Seokjin terduduk lemas di lantai sembari menyandarkan punggungnya pada kaca ruangan. Ia meraih botol minum yang diberikan oleh Jungkook yang berada di sampingnya. Meneguk isinya dengan begitu cepat. Desah lega terdengar dari mulutnya. Tak menyangka bahwa air mineral akan senikmat ini.
Tangan kanannya ia gunakan untuk mengelap keringat dengan handuk yang telah disediakan. Ia tak tahu bila latihan untuk menjadi model akan seberat ini.
Seokjin kira, ia hanya butuh untuk berjalan dari satu sisi ke sisi ruangan yang lain seperti biasa, lalu berpose di akhir. Tapi tidak. Sang pelatih tak senang dengan gerakan Seokjin. Terlalu kaku, menurutnya. Ia membuatnya lari keliling ruangan, push up, dan sit up hingga Seokjin kehabisan tenaga.
Bukannya membantu, Jungkook malah menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk menertawakan yang lebih tua hingga puas. Tak gentar dengan lirikan tajam dari sang empunya.
Pelatih yang mulanya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan yang paling muda, menjadi geram karena perhatian anak didik barunya kerap teralihkan lantaran terganggu oleh suara tawanya.
Lelaki jangkung itu memukul bagian belakang kepala yang paling muda dengan sepenuh hati. Membuat si empunya mengaduh kuat. Jungkook mengurungkan niat untuk memprotes sang pelaku saat ia melihat raut wajah pelatihnya.
Jungkook hanya bisa meneguk ludah melihat senyum manis sang pelatih yang ditujukan padanya. Habis sudah dirinya. Jungkook masih ingat terakhir kali ia membuat marah sang pelatih. Lelaki itu membuatnya lari naik turun tangga sebanyak tiga puluh lantai. Ia sampai tak bisa tidur nyenyak seminggu karena seluruh otot badannya yang amat sakit.
Jungkook pernah menceritakan penderitaannya pada sang sahabat. Merengek minta pelatih baru, yang hanya dibalas dengan tawa besar dan sebuah kalimat. "Salahmu sendiri berbuat seenaknya."
Jungkook hendak mengambil ponsel untuk mencari hiburan lain, sebelum pandangannya jatuh pada Seokjin yang sedang berdiri di seberangnya dengan menyender pada kaca.
Pemuda itu melihat ke arahnya, dengan sebelah alis yang diangkat dan senyum miring penuh ejekan atas kejadian pemukulan yang baru saja berlangsung. Jungkook mengedip beberapa kali. Kemudian berjalan mendekati yang lebih tua, melupakan peringatan yang baru saja diberi sang pelatih.
"Ah, benar juga. Bukankah aku dipanggil ke sini untuk mengajari model amatir baru kita? Lihatlah, ia tak bisa apa-apa. Jalannya saja seperti keledai tua yang tak diberi makan seminggu."
Senyum miring pada bibir yang lebih tua berganti dengan lekukan ke bawah. benar-benar bocah tak tahu sopan santun. apa kedua orang tuanya tak pernah mengajarkan bagaimana harus bersikap di hadapan orang yang lebih tua? seokjin ingin sekali memukul kepala bocah di depannya ini. namun ia tahan lantaran ia tak suka bermain kekerasan.
Melihat pemuda yang lebih tua hanya terdiam, Jungkook semakin gencar melaksanakan aksinya. Ia dekati yang lebih tua hingga jarak antar tubuh mereka hanyalah sejengkal. Jungkook menaruh kedua telapak tangan pada masing-masing sisi kepala Seokjin. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga kiri yang lebih tua, kemudian berbisik rendah.
Seokjin mengedipkan kedua mata besarnya beberapa kali. Rona merah muncul di sekitar pipi. Tangan kanan ia kepal, lalu dipertemukan dengan permukaan perut yang lebih muda.
Jungkook mengaduh. tangan kanan memegang otot yang berdenyut sakit. Sial, sakit juga pukulannya. Ia berdiri, kemudian mengambil ancang-ancang ingin membalas pukulan.
Seokjin memasang kuda-kuda pertahanan. Alis ditekuk, kedua mata menatap tajam. Bibir dikerucutkan, mencoba keras untuk terlihat garang.
Kata kunci, mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal | Taejin
FanfictionEthereal /əˈTHirēəl/ adjective "extremely delicate and light in a way that seems too perfect for this world." He never thought that angels are real, until he sees them with his own eyes. In which Taehyung accidentally saw an extremely beautiful huma...