Setangkai Mawar

440 58 39
                                    

"Namaku Tanapon Sukhumpantanasan. Kau bisa memanggilku Perth," Perth memperkenalkan dirinya pada seseorang yang selama ini membuat pikirannya kacau.

Mark Siwat.

Seseorang yang menjadi alasan mengapa ia menyelesaikan pekerjaannya lebih awal dan membuatnya pulang tepat waktu. Meskipun ia tidak benar-benar pulang. Karena ia pasti akan menyempatkan dirinya untuk melihat seseorang yang bekerja di toko bunga itu.

Sudah sepuluh hari berlalu sejak ia menyadari jika Mark sudah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan dua hari yang lalu ia mengatakan perasaannya pada Mark. Meski apa yang ia terima dari Mark tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan, membuat Perth malu bahkan. Namun Perth tidak menyerah.

Hari ini Perth memberanikan dirinya kembali untuk mendatangi Mark langsung ke tempat Mark bekerja. Setelah bergulat dengan hati dan pikirannya tentunya. Ia hanya tidak ingin pikirannya semakin kacau karena Mark.

"Aku tidak bertanya," Mark menatap Perth yang baru saja mengenalkan dirinya pada Mark lalu kembali menata beberapa bunga yang sudah menjadi temannya sehari-hari.

"Setidaknya kau tidak memanggilku 'kau' lagi seperti saat pertama kali aku membuka pintu tokomu ini,"

"Aku tidak peduli," Mark tetap fokus dengan pekerjaannya.

Hmm.

Perth menghembuskan nafasnya.

"Kau memang seperti setangkai mawar, P',"

Mark menghentikan gerakan tangannya yang sedang menata beberapa bunga.

"Apa maksudmu?"

"Kau cantik, tapi mulutmu cukup tajam. Seperti setangkai mawar, cantik namun berduri. Tapi aku tetap menyukainya," Perth tersenyum.

"Aku seorang lelaki, dan aku tidak cantik. Jika kau kemari hanya untuk menggangguku, sebaiknya kau pergi. Aku tidak banyak waktu untuk seseorang sepertimu," Kali ini Mark melupakan pekerjaannya. Ia menatap Perth seraya menunjuk ke arah pintu supaya Perth segera beranjak dari tempatnya bekerja.

"Bagaimana jika selepas kau bekerja? Tentu kau punya banyak waktu kan P'? Jika kau mau, aku menunggumu disana," Perth menunjuk kedai kopi milik P'Big. Tempat dimana ia menghabiskan waktu hanya untuk menatap Mark bekerja.

Mark mengikuti gerakan tangan Perth yang sedang menunjuk kedai kopi yang berseberangan dengan toko bunganya. Sedetik kemudian ia kembali menatap Perth.

"Perth, atau siapapun namamu, kumohon pergilah. Aku sedang tidak ingin di ganggu,"

Tak

Perth menjentikkan jemarinya.

"Kau sudah menyebut namaku bahkan sebelum aku pergi dari tokomu haha," Perth tertawa, namun dengan cepat ia menghentikan tawanya saat melihat ekspresi wajah Mark yang sudah berubah seolah ingin memangsanya.

"Baiklah baiklah. Berikan aku setangkai mawar merah. Dan aku akan pergi dari sini," lanjutnya.

Mark mengernyitkan dahinya.

"Aku akan membayarnya," ucap Perth cepat.

Mark menghembuskan nafasnya lalu mengambil setangkai mawar yang sudah terbungkus plastik bening dan memberikannya pada Perth.

"330 baht,"

Perth merogoh kantong celananya. Mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya pada Mark.

"Terimakasih. Dan simpan ini untukku," Perth memberikan bunga mawar yang dibelinya kepada Mark.

Mark menatap Perth dan bunga itu bergantian.

"Apa maksudmu? Kenapa kau mengembalikannya padaku?"

"Ckk,"

Perth meraih tangan Mark. Memberikan bunga mawar yang dipegangnya pada penjaga toko bunga itu.

"Aku tidak mengembalikannya padamu P'Mark. Aku memberikan bunga ini untukmu. Sebagai tanda perkenalkan kita," Perth tersenyum untuk kesekian kalinya.

"Jika kau punya waktu, temui aku di Panda Coffee selepas kau bekerja. Aku menunggumu disana," Perth beranjak dari tempatnya. Lalu mengilang di balik pintu toko bunga itu.

Setangkai MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang