7. Aku Siapa? Aku Dimana?

735 59 1
                                    

September, 2012

Di sebuah ruangan bercat putih khas rumah sakit, terbaring seorang ibu baru di atas kasur. Dia hanya sendirian di sana. Tak ada seorang pun yang menemaninya. Dia tertidur setelah lelah berjuang untuk melahirkan anak kembarnya. Selang infus tertancap di kanan dan kiri tangannya. Dia tak bisa bergerak banyak. Luka bekas operasi masih begitu menyiksanya. Terpaksa dia harus menjalani operasi, demi keselamatan kedua buah hatinya.

Sudah hari kedua ia tidur sendiri di sana. Hanya ibu kandungnya yang setia hadir paling lama. Sayangnya, tak bisa terus menemaninya. Akhirnya, malam ini ia tidur sendiri lagi.

Sang suami dan ibu mertua sesekali hadir. Tapi mereka berdua lebih sibuk dengan bayi kembarnya dibanding sang ibu yang baru saja melahirkan. Sang ibu nifas bertanya-tanya. "Aku dimana? Aku siapa?"

"Kapan pulang, ya?" tanya sang ibu nifas dalam hati.

"Lukanya bagus padahal. Gak ada yang aneh" ujarnya dalam hati.

"Besok mungkin udah bisa pulang" harapannya.

Esok paginya, ia menemukan jawaban yang ingin dia dengar.

"Bu Alya hari ini sudah bisa pulang. Nanti sore, ya, Bu, pulangnya. Habisin obat dulu. Lukanya gak ada masalah."

Perkataan dokter melegakan hatinya. Meskipun tak ada sang suami di sampingnya, ia tetap tegar.

"Makasih, Bu Dokter.." Alya tersenyum lega.

Ingin rasanya Alya kabur dari rumah sakit ini. Kabur, sendirian. Namun terjadi konflik batin dalam dirinya. Kalau ia kabur, dia bukan ibu yang bertanggungjawab. Kalau ia tidak kabur sekarang juga, mungkin beberapa bulan mendatang akan jadi neraka baginya.

"Aku pengen pulang. Gak mau di sini" satu pintanya.

Hingga sore menjelang waktu kepulangannya, hanya ada sang ibu kandung yang menunggunya. Ibu mertuanya sudah membawa pulang anak kembarnya duluan. Kebetulan hari itu juga anak kembarnya bisa ikut pulang. Sedangkan sang suami sibuk dengan pekerjaannya dan juga administrasi rumah sakit.

"Al, Mamah anterin ke rumah kamu aja, ya."

"Gak, Mah. Aku mau pulang ke rumah Mamah aja" tegasnya.

"Tapi, kan, kamu harus ngurusin si kembar. Kasih ASI ke mereka juga."

"Enggak!! Mereka udah ada yang jagain, Mah."

Alya tetap pada pendiriannya. Dia memilih untuk lari pada akhirnya. Di hari ketiga ia menjadi ibu, dia memutuskan untuk jadi ibu yang tidak baik.

"Oke kalo gitu. Tapi nanti kalau Adrian nyari kamu? Mamah harus jawab apa?"

"Bilang aja, Alya mau sendiri dulu. Capek!"

Alya yang sudah bersiap-siap akan pulang, segera berjalan menuju pintu ruang rawatnya. Berjalan agak tertatih, tidak jadi masalah untuknya. Ibunya mengikuti langkahnya di belakang. Alya memilih pulang bersama ibunya. Tanpa suaminya ketahui.

Adrian kebingungan mencari keberadaan Alya setelah ia selesai dengan urusannya. Ia tak menemukan istrinya di kamar rawatnya. Ia memang tak mengerti. Kalau ia sudah melakukan satu kesalahan besar. Melukai hati istrinya tanpa disadari. Hingga luka itu jadi teramat sakit dirasakan Alya.

Satu minggu berlalu, dengan seribu bujukan, Alya mau pulang ke rumahnya bersama suami. Hati Alya luluh juga karena mendengar tangisan si kembar di pangkuannya. Mertuanya memaklumi Alya setelah konsultasi dengan dokter yang menangani Alya.

Pura - pura Harmonis ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang