"Aku sudah tak mencintanya lagi. Tapi aku tak bisa membuatnya pergi" -EzraBeside me
Hujan semakin deras. Ku eratkan jaket yang ku kenakan. Aku berjalan terburu buru mencari tempat untuk berteduh. Aku berlari menuju kerumunan orang yang entah itu sama nasibnya denganku atau benar benar menunggu bus disana. aku menggosok gosokan kedua tanganku mencari sumber kehangatan tapi sialnya tidak berpengaruh padaku.
eongdeongi ppangppangppang
Namjadeureun Time Time Time
nae ipsul nyamnyamnyam
eodilgadeun dangdangdangKurogoh telepon genggamku dari saku jaketku.
"Hallo sayang, maaf aku tidak bisa menjemputmu. Ada urusan mendadak di kantor"
Aku tersenyum getir"Tidak apa, aku bisa pulang sendiri"
"Oh!, Kau harus memakai jaket, diluar hujan"
Aku sudah melakukannya"Terimakasih telah mengingatkan"
"Kau membawa payung kan Sayang?"
"Iya"
Bohong"Baiklah, berhati hatilah sayang. Dan jangan lupa kabari aku jika sudah sampai. Aku mencintaimu"
Dia mematikan sambungan panggilannya sebelum aku menjawab.
Aku tersenyum miris, memainkan sedikit genangan air dengan kakiku lalu mendongkak ke atas. Menahan air mata yang sialnya sudah berada di pelupuk mataku. Telepon genggamku masih berada di telinga kananku.
"Aku juga sangat mencintaimu. Tapi apakah harus seperti ini?"
Pertahananku hancur, air mataku lolos.Beside me
"Jangan bermanjaan ezra!" kesalku pada pria yang sedari tadi terus menempeliku.
"Sudah lama kita tidak bertemu, aku merindukanmu" dia menyimpan kepalanya pada bahuku tanpa mempedulikanku yang benar benar sedang repot dengan pekerjaan yang terpaksa harus dibawa kerumah. Dan bayi besar ini terus saja membuatku kesal dan ingin sekali menendang bokongnya dari apartemenku.
Aku mencoba fokus pada perkerjaanku kali ini dan membiarkannya sibuk memainkan helaian rambutku yang terurai sebahu.
"Bagaimana dengan pekerjaan kantormu? Baik baik saja?" sedikit berbasa basi padanya, bisa bisa dia marah padaku jika diabaikan.
"Aku benar benar ingin keluar dari kantor itu, pak Lesmana benar benar tidak mengizinkanku untuk beristirahat" dia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leherku dan mengusak wajahnya, aku menggeliat geli.
"Kau wangi ai" aku tak menghiraukan perkataannya.
"Berhenti saja, jika itu membuatmu tersiksa" bisa kurasakan di bahuku dia menggeleng pelan.
"Tidak mungkin ai, aku tidak bisa berkerja diperusahaan lain" dia melingkarkan lengannya pada pinggangku. Aku menghentikan aktivitas 'ayo bekerja' lalu melepaskan lengannya dari pinggangku dan menatapnya dalam.
"Jika itu keputusan mu.." aku memegang kedua sisi wajahnya
"Lakukan yang terbaik..." Aku tersenyum menatap irisan matanya
"Jika kau benar benar tidak ingin terjebak dengannya dan kau sudah lelah. pergilah..." Dia memegang tanganku yang masih bertengger di wajahnya lalu membalas hangat senyumku. Aku sedikit tersipu karena malu
"Jangan memaksakan diri ezra, aku tak ingin kau tersiksa" dia menarik belakang leherku untuk masuk kedalam dekapannya.
"Terimakasih ai, aku benar benar tak akan bisa melepaskanmu kapanpun...." Dia semakin mengeratkan pelukan. Lalu beberapa kali dia menciumi rambutku.
"Dan jangan pernah berharap kau akan lepas dariku" aku tersenyum, dadaku bergemuruh. Aku selalu jatuh cinta padanya dan terus berulang kali tanpa lelah.
Beside me
"Aku pulang, cepat selesaikan pekerjaanmu. jangan terlalu larut" ezra memasang sepatunya. Ia tersenyum melihatku lalu meraih kedua lenganku lalu mengecupnya. Aku tersipu malu.
"Jangan terlalu lelah" dia melepaskan tangan kami lalu tersenyum padaku. Saat ezra berbalik dan melangkah untuk meraih pintu, tiba tiba dia berhenti melangkah.
"Ada apa?" Ucapku penasaran
"Kemarin kau tidak memakai payung kan? Kenapa berbohong?" Aku menahan nafas. Dia menyadarinya.
"Aku tidak berbohong. Payungku dipinjam ibu saat datang untuk berkunjung" ucapku beralasan, aku berharap dia mempercayainya. Dia terdiam tanpa merespon. Nafasku tertahan untuk beberapa saat hingga dia berucap.
"Oh, sayang sekali harusnya aku menemui ibu kemarin" dia memutar kepalanya untuk melihat kearahku dan tersenyum simpul dan dibalas senyum seadanya dariku. Dan disusul dengan suara pintu tertutup.
"Lalu, kenapa kemarin kau tidak mengerjakan urusan kantormu itu dan malah bersama seorang wanita di restoran berdua? Kenapa kau berbohong padaku lagi?"
Air mataku lolos untuk kesekian kalinya. Aku terduduk memeluk lututku dan menangis sejadi jadinya melampiaskan semuanya.
TBC
Hehe
Holaa. Ini cerita pertamaku nih yang di publish. Maaf jika ada kesalahan atau tidak nyambungnya cerita dan EYD yang tidak benar mohon di maklumi ya. Oh beri komentarnya jugaa ya. Thanks guys!💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside me [1]
Random"Aku tidak mencintainya lagi. Tapi aku tak akan pernah melepasnya" -ezra "Haruskah aku melepasnya lebih dulu?"-alya