Lady Xiu

62 10 0
                                    

Bab 19

Saat matahari meninggi, Daquan memutuskan untuk beristirahat sejenak dari proses pencariannya. Dia menghampiri rumah makan terdekat, berniat makan enak sesekali setelah sebulan memakan apa yang ada di hutan.

Rumah makan itu tidak terlalu besar, namun cukup ramai. Beberapa orang berlalu-lalang di depan pintunya. Tanpa basa-basi Daquan memesan makanan lalu duduk di dekat sudut ruangan.

Beberapa saat setelah makanannya datang, muncul seorang gadis dengan pakaian mencolok di depan pintu. Pakaian gadis itu berwarna merah muda lembut dan berkilau di bawah sinar matahari, wajahnya ramping dengan mata bulat bersinar dan pipi kemerahan, suatu kecantikan yang jarang. Rambutnya disangga dengan tusukan yang terbuat dari giok putih berhiaskan perhiasan mahal yang menjuntai.

Dia memasuki rumah makan dengan dagu sedikit diangkat, memancarkan sedikit kesan arogan. Tampaknya orang-orang disitu tahu siapa gadis itu dan secara sukarela membungkuk serta membiarkannya lewat.

Daquan bukan pencinta keindahan, atau lebih tepatnya, keindahan di Heian sudah cukup membuatnya buta pada keindahan manusia. Di mata orang-orang, gadis itu adalah kecantikan yang langka yang hanya dengan berjalan dengan anggun, wangi tubuhnya bisa membuat para pria mabuk, namun bagi Daquan standar kecantikan itu bahkan terlalu biasa. Siapa yang bisa mengalahkan keindahan dari phoenix dan rubah berekor sembilan? Hanya dengan wujud roh mereka, cukup untuk menyihir siapapun, siapa yang bisa membayangkan wujud manusia mereka??. Daquan adalah satu dari dua manusia yang melihat itu dan terbiasa.

Para roh adalah makhluk spiritual, secara fisik mereka selalu melambangkan keindahan, namun juga menyembunyikan taring yang berbahaya, mungkin karena itulah manusia dan roh tidak pernah hidup dengan damai. Roh terlalu kuat dan sempurna, dan secara otomatis yang lemah akan merasa tertindas kemudian melakukan perlawanan.

Memikirkan itu, Daquan semakin merindukan Heian, namun juga berfikir bahwa dunia akan lebih baik jika saja mereka bisa hidup berdampingan.

Kini 99% pria yang berada di dalam rumah makan itu menatap si gadis dengan mata seperti serigala kelaparan. Jika saja dua pria kekar di belakang gadis itu tidak ada, Daquan yakin mereka akan berlomba untuk mendekat.

"Permisi, bisakah aku meminta waktu anda sejenak" Daquan menyapa pelayan yang membersihkan meja di seberang kemudian mengeluarkan beberapa koin dari sakunya, dia sekarang mengeri bahwa manusia tidak akan memberikan informasi secara gratis, terlebih untuk orang asing sepertinya.

Sesuai harapan, pria itu langsung tersenyum dan menghampirinya sambil menatap koin di tangannya dengan mata bersinar.

"Apakah anda tau tentang desa yang terbakar 13 tahun yang lalu, yang menurut rumor di hancurkan oleh roh gagak?? "

Pria itu terdiam sejenak lalu berpikir dan menjawab, hanya saja semua informasi yang dia keluarkan sama dengan informasi yang dia dapatkan dari orang lain, tidak ada petunjuk apapun.

Gadis berpakaian merah muda itu kebetulan saja melewati tempat duduk Daquan. Dia seketika berhenti, seakan mendengar pertanyaan Daquan. Dia bergegas ke meja pria itu.

"Apa kau bilang?"

Daquan mengalihkan pandangannya pada gadis itu, dan dari sudut matanya, dia bisa melihat bahwa dia telah membentuk banyak musuh di balik punggungnya, para pengagum itu seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Aku menanyakan tentang desa yang terbakar 13 tahun yang lalu" Daquan mengabaikan rasa dingin di punggungnya akibat tatapan membunuh.

Gadis itu tanpa peduli mendorong pria yang tadi ditanyai oleh Daquan dan langsung duduk di seberangnya. Dua pria di belakangnya berdiri dengan tangan dilipat.

(BL) Redemption for the Dark Sect's LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang