L'Amour #2

4.2K 459 58
                                    

Aku selalu suka suasana di pagi hari. Aku selalu suka ketika mata ini terbuka pemandangan yang pertama kali aku lihat adalah perempuan angkuh yang aku kasihi. Istri pertama dari suamiku.

"Morning, sayang."

Althea menguap, dia merengkuhku ke dalam pelukannya. Tangan lembut Althea mengusap-usap kepalaku. Aku paling suka ketika perempuan itu mengusap-usap kepalaku, rasanya sangat menyenangkan.

"Kamu tuh bikin aku males bangun. Pengennya meluk kamu terus."

"Kamu juga bikin aku males bangun. Pengennya dimanja terus."

Althea terkekeh, dia mencium puncak kepalaku. Sedangkan tangannya masih setia mengusap rambutku.

"Kapan kita mau pergi meninggalkan Mas Lukman? Aku capek kucing-kucingan terus. Kita bisa mesra-mesraan pas Mas Lukman pergi ke luar kota apa ke luar negeri aja. Apa kamu tidak capek, Al?"

Althea menghela nafas. Aku tahu, perempuan angkuh nan menarik itu tidak pernah suka membahas tentang ini. Tapi, aku perlu kejelasan. Aku ingin pergi dari rumah ini, membangun sendiri rumahku bersama dengan Althea.

Aku lelah harus terus berbagi dengan Mas Lukman. Aku ingin memiliki Althea seutuhnya, untuk diriku sendiri.

"Saat aku sudah mantab, dan yakin. Aku janji akan bawa kamu pergi dari sini."

Kini aku yang menghela nafas, Althea tidak pernah yakin. Dia sebenarnya cinta sama aku nggak, sih?

"Kapan?"

"Yang pasti bukan sekarang, Marissa."

Jika sudah seperti ini, aku jadi kesal sendiri. Aku melepas pelukkan Althea, lalu beranjak dari ranjang.

"Mau kemana? Jangan ngambek dong."

"Mau bikin kopi."

Tanpa melihat kearah Althea, aku berjalan meninggalkannya sendiri di kamarku. Sembari berjalan keluar, aku membenarkan baju tidurku dan mengikat rambutku.

Aku lelah harus berdebat dengan Althea. Aku jadi meragukan rasa sayangnya.

Rasa kesalku dengan Althea tidak pernah bertahan lama. Althea selalu bisa membuat hatiku kembali luluh dan menghangat. Dia sangat pandai memutarbalikkan perasaanku.

Kali ini akan aku ceritakan bagaimana benih-benih cinta bisa tumbuh diantara kami.

Beberapa bulan yang lalu, mungkin dua bulan setelah aku tinggal di rumah Mas Lukman. Aku mulai mengenal Althea dengan baik, awalnya tidak ada apa-apa, rasanya semua hambar.

Hingga di suatu malam, waktu hujan deras menghujani Ibu Kota, aku terpaksa harus meminta perlindungan di kamar Althea karena aku sangat takut dengan petir dan gemuruhnya.

Meski waktu itu Althea sedang sibuk dengan pekerjaannya, tapi dia tetap mau menerimaku dengan senang hati. Dia malah senang jika aku bisa menemaninya tidur.

Mungkin disitu awal kejanggalan diantara kami dimulai, karena setelahnya, tiga hari berturut-turut aku selalu tidur di kamar Althea, itu semua aku lakukan karena hujan deras dengan petir terus datang.

Dari situ, aku dan Althea mulai terbuka satu sama lain. Untungnya lagi, waktu itu Mas Lukman sedang ada perjalanan bisnis di London. Jadi kami benar-benar menghabiskan malam dan hari-hari kami dengan cerita dan kegiatan saling menghangatkan diri.

Althea yang pertama kali memulai. Dia memberikan pelukannya untukku. Dan aku merasa aman berada di pelukkan Althea. Hangat, nyaman, dan aman. Aku suka berada dipelukkan Althea.

Dan mulai dari situ, kami semakin dekat. Tidak ada kata tembak-menembak diantara kami, semua berjalan dengan sendirinya. Aku tahu kalau Althea menyayangi aku bukan seperti menyayangi saudara. Kami menyayangi satu sama lain layaknya sepasang kekasih.

Memang terdengar gila.

Aku mencintai istri pertama suamiku.

Ternyata cinta itu memang buta.

Dan gila.

Aku gila karena cinta Althea yang dia berikan padaku dengan penuh. Kami memang tidak pernah benar-benar mencintai Mas Lukman. Althea menikah dengan Mas Lukman juga karena terpaksa.

Lucunya lagi, Althea dan aku sama-sama tahu Mas Lukman dari orang tua kami. Althea dijodohkan, begitu juga dengan aku.

Mungkin orang tua kami sudah lelah melihat anak perempuannya melajang. Padahal usiaku saat ini masih berada diangka dua puluh lima tahun, sedangkan Althea berada diangka dua puluh delapan tahun. Usia yang belum terlalu tua.

Usia Althea memang lebih tua dariku, maka dari itu kadang-kadang Althea bersikap lebih dewasa. Namun, tidak jarang Althea seperti anak-anak, kadang aku lebih dewasa dari Althea.

Ah membicarakan Althea itu tidak ada habisnya. Sangat banyak sekali cerita tentang Althea, mulai dari hal konyol hingga hal serius, mulai dari hal kecil hingga hal yang besar.

"Dek, hari ini aku sama Althea ya? Besok baru sama kamu tidurnya. Nggakpapa, 'kan?"

Ingin rasanya aku menggeleng, dan menyuruh Mas Lukman untuk tidur sendiri. Tapi aku sadar tidak bisa melakukan itu, jadi aku mengangguk dan memberikan senyuman palsu.

Malam ini pasti akan menjadi malam yang sangat berat. Tidak ada Althea yang tidur disampingku, memelukku, menghangatkan aku, dan mengusap kepalaku. Malam ini pasti aku bisa mendengarkan suara-suara yang tidak ingin aku dengarkan.

Aku selalu paham, jika Mas Lukman kembali dari perjalanan bisnisnya, dia pasti akan memilih tidur diantara aku atau Althea, setelah mendapatkan pilihannya, Mas Lukman akan menjamah kami. Dia ingin kami memuaskan hawa nafsu birahinya.

Aku tidak pernah dengan sungguh-sungguh melayani Mas Lukman, karena aku tidak ingin menyakiti Althea. Begitu juga dengan Althea, dia tidak pernah sungguh-sungguh. Tapi walaupun kami tidak sungguh-sungguh dengan Mas Lukman, rasanya tetap menyakitkan.

Rasanya sakit membayangkan Althea dipegang-pegang, disentuh, dan disetubuhi oleh Mas Lukman.

"Tolong jangan berikan aku ekspresi yang seperti itu, Marissa. Sebenarnya aku ingin tidur bersamamu, tapi aku tidak mungkin menolak Lukman. Kamu tahu sendiri kan alasannya."

Aku mengangguk, sudah mengerti. Tapi sayangnya, wajahku selalu otomatis cemberut ketika mengetahui Althea harus tidur dengan Mas Lukman.

"Selalu ingat, aku itu sayang dan cintanya sama kamu, Marissa. Bukan sama Lukman. Aku janji, di dalam kamar nanti aku tidak akan menyerahkan tubuhku untuk disentuh oleh Lukman. Seperti kebiasaan yang selalu kita lakukan kalau tidur dengan Lukman. "

Aku mengangguk, mencoba tidak merusak mood Althea.

"Jangan cemberut dong, sayang. Nanti kalau Lukman sudah tidur, aku bakal ke kamar kamu."

Aku kembali hanya mengangguk. Terdengar Althea menghela nafas berat, dia menarikku ke dalam pelukannya, lalu mencium puncak kepalaku.

"Aku sayang sama kamu, Marissa."

Aku mendongak menatap Althea, perempuan itu mengusap kepalaku. Mata kami saling menatap.

"Aku sayang sama kamu."

Lalu bibir kami saling menyapa. Hingga suara ketukan dan panggilan dari Mas Lukman yang dengan paksa memberhentikan aktifitas kami.

"Althea, kamu dimana? Ayo tidur."

"Aku ke kamar Lukman dulu ya, kamu tidur yang nyenyak. Selamat malam, sayang."

Aku mengangguk. Dan merelakan kepergian Althea. Padahal Althea hanya pergi ke kamar Mas Lukman yang jaraknya hanya terhalang dua ruangan.

Rasanya sakit.

Dan perih. 

Kekasih hatiku tidur dengan suaminya.

♥ ♥ ♥

L'AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang