Keramaian di salah satu stasiun kereta yang ada di Yogyakarta membuat kepala Alya hampir terasa berputar. Sudah nyaris satu jam ia menunggu seseorang di sini. Entah berapa kali ia melihat jam. Melihat jam di dinding maupun di tangannya secara bergantian.
Sebentar lagi waktu Ashar akan tiba. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Pesan terakhir yang dia terima, yang dinanti sebentar lagi akan tiba. Namun kenyataannya, batang hidungnya pun belum terlihat juga.
Alya hampir ketiduran di kursi tunggu stasiun. Di tangan kanannya ada satu kantong plastik putih berisikan roti kesukaannya. Karena ia belum makan siang, jadi ia memilih roti sebagai pengganjal. Niatnya, dia ingin makan siang dengan seseorang yang ditunggunya.
Stasiun sangat ramai dengan pengunjung. Maklum saja ini akhir pekan. Banyak orang yang ingin jalan-jalan. Hingga kursi tunggu yang kosong hanya tersisa di sebelah Alya saja. Kursi kosong itu akhirnya diduduki oleh seorang pemuda. Alya melirik sekilas, lalu padangannya lurus ke depan.
"Mau minum Teh Kubus?" tawar pemuda yang ada di sebelah Alya sembari menyodorkan sekotak Teh Kubus.
"Enggak, makasih, Mas" tolak Alya dengan sopan.
Si pemuda heran dengan reaksi Alya. Sedetik kemudian, pemuda itu berusaha menahan tawanya. Pandangannya tak lepas dari Alya. Senyum merekah terlukis indah di wajahnya.
"Ehhmm.. Lagi nungguin siapa, Mba?" tanya pemuda itu, iseng.
"Suami" jawabnya singkat.
Berharap pemuda itu berhenti memperhatikannya, Alya menjawab agak ketus dan juga singkat.
"Ooh. Udah punya suami, toh. Dikirain masih single."
Keduanya diam. Hampir setengah jam mereka hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga adzan Ashar berkumandang, akhirnya Alya berdiri dari duduknya. Ia hendak pergi ke mushola. Ia pikir, mungkin kereta yang ditumpangi orang yang ia tunggu ada sedikit keterlambatan.
Saat Alya hendak pergi dari tempat duduknya, sang pemuda menarik tangannya sampai Alya terduduk. Gadis itu kesal sekaligus bingung. Nampak jelas dari ekspresi wajahnya yang terlihat kebingungan. Tapi berkat itu, Alya bisa melihat dengan jelas wajah seseorang yang menarik tangannya. Sayangnya, tetao saja Alya tidak mengenali orang itu.
"APA SIIH?!"
"Kamu masa lupa sama wajah suami sendiri, Al? Tega!!" Adrian menekukkan wajahnya. Pura-pura marah. Padahal ia sekarang sangat ingin tertawa.
"A.. A... Adrian?" Alya sampai terbata-bata menyebut nama suaminya.
"Hahahahhaha..." akhirnya Adrian tertawa kencang juga.
"Sejak kapan kamu datang?"
"Kamu gak sadar dari tadi aku duduk di sini? Aku tawarin minum gak mau. Hehehe.." Adrian masih berusaha meredakan tawanya.
"Enggak. Mungkin efek aku lupa sama wajah kamu" jawab Alya jujur dengan segala kepolosannya.
"Wah.. Ini efek aku jauh dari kamu nih. Untung aja minggu depan wisuda."
"Gak kangen sama aku?" Adrian menatap lurus ke mata istrinya.
Alya terdiam. Banyak pikiran yang melintas di otaknya sekarang. Haruskah ia mencoba untuk memeluk suaminya? Atau hanya sebetas menjawab iya. Alya tak tahu harus bagaimana. Hubungannya dengan sang suami baru saja menghangat setelah beberapa waktu lalu Alya pulang dan terpaksa harus tidur satu kasur dengan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura - pura Harmonis ⭕
Romance"We look happy outside, but we hurt each other inside."