jadi??

16 3 0
                                    

"Apa? Ini rumah Lo Syahlaa?"

Dengan muka herannya menatap ku sambil menanyakan satu hal yang sama berulang kali.

"Ya Allah, iya ini rumah gue bang."

"Ini tuh rumah temen bokap abang, klo ga salah namanya om Syahrul."

"Syahrul?, Itu kan nama bokap gue :')."

Dengan serempak aku dan Agam teriak.

"Bokap kita temenannn ??!!!."

Tiba-tiba, tanpa pertanda hujan deras turun. Ya, mau tak mau Agam pun ikut masuk ke rumah buat berteduh.
Aku membuat secangkir teh untuknya setelah mengganti baju.
Ayah dan ibu sedang diluar, sejam sebelum pulang aku memang mendapat sms dari mama kalau dia sedang berbelanja untuk kebutuhan sebulan.

"Gua ga bisa lama lama."

"Iya, mendingan Abang cepat pulang sana." Ujar ku bak mengusir nya.

"Haha, aku diusir."

"Enggak kok nggak."

"Iya, gua tau, dirumah nggak ada siapa-siapa. Pasti Lo nggak nyaman kan?."

Aku mengggapi pertanyaannya dengan seutas senyum. Peduli tak peduli, dia pasti tau apa artinya.

......

Malam yang biasa aku habiskan untuk termenung, kali ini aku habiskan untuk memikirkan hal-hal abstrak tentang dia, iya dia, si ketua OSIS yang kuketahui sudah memiliki kekasih hati.

Memang tidak mudah mempertahankam status sebagai 'Singel' aku selalu menyukai dan mencintai dalam diam.
Tidak pernah punya niat untuk menyatakan,hati ini memang lemah dengan perihal seperti itu. Tidak heran jika aku di cap Jones karatan di kelas.

......

Pagi ini, aku coba lewat Selasar kelas 12 untuk menuju kelas.
Apa alasanya sudah jelas Ingin melihat sekilas wajah makhluk yang mengantarku pulang semalam.
Ya, bodohnya aku berniat melihatnya pagi ini, dengan reaksi terkejut melihat dia memainkan rambut panjang seorang perempuan yang sudah pasti kekasihnya di meja depan paling ujung kelasnya,
Cukup terlihat dari luar sehingga melewati Selasar kelas 12 adalah ide buruk.

"Ah, pagi-pagi aja udah pedes nih mata", sahutku saat menduduki bangku di sampingnya Riska.

"Kenapa Lo?" Sahutnya cepat membuat aku segera bercerita soal tadi kepadanya seperti seorang anak yang sedang mangadu.

"Hahah rasain, kok lu tiba-tiba jadi ngejar dia sih?".

"Apa?? gak dong, siapa sih yang ngejar dia?, Pacarnya mau lu kemanain ris?".tegas ku.

Kriinggg.... kriinggg

Saat bel berbunyi, aku segera mengemas buku-buku yang berserakan dimeja sembari tersenyum karena bisa terlepas dari pelajaran yang mengandung rumus-rumus membingungkan.

"Syahlaa"

Suara matang itu membuat lekas menoleh ke belakang.

"Lu dijemput gak?"
Pertanyaan Agam yang sontak berhasil membuatku bingung.
"Nih anak kok gak pernah absen buat ngantar gue pulang." Desahku didalam hati.

"Hari ini gua pulang sama Riska." Kataku berusaha mencari alasan untuk menolak.

"Tadi gua liat Riska udah sama temennya." Jawabnya dengan muka yang tak berdosa membuatku bingung harus menjawab apa.
Agam langsung menarik tangan tanpa ijin. Menjadikanku pusat perhatian karena saat ini tanganku sedang berada didalam genggamannya.

Sesampainya dirumah ayah kebetulan sedang mencuci motor di halaman.

"Apa kabar om Syahrul." Ujar agam dengan santainya menyapa ayah.

"Loh sejak kapan kamu kenal syahla gam?." Tanya ayahku sehingga menjadi permulaan dari obrolan singkat mereka.

Aku melarikan diri ke kamar setelah menyalami ayah, berusaha menyegarkan diri dengan perlahan menyirami sekujur tubuh ku dengan air.

"Syahlaa, cepet makan!, Pr nya nanti aja." Teriak mama memastikan aku tidak kelaparan saat tengah malam nanti.

"Kamu pacaran sama agam ya."
Pertanyaan ayah yang sontak membuat nasi yang ku kunyah keluar semaunya.

"Yah gak mungkin lah, dia juga udah punya pacar kok." Usahaku membela diri.

"Alahh alasan, ayah restuin kok, tenang aja." Jawab ayah berhasil membuat pipi ku memerah.

Rasa kantuk ini Selalu hadir saat aku merasa kenyang. Tak ada hasrat untukku melanjutkan bacaanku sedari tadi.
Karena ngantuk akhirnya aku biarkan buku yang kupegang tertelungkup diatas perut hingga pagi aku terbangun.

THE TRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang