"Terima kasih"

417 56 20
                                    

Jam kerja Mark hampir berakhir. Dan ia sudah selesai dengan pekerjaannya. Bunga-bunga itu sudah tertata rapi dan sebentar lagi ia akan segera menutup tokonya.

Mark berjalan ke arah meja kasir. Setangkai bunga mawar pemberian Perth menarik perhatiannya. Ia meraih mawar itu, dan tiba-tiba ia menggerakkan kepalanya untuk menatap kedai kopi yang Perth maksud.

Mark tersenyum tipis. Perth bukan orang pertama yang mengatakan bahwa ia menyukai Mark. Tapi Perth adalah orang pertama yang memberikannya setangkai bunga. Terlebih bunga mawar. Bunga yang melambangkan tentang cinta.

Cukup lama Mark terdiam hingga tiba-tiba ia melangkahkan kakinya, meraih kunci yang tergantung di dinding. Sudah waktunya ia menutup tokonya dan pulang ke rumah.

Tapi hari ini, Mark akan pulang sedikit terlambat. Ia berjalan ke arah kedai kopi itu setelah ia selesai menutup tokonya.

KRIIIIIINGG

Lonceng kecil itu berbunyi. Menandakan seseorang baru saja memasuki Panda Coffee milik P'Big.

"Mark?" P'Big yang selesai mengantarkan pesanan seseorang itu segera menghampiri Mark.

Mark tersenyum ramah, membalas sapaan sang pemilik kedai.

"Sawatdee kub P'Big,"

"Sawatdee. Kau mau pesan apa? Akan kubuatkan untukmu,"

Mark meraih lengan P'Big. Ia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan Panda Coffee. Mencoba mencari seseorang yang memberikannya setangkai mawar. P'Big yang melihatnya mengerti apa yang Mark maksud segera menunjuk seseorang yang tengah tertidur disudut ruangan.

"Mungkin dia lelah. Akan ku bangunkan untukmu,"

"Jangan P'. Biarkan dia istirahat. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih padanya,"

"Terimakasih?" P'Big menatap Mark heran.

Mark mengangguk.

"Oke. Akan kusampaikan padanya setelah ia terbangun,"

Mark mengucapkan terimakasih dan ia segera berpamitan pada P'Big.

"Mark?"

Mark menghentikan langkah kakinya saat P'Big kembali bersuara. Ia membalikkan badannya, menatap P'Big untuk mendengar apa yang akan P'Big katakan padanya.

"Dia bersungguh-sungguh denganmu,"

Raut wajah Mark sedikit berubah. Ada dua rasa dalam hatinya yang sedang bertarung. Jika ia boleh jujur, Mark senang saat P'Big mengatakan  hal itu. Tapi ia juga merasa takut, takut jika ia hanya dipermainkan seperti sebelumnya.

Mark tersenyum, lalu mengangguk pelan.

"Aku mengerti P'," Mark kembali berpamitan pada P'Big. Ia menghembuskan nafasnya sejenak lalu melangkahkan kakinya untuk kembali ke rumah.

***

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" Perth mendengus kesal. Uring-uringan sendiri saat P'Big mengatakan jika Mark baru saja menemuinya. Bukan salah P'Big, salahnya sendiri yang membiarkan kantuk menguasainya.

"Mark melarangku," P'Big merapikan beberapa gelas yang sudah kering ke dalam etalase kaca. Sudah hampir jam 12 malam, dan P'Big mulai bersiap-siap untuk menutup kedainya.

"Masih ada waktu jika kau ingin bertemu dengannya kan? Anggap saja ucapan 'terimakasih' itu sebagai tanda ia menerimamu sebagai seorang teman haha,"

Perth menatap P'Big, dan sebuah death glare justru membuat P'Big tersenyum.

"Kau pikir aku takut haha tidak Perth. Apa yang kukatakan itu benar. Bukankah itu lebih baik daripada dia mengabaikanmu lagi?"

Perth terdiam. P'Big benar. Ia tak ingin Mark mengabaikan dirinya lagi seperti saat ia mengutarakan perasaannya pada Mark.

Dan meski hanya sekedar ucapan 'terimakasih', bukankah itu sudah lebih dari cukup untuk awal perkenalannya dengan Mark?

Perth tersenyum. Setidaknya ia bisa bernafas lega karena pikirannya tak akan kacau lagi karena seseorang bernama Mark Siwat itu.

Setangkai MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang