2: You, ungrateful brat!

850 115 26
                                    

Aaaa maaf baru update pagi ini. Tadi malem aku udah mulai ngetik abis nugas, tapi malah ketiduran di tengah-tengah. Niatnya cuma mau ngetik 500an kata. Tapi ternyata ga bisa kalo cuma segitu. Masih kurang banget heuheeuheu 😂😂

Jadilah saya lanjut ngetik begitu bangun tidur. Tolong kasih tau kalau ada typo, ya. Soalnya aku ga baca ulang lagi. Langsung publish aja, takut malah tambah lama.

Udah deh, selamat membaca ya~😄😄

*

*

*

Hari ini seharusnya menjadi hari yang menyenangkan bagi Seokjin. Sang kakak kedua yang terlampau sibuk itu mendapat hari libur dan mengajaknya makan di restoran mewah yang baru saja dibuka pekan lalu.

Restoran yang terkenal akan hidangan lobster ala perancis yang dimasak dengan saus white wine yang creamy ditambah topping keju parmesan, kemudian dipanggang hingga berwarna kuning keemasan.

Membayangkannya saja sudah membuat Seokjin meneteskan air liur. 

Dengan berat hati ia menolak ajakan sang kakak. Berdalih bahwa sahabat terdekatnya, Yoongi, meminta pertolongan padanya. Jujur, Seokjin tak tega melihat raut wajah sang kakak yang tampak begitu kecewa karena adik kesayangannya menolak diajak pergi.

Ini semua karena turis jadi-jadian itu!

Berkatnya, tiap hari ia harus mendatangi gedung pencakar langit itu untuk mendapatkan latihan modeling intensif. Beruntung, pelatihnya merupakan orang yang terlampau baik. Ia sangat sabar mengajari Seokjin yang benar-benar tidak mengetahui apapun tentang modeling.

Mimpi apa ia semalam, mendapatkan kesialan bertubi-tubi seperti ini. Sudah gagal mendapatkan figure Super Mario limited edition yang sudah lama ia idamkan, harus berurusan pula dengan lelaki pirang itu.

Dengan berat hati Seokjin menyiapkan diri dan melangkah keluar rumah. Tentu saja setelah mengisi bahan bakarㅡ sarapan ㅡdengan segunung makanan di atas meja yang telah dipersiapkan oleh sang koki.

Sang ibu mengikuti langkahnya hingga mencapai pintu. "Seokjinnie, jangan pulang terlalu larut. Telpon ibu apabila kamu butuh jemputan atau hal lain. Jangan telat makan, oke?"

Yang dipanggil menoleh kemudian memasang wajah cemberut. "Ibu! Aku sudah dewasa. Tak perlu lagi diingatkan seperti itu."

Ibunya tertawa melihat kelakuan si anak bungsu. "Orang dewasa tak akan mengambek seperti itu, Seokjinnie." Ia sangat senang menggoda anaknya yang satu ini.

Wanita itu memanggil anaknya ketika dilihat sang anak yang hendak membuka pintu rumah. "Seokjinnie, kau tidak melupakan sesuatu?"

Yang dipanggil, berhenti kemudian berpikir. Rasanya ia sudah menyiapkan seluruh keperluan hari ini sebelum tidur. Ia yakin tidak ada yang lupa. Seokjin melihat ibunya dengan kedua mata yang melebar. Meminta jawaban atas pertanyaan itu.

Sang ibu memasang wajah sedih, "Seokjinnie belum memberikan kecupan pamit pada ibu."

Terdengar suara menggelegar dari arah dalam, diikuti dengan derap kaki seperti orang yang sedang berlari tergesa. Tak lama, muncul seorang lelaki dengan rambut merah muda di hadapan Seokjin.

Anak kedua keluarga Kim. Ia memasang wajah sedih di depan sang adik.

"Seokjinnie, hyung juga belum mendapat kecupan selamat datang darimu. Padahal hyung sudah bersusah payah meminta hari libur untuk bertemu keluarga dan adik kesayangan. Tapi Seokjinnie malah pergi ke rumah teman.", sebenarnya ia tak masalah. Toh, hari liburnya masih panjang hingga minggu depan. Hanya saja, ia senang menggoda adik satu-satunya seperti sang ibu.

Ethereal | TaejinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang