbalas.

Lalu Keenan...

Aku bertemu Keenan waktu masih mahasiswi, di sebuah festival kesenian yang diadakan temanku dari Fakultas Ilmu Budaya. Dari sana, kami berkenalan, lalu jadian selama tiga tahun, Zoya terjadi, dan kami memutuskan untuk menikah.

Pernikahan itu adalah pernikahan yang bahagia, bukan pernikahan terpaksa seperti yang kalian bayangkan. Namun seperti semua pernikahan, pernikahanku juga ada pasang surutnya. Selama enam tahun kami tinggal bersama, segala hal tidak melulu berjalan mudah, lebih-lebih waktu itu aku belum lulus dan masih merintis karir, sama juga dengannya. Harus kuakui ada banyak hal kecil yang sering membuatku merindukannya, tapi aku tidak akan menyebutkannya karena nanti ceritanya jadi terlalu panjang dan aku akan semakin merindukannya.

Sepanjang hubungan kami, kami hanya pernah dua kali bertengkar besar-besaran, tapi tidak setelah kami menikah. Lalu pada dua tahun sebelum pernikahan kami berakhir, aku sadar ada sesuatu yang terasa kering dalam hubungan kami, ada sesuatu yang terjadi, sesuatu yang tidak Keenan katakan, dan karena aku terlalu mengenalnya, aku tidak sengaja tahu hal yang ia sembunyikan dariku.

Ia meminta berpisah suatu hari, entah kenapa aku setuju, kurasa karena waktu itu aku juga sama-sama jenuh, dan aku sudah terlalu lama berpura-pura tidak tahu tentang hubungannya dengan Cynthia. Jadi daripada memperumit masalah, aku membiarkannya pergi. Aku tidak terlalu memikirkan perasaan Zoya dan Wylla, padahal waktu itu Wylla masih menyusu, yang kupikirkan hanyalah membiarkan Keenan pergi bersama egonya, dan aku bertahan dengan egoku. Waktu itu aku cukup percaya diri untuk membesarkan anak-anakku, aku juga cukup mandiri secara finansial, kupikir tidak akan masalah kalau ia pergi. Aku ingat ia sempat memberi penawaran, "Kalau kamu minta aku tinggal, aku bakal tinggal, demi anak-anak."

"Pergi aja, Keenan, kita bertiga bakal baik-baik aja! Kita nggak butuh seseorang yang tinggal sama kita karena terpaksa!" jawabku kalap.

Aku melewati waktu-waktu yang sulit setelah kami setuju untuk berpisah. Aku punya masalah soal mempercayai orang lain, kepercayaan diriku juga terluka, sulit untuk bangun setiap hari memikirkan bagaimana aku bukan orang yang cukup baik, aku sempat berpikir untuk menyerah soal hidupku, lalu bayangan tentang Zoya dan Wylla dan bagaimana mereka tertawa... mereka menyelamatkan hidupku.

Yah... begitulah ceritaku dan Keenan, barangkali dia adalah kisah cintaku yang paling nyata.

hiks...

Oke, move one

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke, move one.

Satu tahun setelah aku dan Keenan bercerai, Mbak Endah mengenalkanku dengan teman dekatnya, seorang VP dari Divisi AE, namanya Ongky Ahmad Said.

aku sengaja tidak memberi gambar soalnya aku menghargai privasinya.

Aku menyukai perhatian Mas Ongky. Ia tampan, mapan, dan sangat sopan. Aku pikir ia bakal jadi ayah yang baik buat kedua bidadariku, sampai suatu hari saat harapanku memuncak ia mengatakan padaku, "Dek, maaf aku nggak bisa menikah sama kamu."

Sejak saat itu kami tidak pernah berbicara lagi meski aku masih sering berpapasan dengannya di kantor. Mungkin aku masih kesal dengan dirinya yang plin-plan, tapi selain itu aku tidak merasakan apapun. Sakit hatiku padanya juga tidak separah Keenan.

Belakangan aku mendengar gosip dari Dawiyya dan Juju kalau Mas Ongky memang tidak suka perempuan. Kabarnya ia sedang dekat dengan Direktur kami. Anehnya aku tidak cemburu, karena aku memang merasa ada hal yang kurang pas waktu ia jalan denganku. Mendengar kabar itu aku turut senang, akhirnya ia berani mengaku pada perasaannya sendiri.

Setelah Mas Ongky, aku pergi kencan beberapa kali dengan orang-orang yang kutemui lewat Tinder, tapi tidak ada yang cocok. Lalu aku berpikir, dari pada fokus mencari kebahagiaan pada orang lain, aku memfokuskannya pada diriku dan anak-anakku.

Tapi sekarang masalahnya bukan aku, tapi orang-orang.

Sewaktu aku pulang lebaran ke Solo bulan lalu, Ibu bilang padaku, "Kamu masih cantik lho, Nak, apa kamu ndak mau mencari suami baru?"

"Ndak, Bu, aku sudah lelah, lagian sekarang aku cuma mau fokus sama anak-anak saja, kalau Tuhan mengizinkan ya, insyaallah mungkin aku bakal menikah lagi, kalau ndak ya ndak apa-apa. Aku ndak akan menyalahkan rencana Gusti Allah, Bu."

Semua orang, bahkan asisten rumah tanggaku si Yena, bahu membahu mencarikan pengganti Keenan untukku. Ada yang karena tidak tega, ada yang karena berpikir Zoya dan Wylla akan lebih baik dengan adanya sosok ayah, tapi lebih banyak karena tidak tega aku hidup sendiri sih.

Padahal lho, aku biasa saja, sudah tidak sesedih sewaktu Keenan bilang ia mau menceraikanku.

Zoya dan Wylla di sisi lain masih mengelu-elukan ayah mereka.

Suatu hari saat mereka tidur di kamarku, aku menceritakan pada mereka cerita-cerita pengantar tidur yang dulu biasa ibuku ceritakan padaku. Wylla sudah tidur, Zoya masih terjaga, belum juga mengantuk, padahal mataku sudah siap terpejam.

"Ma, ulang tahun Zoya tahun depan, Zoya nggak jadi minta sepeda deh," katanya.

"Terus gantinya apa?" tanyaku sambil menguap.

"Zoya mau hadiahnya Mama sama Papa barengan lagi."

Aku menatapnya dalam diam, tidak mampu membalas permintaan itu. Zoya juga tidak mengatakan apapun setelahnya, ia hanya menatap mataku lekat-lekat.

Kurasa ia takut aku akan marah setelah ia mengatakan hal itu padaku, tapi aku tidak marah, sama sekali tidak, aku hanya... hanya mendadak menyesal tentang banyak hal, dan penyesalan terbesarku adalah keputusan kami untuk berpisah walau kami tahu Zoya dan Wylla adalah segalanya untuk kami. []

are you team zoya?
vote dan komentar anda sangat berarti

[✔] MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang