Terkadang Selena mengingatkan dirinya, agar tidak terlalu larut dalam kesenangan, apalagi dalam masalah yang namanya 'pacaran'. Melibatkan perasaan, pengaruhnya ke segala urusan.
Aksa mulai berubah, bukan, lebih tepatnya, kembali ke Aksa semula. Bukan masalah besar memang, tapi efeknya yang besar, terutama terhadap Aksa.
Seperti sekarang contohnya,
"Aksa ayok!"
Selena melirik enggan ke arah gadis yang sejak tadi menunggu Aksa, Fina, sang sekretaris osis. Dia tetap berdiri di ujung tangga menuju ke bawah, tapi matanya tak lepas dari tempatnya.
"Aku turun ya, inget! langsung pulang." setelah itu Aksa mengecup keningnya sekilas, lalu berlari menghampiri Fina.
Menatap punggung keduanya yang hilang karna menuruni tangga, Selena menghela nafas pelan, yang sama sekali tidak melegakan dadanya. Mengulangnya dengan lebih keras, baru setelahnya ia kembali ke dalam kelas, mengambil tasnya untuk pulang.
Ya, beginilah Aksa sebenarnya, mengesampingkan segalanya dan mengutamakan tanggung jawab, apalagi yang berkaitan pendidikan seperti osis begini.
*****
Hari sudah mulai sore, tapi Aksa belum juga datang, mereka janji akan kencan minggu ini, dengan bertemu jam 15:00 sore. Kenapa ? Aksa ada urusan ke sekolah, rapat osis katanya."Huft.." Selena menghela nafas lelah.
Ia sudah sejam lebih menunggu, dan cuaca sepertinya sedang kurang baik, terlihat dari langit yang masih jam segini sudah hampir kelabu, sepeetinya akan hujan. Untung mereka janjian di cafe, jadi Selena tidak perlu khawatir akan kehujanan seperti di sinetron sinetron.
"Mbak, mau pesen sekarang atau masih nanti?"
Ini yang ketiga kalinya Selena di datangi pelayan,
"Nggak, nanti aja, tunggu pacar saya datang."
Pelayan itu paham dan pergi meninggalkan Selena.
Melirik jam tangan mungil yang melingkari pergelangan tangan kirinya, 16:37, lagi lagi Selena menghela nafas lelah. Entah kenapa dia mulai kesal.
16:45
Dan dia benar benar kesal saat melihat sang kekasih muncul dari pintu cafe, dengan tidak sendiri, garis bawahi, tidak sendiri.
"Hei sayang.." Aksa memeluknya.
"Maafin aku ya, tadi Fina tinggal sendirian bikin data siswa, aku nggak mungkin ninggalin dia.."
"Jadi nemenin dulu." potong Selena yang sudah tau kelanjutan sekaligus intinya.
Aksa melepas pelukannya,
"Kamu marah?"
Selena terdiam sebentar, matanya melirik pada Fina yang sudah duduk di hadapannya sejak tadi, gadis itu hanya memainkan i-phonenya dalam diam.
"Enggak kok." jawabnya singkat, kembali menatap Aksa.
Aksa tersenyum, tangan kirinya mengusap puncak kepala Selena dan kanannya mengambil tangan gadis itu untuk di ciumnya. Dan Selena hanya diam bisu tanpa menatap siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komitmen (Completed)
Novela Juvenil"Sel! Aksa." Langsung saja ia meletakan pulpennya, bangkit dari kursi dan berlari ke pintu kelas. Sebuah senyuman hangat menyapanya begitu ia mencondongkan setengah badan melewati pintu. Selena menahan senyum, menegakkan diri ia keluar kelas sepenuh...