Lima - Another's Arms

2.5K 397 97
                                    

Catur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Catur

Gendhis langsung naik ke kamarnya untuk mandi, sementara gue duduk bengong di pinggir kolam renang nunggu Kanu bawain minuman buat gue.

Selama ini gue nggak pernah kepikiran aneh-aneh tentang Kanu dan Gendhis. Gue anggap kedekatan keduanya wajar karena mereka sudah menganggap satu sama lain saudara. Gue tahu Kanu sayang banget sama Gendhis sebagai adik, begitupun sebaliknya. Gendhis sangat menyayangi Kanu sebagai kakak.

Ibu pernah mengajak gue bicara serius bahas kedekatan Gendhis dan Kanu karena beliau merasa terganggu dengan kedekatan keduanya setelah gue dan Gendhis resmi bertunangan. Gue? Nggak sama sekali terpengaruh, tetap merasa biasa saja dengan kedekatan mereka.

Ibu bahkan bilang pernah memperingatkan Gendhis untuk tidak terlalu dekat dengan Kanu dan mengatakan pada Gendhis jika gue lah yang menyuruh Ibu untuk berbicara dengannya, bahwa gue merasa keberatan dengan kedekatan dia dan Kanu. Gue sangat kesal pada ibu saat itu, menurut gue ibu sudah keterlaluan karena berbohong pada Gendhis.

Tidak hanya Ibu yang menurut gue bersikap berlebihan dengan kedekatan Kanu dan Gendhis, Lody juga sama. Lody sering mengeluh pada gue bahkan meminta gue untuk berbuat sesuatu dengan kedekatan Kanu dan Gendhis. Tentu gue abaikan. Karena menurut gue, memang nggak ada yang aneh antara Kanu dan Gendhis. Keduanya hanya bersikap layaknya kakak-adik.

Gue sering melihat mereka berpelukan, melihat Kanu memeluk Gendhis atau sebaliknya, bahkan Kanu pernah posting video di akun Instagramnya ketika dia mencium pipi mbak Kinan dan Gendhis bergantian. Dan gue biasa aja.

Namun, malam ini setelah melihat kejadian tadi, seketika gue merasakan ketidaknyamanan yang ibu dan Lody rasakan. Malam ini untuk pertama kalinya gue merasa terganggu dengan kedekatan mereka. Gue nggak nyaman dengan apa yang gue lihat tadi.

Cara Kanu mencium pelipis Gendhis.

Cara Gendhis memeluk erat Kanu sambil menangis, seolah pelukan itu adalah hal yang sangat Gendhis butuhkan tadi.

Cara mereka berdua tersenyum setelah Kanu mengusap air mata Gendhis.

Gue sangat tidak suka melihatnya.

"Cola kosong di kulkas, bir dingin mau?" Tanya Kanu membuat pikiran gue yang sibuk kesana kemari kembali.

"Boleh."

Kanu melemparkan satu kaleng bir dingin yang dibawanya pada gue yang segera gue buka lalu menghabiskannya sekali teguk.

"Haus lo?"

"Panas, tenggorokan gue kering."

Kanu terkekeh dan entah kenapa gue benci mendengarnya sampai gue meremas kaleng bir hingga penyok.

"Akhir-akhir ini lo sibuk banget kayaknya. Gue hampir nggak pernah lihat lo ngabisin waktu bareng Gendhis." Ucap Kanu setelah duduk di samping gue sebelum meneguk bir di tangannya.

WayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang