Mungkin Brendan berpikir bahwa ia dapat menunda menjawab pertanyaan Chastity mengenai kenapa ia bisa berada di Heathrow, London.
Mungkin ia berpikir bahwa dengan sebuah ciuman, Chas akan terlena dan lupa bahwa ia seharusnya berada di Peru hingga besok siang.
Tapi Chastity tidak semudah itu lupa.
"Lalu... Apa kau akan cerita kenapa kau ada disini?" tanya Chas ketika Bren sedang memasukan barang bawaan mereka ke bagasi sebuah Mercedes S-Class berwarna kelabu gelap yang terparkir di pelataran bandara.
Hmm, mobil yang cantik, tapi ia tahu ini bukan mobil Bren.
"Alfred yang bilang," jawab Bren santai, sambil bergerak memutari mobil untuk membukakan pintu bagi Chas, "dia bilang kata Raphael-" (Chastity memutar matanya, seharusnya ia sudah tahu, mengingat Frazier adalah dalang dibalik segala hal) "-kau terlihat di CCTV bandara sedang boarding untuk penerbangan ke London. Jadi aku meminjam mobil dan menyetir kesini untuk menjemputmu. Ternyata menyetir di London tidak semudah yang kukira, apalagi di musim liburan begini, aku hampir..."
"Bren, kenapa kau bisa ada di Inggris?" potong Chas. Bila ia membiarkan Bren terus berbicara, maka kemungkinan baginya untuk mendapatkan jawaban akan menjadi sangat kecil. Bren suka mendengarkan dirinya sendiri berbicara.
Biasanya Chastity tidak keberatan.
Seperti dirinya, Bren adalah seorang Ksatria; hanya saja ordo mereka berbeda – Bren adalah Ksatria Hospitaller, yang bertugas untuk misi yang lebih kasar dan, ah, berdarah-darah dibandingkan misi-misi Ksatria Templar.
Sementara markas pusat Templar berada di Vatikan, markas pusat Hospitaller adalah sebuah kastil di Malta. Sebagai tangan kanan sang Grand Commander – sebutan untuk pemimpin tertinggi Ksatria Hospitaller – Bren menghabiskan sebagian besar waktunya di kastil mereka. Dibalik rahangnya yang keras dan senyumnya yang menawan, serta tubuh bagai seorang supermodel, Bren adalah seorang kutu buku seperti teman-temannya sesama Ksatria Hospitaller. Ia jarang meninggalkan kastil kecuali untuk menjalankan misi... Chas curiga saat ini Bren sedang menjalankan misi rahasia.
Mungkin itu kenapa ia tidak mau menceritakan mengapa dia ada disini.
Chastity menatap Bren dengan penuh curiga dan Bren terkekeh sambil menyetir mobil mereka keluar dari kawasan bandara.
Ya, tertawalah selagi kau bisa, pikir Chas jengkel sambil menoleh ke luar jendela di sisi kirinya. Tidak ada yang menarik dari perjalanan menuju pusat kota dari Heathrow, hanya padang rumput dan semak-semak kering di kedua sisi yang kini tertutup hamparan salju tipis. Paling tidak jalanan tidak dipenuhi oleh taksi dan mobil-mobil lainnya hari itu, sehingga perjalanan mereka tidak dipenuhi suara klakson sepanjang waktu.
Bren menggerakan tangannya dari setir dan Chas menatap tangan itu dengan tajam, menantang kekasihnya – bila ia berani menyentuhnya ketika ia sedang marah...
Tapi Bren dengan cepat membaca situasi dan mengubah tujuan tangannya, dari lengan Chas ke display radio mobil mewah itu. Ia mengganti frekuensi beberapa kali hingga menemukan satu yang sedang memutar lagu Natal.
...And we'll cherish all these simple things wherever we may be, oh why? 'Cause that's Christmas to me...
Natal tinggal seminggu lagi dan Chas tahu bahwa ia tidak bisa terus marah kepada Bren. Tapi kalau Bren tidak mau jujur... Mereka sudah berjanji. Bren sudah berjanji. Tidak ada rahasia, dan bila salah satu dari mereka harus pergi menjalankan misi, maka orang itu harus memberitahu yang lain.
Chastity memang tidak memberitahu Bren soal kepergiannya ke Inggris tapi itu bukan dalam rangka misi atau pekerjaan, ia hanya melarikan diri dari tunangannya yang menyebalkan, jadi memang bukan kewajibannya untuk memberitahu Bren apapun.
Tapi Bren seharusnya mengabarinya, ia selalu bilang Chas spesial... apa ternyata ia sama saja dengan kekasih-kekasih Bren yang lain?
"Ed menyuruhku pergi memeriksa keadaan Ren," kata Brendan akhirnya, mengakhiri kesunyian di antara mereka. Chastity menoleh dan mengangkat sebelah alisnya setinggi mungkin saat ia menatap kekasihnya itu.
"Ed?"
"Ya, kau tahu, Edward Almásy, Grand Commander kami?"
"Aku tahu siapa Ed, Bren. Untuk apa ia mengirimmu memeriksa keadaan Ren? Kupikir kasus Ren sudah dinyatakan ditutup?"
"Memang, tapi Vatikan meminta kami untuk mengirimkan seseorang dan memeriksa keadaannya secara berkala, jadi aku datang ke Manor keluarga Frazier untuk mengecek. Di sana aku bertemu Alfred dan katanya selama beberapa bulan terakhir Ren sudah pindah... Ia berjanji akan memberitahu dimana lokasi Ren sekarang bila aku berjanji untuk tidak melaporkan ke Edward bahwa Ren sudah tidak berada di bawah pengawasan ketat lagi..."
"Dan kau setuju?" tanya Chastity, kaget dan sedikit (hanya sedikit) kagum atas keputusan Bren, "kau tahu Ren bisa menjadi sangat tidak terkontrol..."
"Ya, tapi sudah dua tahun berlalu sejak kita membebaskan Ren dari Coven Paravel, dan sejak setahun yang lalu ia belum pernah sekalipun lepas kendali. Atau paling tidak begitu kata Alfred..."
"Brendan" Chastity menatap kekasihnya itu dengan tatapan aku-tidak-percaya-kau-begitu-polos, "Alfred adalah kepala pelayan keluarga Frazier. Ia akan mengatakan apapun selama itu berarti tuan muda-nya tidak mendapat kesulitan yang berarti dari ordo. Kau tidak bisa percaya kata-katanya begitu saja," ia mengingatkan.
Keluarga Frazier punya dua orang anak laki-laki, Raphe dan Ren, yang keduanya adalah Kesatria seperti ayah mereka. Bedanya, Ren yang lahir dengan kemampuan khusus bergabung dengan ordo yang sama dengan Bren, sementara Raphe dan Chas sama-sama seorang Under Marshal di ordo mereka.
Karena kesibukan ayah mereka, keduanya dibesarkan oleh Alfred, yang tidak menikah seumur hidupnya dan mencintai mereka layaknya putranya sendiri.
"Jadi kita tidak perlu mengecek ke alamat yang diberikan olehnya, nih? Kalau begitu kita bisa pergi ke the British Library..."
"Kita sudah pernah kesana dua kali, dan kau sendiri sudah entah berapa kali!"
"Chas, the British Library itu perpustakaan nasional dengan koleksi terbesar di dunia! Setiap tahun mereka menambahkan tiga juta koleksi baru, TIGA JUTA!" seru Bren, dan Chastity yakin bila ia tidak sedang menyetir, Bren pasti sudah melambaikan tangannya kesana dan kemari untuk menggambarkan betapa besarnya perpustakaan itu.
Jujur saja, hal-hal kecil seperti ini yang membuatnya menyukai saat-saat menghabiskan waktu bersama Bren. Pria itu memang tinggi dan tampan, dengan dagu yang kokoh dan tubuh simetris berotot – tapi tidak terlalu, ia tidak memberi kesan seolah ia pergi ke gym setiap saat, hanya saja... seperti yang selalu ia banggakan, ia punya gen yang bagus – yang membuatnya sempurna di mata Chastity adalah betapa manusiawinya Bren.
Betapa pada saat-saat seperti sekarang, ia bisa berubah total dari pria yang tadi melindunginya di bandara menjadi seorang kutu buku kelas berat yang begitu gembira saat menceritakan tentang koleksi baru sebuah perpustakaan.
"Baiklah, kita ke alamat yang kau dapat dari Alf dulu saja..." kata Chas akhirnya, dan sekalipun Bren mengangguk setuju, ia bisa merasakan kekasihnya itu sebenarnya kecewa, maka ia cepat-cepat menambahkan, "...jadi besok kita bisa seharian di the British Library."
Mata biru langit Bren melebar dan ia tersenyum gembira mendengarnya.
"Aku mencintaimu, Chas!" katanya sambil memeluk Chas dengan satu tangan, menariknya mendekat sehingga ia bisa mencium pipi kekasihnya itu.
"Ya ya ya, aku tahu... Hey, menyetir yang benar, Bren! Aku tidak mau ditilang!"
Bren tertawa dan melepaskan pelukannya, sementara Chastity membetulkan posisi duduknya dan kembali menoleh keluar jendela.
'Aku juga mencintaimu' batin Chas sambil tersenyum kepada bayangannya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/161322657-288-k548819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KoHA: Chastity
AdventureSebagai seorang Duchess, Lady Chastity Blanchefort memiliki segalanya; tunangan yang berpengaruh, kekasih yang pengertian, dan izin membunuh atas nama gereja...