Last night with The crews and knowing the truth Part.2

1.2K 54 13
                                    

  Luffy membuka pintu ruang makan dan melihat si koki berambut pirang sedang sibuk mencuci piring bekas hidangan mereka makan malam tadi. Si koki legendaris, satu-satunya koki yang berhasil menemukan All Blue di dunia ini.

"Yo, Sanji." Sapa Luffy seperti biasa.

"Oi, Luffy darimana saja kau?" Tanya si koki membalikkan setengah kepalanya melihat kaptennya di depan pintu. "Masuklah. Mau cemilan? Kau bahkan belum memakan cemilanmu tadi..."

"shishishi boleh Sanji, kebetulan perutku mulai lapar sedikit."

"Haha, syukurlah, nafsu makanmu tampaknya sudah kembali lagi." Sahut Sanji tertawa ramah. "Sebentar ya, aku membereskan piring-piring ini."

"Ok. Oi Sanji, apa ini? Yang seperti keripik ini?"  

  "Ooh itu keripik udang. Kalau mau makan saja..." Jawab Sanji dari dapur.

"Hwoo, wenak bwangget. Udwang emwang wenak banggwet, ga kwalah dwari dwagwing. Shishishi." Lanjut Luffy tertawa dengan keripik udang dimulutnya.

"Hoi, Luffy seperti biasa, jaga sopan santunmu di ruang makan, bodoh!" Bentak Sanji pelan dari dapur.

"Hahahaha. Mwaaf, mwaaf."

selang waktu beberapa menit.

"Yup, itu yang terakhir." Ujar Sanji meletakkan piring terakhir di rak piring.

"Nah, Luffy kau mau cemilan apa?" Tanya Sanji. "Ha? Ee, oi! Jangan kau habiskan semua, bodoh!"

  "Yaah, sudah habis, Sanji..."

"...Hah, sudahlah. Kesalahanku tidak bilang 'jangan dihabiskan' tadi." Sesal Sanji menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya, sudah. Kau ingin cemilan apa ?" Tanya Sanji, menyalakan sebatang rokok di bibirnya. "Atau, tidak usah lagi saja ya? Kau sudah menghabiskan kripik udang kita barusan."

"Yaah, mau gimana lagi sanji, udang dari All Blue enak 'sih..." Jawab Luffy polos sambil mengelap mulut dengan tangannya.

"...Haha, kau benar juga." Sanji tersenyum, seolah setuju dengan pernyataan Luffy barusan. "Baiklah, bagaimana kalau kita buat Pizza Seafood?"

"Ooo! Mau, mau, MAU! Aku mau pizza, Sanji!" Jawab Luffy semangat seperti tingkahnya yang biasa.

"Haha, oke, oke. Kita lihat..., masih ada sisa tuna gajah dan udang La north dari All Blue di kulkas. Baiklah bagaimana kalau itu saja." Usul Sanji. "Jangan terlalu boros dengan ikan-ikan All Blue lainnya di akuarium, kau tahu?"

"Wohoo, asik asik! Aku tidak sabar!" Ujar Luffy semakin bersemangat dari sebelumnya. "Ikan-ikan All Blue memang paling enak!"  

  Sanji tersenyum melihat kaptennya begitu menghargai makanan seperti itu-'tapi pelaksanaan makannya benar-benar mesti diatur'pikir Sanji.

"Tapi ingat, kau juga tidak boleh menyia-nyiakan makanan dari lautan lainnya, Luffy." Sahut Sanji saat menggeledah bahan-bahan yang ia butuhkan dari kulkas di dapur.

"Shishishi, tentu saja!"

Sanji membuat pizza pesanan kaptennya dengan sangat lihai. Jari-jarinya begitu ahli memainkan adonan dan memotong bumbu-bumbu dapur. Luffy yang menunggu dengan tidak sabarpun memperhatikannya dengan seksama.

-setelah beberapa menit-

"Ini dia pesananmu kapten, 'Pizza Tuna La north'" Ujar Sanji seperti memperkenalkan karya agungnya. "Silahkan dinikmati."

"Oh waw, baunya saja sudah lezat!" Sahut Luffy melompat-lompat di bangkunya. "Kumakan ya, Sanji."  

  "Setelah kau duduk dengan rapih tentunya, Luffy." Lanjut Sanji duduk di bangku di depan si pemuda itu.

"Oh, ok." Luffy pun membenarkan cara duduknya demi mendapatkan pizza 'apalah ini namanya', pikirnya.

Persis, sebelum Luffy memasukkan potongan pizza pertama ke mulutnya, ada seseorang yang memotong kebahagiaan si pemuda.

"Oh Luffy...jadi kalian sudah pintar ya, membuat cemilan tanpa mengajakku saat menyantapnya." Sahut Nami si navigator, si kucing maling, si kepala oranye, dan si penguasa pohon mikan alias balkon atas—dari arah pintu masuk ruang makan.  

  "Hegh? Nami-san, eeh itu..." Sanji terkejut melihat Nami yang datang secara tiba-tiba dan si pria pirang tersebut mulai salah tingkah. "Ee...Soalnya tadi Luffy belum mengambil jatah cemilannya, jadi aku... sebagai koki... itu..."

"Sudah cukup. Tidak usah pakai alasan apa-apa, S-a-n-j-i – k-u-n." Sahut Nami dengan nada yang mengerikan di akhirannya.

"Eeh, jadi?" Sanji mulai panik mendengar Nami mengeluarkan nada menakutkan bin horor tersebut.

"Kau." Ujar Nami mulai berjalan ke dalam ruang makan.

"Eh?"

"Harus."  

The DiseaseWhere stories live. Discover now