Shopie bernapas lega saat ibunya menyuruh dirinya untuk tidur. Diskusi yang kelam ini berakhir. Matanya sudah tidak tahan lagi, kelopak matanya terasa berat.
"Ibu, aku ke kamar ya." Shopie segera bangkit meninggalkan mereka.
Lalu perempuan di sampingnya ikut bangkit, "Aku tidur dengan Shopie ya bu."
Shopie mematung, "apa maksudmu?"
Sephia mengangkat bahu, "hanya ingin tidur denganmu."
"Masih ada kamar kosong." kata Shopie ketus.
"Kamarmu di mana?" tanya Sephia, seakan tidak melihat ancaman dari mata Shopie.
Shopie kesal, ia tidak suka ada yang memasuki kamarnya, apalagi sampai tidur di sana. Baginya, kamar itu adalah privasinya, bahkan ibunya tidak berani masuk karena sering diancam olehnya.
"Di atas?" tanya Sephia sambil melangkah menaiki tangga.
Shopie berbalik menatap ibunya, berharap ada pertolongan. Tetapi ibunya malah memalingkan wajah, seakan dia bersekongkol dengan Sephia.
Kali ini Shopie menatap pria tua, bukan bermaksud meminta tolong, matanya lebih mengisyaratkan ancaman.
Si Pria Tua yang tahu arti tatapannya langsung terkekeh. "Tenang, aku tidak akan tidur di rumah ini."
"Aku menemukan kamarmu!" teriak Shepia dari kejauhan, terdengar begitu bahagia seperti baru mendapat hadiah undian lotre.
Shopie berdeham, emosinya hampir meledak. Shopie segera menyusul Sephia, sebelum dia melakukan sesuatu yang aneh.
Dan benar saja. Sephia sedang mengobrak abrik isi lacinya, dia sudah seperti anjing polisi, mengendus kesana kesini.
"Jangan menyentuh barang-barangku!" ancam Shopie.
"Shopie, ini apa?" tanya Sephia sambil mengacungkan botol berisi bola bola kecil.
Shopie mendengus. "Ku bilang jangan menyentuh apapun!" Shopie menyeret Sephia menjauhkannya dari laci itu.
"Shopie, kenapa banyak kado di sini?" tanya Sephia sambil mendekati tumpukan kado itu.
"Aku sudah sangat mengantuk, tidak bisakah kau mewawancaraiku besok?"
Sephia mangut-mangut. "Kau orang aneh."
"Apa?"
"Ya, bagaimana bisa kau memutuskan rencana seperti itu demi aku yang baru kau kenal beberapa jam yang lalu?"
Shopie terdiam sesaat. Mungkin di mata Sephia yang di lakukannya memang terkesan aneh, tapi tidak baginya. Shopie merasa kalau ini memang sudah benar.
Shopie berbaring, punggungnya terasa nyaman sekali, ingin ia menutup mata, tapi tentu sang wartawan tidak akan mengizinkannya.
"Di mana sekolahmu?" tanya Shopie. "Lusa aku akan mulai sekolah di sana bukan? Jelaskan semuanya, tempat dudukmu, temanmu, mantanmu, musuhmu, dan masalah-masalah pribadimu."
Sephia tertarik dengan ucapan Shopie, dia segera ikut berbaring di kasur dan meninggalkan kado kado itu. "Baiklah, dengarkan baik-baik. Aku cukup populer di sekolah, bahkan mungkin satu sekolah tau diriku. Jadi kau harus berhati-hati, terutama pada perempuan bergincu tebal dan rambut warna-warni."
Sephia berpikir kembali. "Ah ya, aku punya teman dekat 2 orang, namanya Yuni dan Armila. Kau jangan takut, mereka memang terlihat ganas, tapi mereka super baik, saking baiknya mereka selalu memperkenalkanku pada banyak pria meskipun pria itu hidung belang."
"Dan sekarang musuhku. Hmmm... Musuhku terlalu banyak, tak bisa ku sebutkan satu persatu. Akan ku jelaskan musuh yang berbahaya saja. Pertama adalah Geng Cobra, mereka mengincarku karena aku pernah melempar sendal jepit ke wajah ketuanya. Sungguh, jika kau melihat wajahnya, pasti kau ingin melemparinya sendal jepit! Musuh yang kedua ada di dalam kelasku, nama aslinya Daficka tapi aku sering memanggilnya Dafuck, dia orang paling berisik di kelas, jadi terkadang aku sering menjahilinya, kau harus hati hati karena hampir seluruh manusia di kelas dikuasai olehnya!"
"Ketiga, dia si Terompet Tahun Baru, dia bukan dari sekolahku. Tapi dia sangat populer karena memiliki seorang pacar ketua gengster yang luar biasa jelek. Aku tidak tahu awalnya bagaimana, yang pasti dia selalu mengancamku dan mengataiku sembarangan, kau harus hati-hati karena ancamannya selalu nyata."
"Dan yang terakhir adalah Guru BK. Dia ancaman paling berbahaya, entah bagaimana dia selalu berhasil mengendus setiap kesalahanku, benar-benar mengerikan."
Sephia terdiam sejenak, "lalu-"
"Tunggu.." potong Shopie, "kau sepertinya populer sekali, kau populer karena apa?"
"Aku? Ehmmm.. Karena aku cantik!"
Shopie melongo, ia sepertinya bisa menebak apa yang membuat Sephia populer. "Kau itu trouble maker!"
Shopie memijat pelipisnya. "Aku orang yang tidak suka ramai, tidak pernah membuat kericuhan, bahkan aku tak pernah menyentuh ruang bk karena hukuman. Bagaimana bisa aku menjalani hidupmu yang penuh kegelapan itu?"
Sephia tertawa kecil, "ini belum seberapa, kau terlalu menganggap remeh hidupku."
"Biar ku jelaskan dulu semuanya, jangan menyela," ucap Sephia, "aku punya banyak mantan, aku udah lupa sebagian dan itu wajar. Hanya saja ada mantan yang sering menghubungiku. Si fajar, dia cowok yang suka ceramahin aku tentang 'manusia bermanfaat' tapi dia sering ngintip di toilet cewe, tiati aja tuh."
"Kedua, pak Tono dan Pak hendri, guru fisika dan matematika, nilaiku sering jeblog di dua pelajaran itu, jadi aku pacarin gurunya, asli itu work banget! Kamu harus coba Sop!" ucap Sephia semangat.
Sophie mengerjap. Rasanya ia ingin menangis meskipun hanya membayangkannya saja. Kegilaan saudara kembarnya ini memang tidak terbatas.
"Lalu si Randy, dia pacar terburukku," kali ini nada Sephia menurun, "dia menghilang saat tau aku seperti ini. Tapi tenang saja, dia tidak akan kembali jadi kau tak akan merasa terganggu."
"Kau harus mengalahkan siapapun yang menyakitimu, cepat bangkit jika terjatuh, terus menyunggingkan senyum yang penuh semangat, seakan kau memiliki kekuatan yang tidak terbatas."
"Kau mengerti Shopie?"
"Sop?"
Sephia melirik lawan bicaranya.
"Dihh, dia kerek!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodistance
RomanceRomi tak pernah tahu kalau kekasihnya memiliki saudara kembar. Dan ia juga tidak tahu kalau yang ia nikahi bukan kekasihnya, Shopie. Melainkan Sephia, kembarannya. Karena masalah yang di buat Sephia, Shopie dan Sephia harus bertukar posisi selama sa...