Tamu Malam

35 8 0
                                    

Wajah perempuan tua yang sedang berdiri di hadapan Shopie tampak gelisah dan sering terdengar helaan napas berat yang membuat Shopie semakin penasaran.

Ibunya bilang hari ini dia akan bertemu orang penting. Entah siapa orang itu, ibunya tidak banyak menjelaskan, hanya menyuruhnya menunggu.

Shopie benar-benar penasaran dengan orang yang membuat ibunya sekhawatir ini.

"Bu, coba minum dulu," ucap Shopie sambil menyodorkan teh manis pada Ibunya.

Ibunya menatap Shopie dengan waswas, sekali lagi ia menghela napas sebelum mengambil teh yang di sodorkan putrinya.

Jam sudah menunjukan pukul sebelas, sudah hampir tengah malam. Tetapi tamu yang ditunggu masih belum sampai.

Shopie sudah berusaha menahan kantuk dari tadi. Harusnya malam ini ia bisa istirahat setelah seminggu penuh berkutat dengan hadiah untuk kekasihnya.

"Mereka datang!" ucap Ibunya setelah mendengar suara gaduh di halaman rumah.

Shopie segera bangkit dari tempat duduknya. Lalu menyesap teh dingin untuk menghilangkan rasa kantuknya.

"Permisii!" teriak seorang perempuan dari luar.

"Tak usah berteriak! Masuk saja!" bentak seseorang, kali ini suara laki-laki yang serak.

Tak lama pintu terbuka. Tampaklah dua orang berdiri di ambang pintu. Yang kanan pria tua dan kiri perempuan muda.

"Maaf sedikit terlambat. Ini pertama kalinya anak ini pergi keluar kota." ucap Pria Tua dengan suara seraknya.

Si perempuan segera menyerobot masuk, menghampiri Shopie dengan wajah antusias.

"Wah, hebat!" pekiknya. "Kau benar-benar mirip denganku!"

Shopie terdiam, menatap perempuan itu dengan heran.

Si perempuan menepuk dahinya, "Ah aku lupa, perkenalkan, aku Shepia Soraya. Kembaranmu."

Sontak bola mata Shopie membulat setelah mendengar ucapannya. "Dia siapa bu?" tanya pada Ibunya.

Ibunya hanya tersenyum kecut.

Kali ini pria tua yang menghampiri Ibunya. Dari dekat ia bisa melihat kumis dan kerutan di wajahnya yang memberi kesan sangar. Jujur saja, Shopie agak takut melihatnya.

"Lama tak jumpa, wajahmu banyak berubah ya," ucap pria tua itu pada Ibu.

Ibu berdecak, "tentu, hanya kau yang tidak berubah."

"Halo nak." sapa pria itu pada Shopie.

Shopie mengerjap. Dia seperti orang linglung di sini.

"Shopie, sayang." panggil Ibunya. "Mungkin agak mengejutkan bagimu. Tapi apa yang dikatakan Sephia benar, dia saudara kembarmu. Dan pria ini.. Ayahmu."

Shopie bergeming. Otaknya berusaha mencerna setiap ucapan orang-orang di sekelilingnya.

"Kau terlihat sangat terkejut." ucap Shepia sambil melototi wajah Shopie.

"Se- sephia?" eja Shopie pelan.

"No!" sanggah Shepia. "Panggil aku raya, ra-ya!" ucapnya sambil menekankan kata terakhir.

"Anak ini emang agak gila." ucap pria tua.

"Gila?" ulang Shopie.

"Tidak, mereka berdua memang gila, kau tak boleh dekat-dekat dengan mereka." sanggah Ibunya.

Pria tua itu tertawa. "Kau marah?"

Wajah ibu tampak memerah. "Ya! Bagaimana bisa kau mendidik anak sampai menjadi seperti ini? Tidak lulus dan hamil duluan!" pekik Ibu.

'Tidak lulus? Hamil?' pikir Shopie.

"Setidaknya dia tidak mati!" bentak pria tua.

Sephia menyentuh bahu Shopie. "Apa Ibu juga suka berisik seperti ini? Ku pikir hanya ayah saja yang banyak bicara dan suka mengomel."

Shopie tidak langsung menjawab. Ia menatap Sephia, memperhatikan setiap lekuk tubuhnya.

Sephia nampak tidak terurus. Ia memiliki rambut sebahu berwarna pirang asal, dan terlihat kering. Wajahnya agak gosong dan memiliki bekas luka di kening.

Namun, Shopie akui wajahnya memang benar-benar mirip dengan dirinya.

"Halo? Kembaranku? Kau tidak terpesona oleh wajahmu sendiri, kan?" tanya Sephia ngawur.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Shopie ketus.

Sephia menunjuk dirinya sendiri, "aku?" "Raya?"

"Tak ada yang terjadi padaku. Aku hanya gadis seusiamu yang sedang menikmati masa muda," ucapnya.

"Berhenti mengucapkan kata-kata sampahmu!" bentak Pria Tua. "Kita selesaikan masalah ini secepatnya, sebelum perut anakku semakin membengkak."

MelodistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang