(Masih) Langkah Pertama

563 63 12
                                    

Perth meletakkan selembar kertas pada map yang terletak dihadapannya. Ia baru saja menyelesaikan laporan yang akan ia berikan pada p'Plann. Sudah dua hari ini Perth selalu menyelesaikan pekerjaannya lebih awal. Tentu saja. Ia ingin segera pergi ke tempat p'Big untuk mengawasi seseorang dibalik kaca kedai kopi itu.

Mark Siwat. Pemuda berahang tegas itu sudah menghiasi pikirannya selama hampir 10 hari ini. Meski sudah ditolak mentah-mentah oleh Mark, Perth tetap saja tak ingin menyerah. Meski ia sendiri tidak tau apa yang harus ia lakukan.

"Kau harus mencobanya, percayalah padaku,"

Kata-kata itu masih terngiang dikepala Perth. Dan itu benar-benar mengganggu pikirannya.

Hmm.

Perth menghembuskan nafas berat, lalu menyandarkan punggung pada kursi kerjanya. Meski raganya berada dikantor, namun tidak dengan pikirannya. Berkali-kali wajah Mark dan saran dari p'Big untuk mendekati Mark bergantian melintas diotaknya. Perth benar-benar tidak dapat berkonsentrasi.

Perth menatap jam yang berada diatas meja kerjanya. Masih satu jam lagi sebelum jam kerja berakhir. Ia lalu memejamkan matanya sejenak.

1 menit.

3 menit.

5 menit dan Perth mulai tertidur. Tidak. Aku hanya bercanda. Mari kembali ke Perth.

Perth segera beranjak dari kursi kerjanya. Ia meraih map yang berada diatas meja. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan p'Plann berada.

Tok tok tok

"Masuk!"

Perth membuka pintu sesaat setelah ia mendapat ijin dari si pemilik ruangan, p'Plann. Kepala Gudang sekaligus sepupu Perth.

"Aku sudah menyelesaikan laporannya, besok kita sudah bisa melakukan pengiriman," Perth menyerahkan map itu pada p'Plann untuk ditanda tangani.

"Kau bekerja lebih cepat akhir-akhir ini, ada apa Perth?" p'Plann segera menandatangani berkas yang Perth berikan lalu mengembalikannya pada Perth.

Perth menggelangkan kepalanya. Meraih map itu dan segera beranjak dari tempat ia berdiri.

"Jika ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, katakan saja. Mungkin aku bisa membantumu," Perth menghentikan langkah kakinya. Ia kembali menghadap p'Plann.

Perth mematung ditempatnya. Ada keraguan yang menyelimuti dirinya. Meski ia tau p'Plann tidak akan memandangnya jijik karena ia sudah jatuh cinta pada Mark, tapi tetap saja. Ia masih merasa malu jika harus jujur pada sepupunya itu.

"Ehm, apa jatuh cinta bisa mengganggu pikiran kita?" Perth bersuara pelan, ragu. Mati-matian menahan rasa malu pada dirinya.

"Apa? Kau sedang jatuh cinta? Hahaha" tawa p'Plann pecah memenuhi ruangannya. Dan Perth merasa menyesal seketika.

"Huh!" Perth hampir membuka pintu ruangan p'Plann saat tiba-tiba sepupunya itu berteriak.

"Dekati dia, tunjukkan padanya bahwa kau menyukainya. Maka kau akan sedikit merasa lega. Setidaknya gangguan dalam pikiranmu akan segera berkurang haha"

Perth memberikan death glare pada p'Plann, meskipun p'Plann tidak mengindahkannya. Ia terus saja tertawa melihat kelakuan sepupunya itu. Lucu, pikir p'Plann.

Perth beranjak dari ruangan p'Plann. Apa yang p'Plann katakan hampir sama dengan apa yang p'Big sarankan padanya. Meskipun Perth tidak mengatakan jika ia sudah pernah ditolak oleh Mark sebelumnya.

Lagi. Perth bertanya pada dirinya sendiri.

"Haruskah aku melakukannya?"

Setangkai MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang