6. Tuntutan Orangtua (2)

769 66 0
                                    

September, 2011

Euforia wisuda masih terasa di sekeliling Alya meskipun wisudanya sudah lewat beberapa hari yang lalu. Setelah wisuda, Alya harus pulang kembali ke Bandung untuk tinggal satu rumah dengan suaminya. Alya pulang ditemani sang suami. Karena pekerjaan Adrian tidak terlalu banyak bulan ini, ia bisa menemani Alya selama dua minggu.

Untuk pertama kalinya, Alya menginjakkan kakinya di rumah yang nantinya akan menjadi rumah untuk keluarga kecilnya. Rumah sederhana yang tak terlalu besar ini sebenarnya lebih dari cukup untuk ditempati pasangan yang belum punya anak.

Di rumah tidak ada siapa-siapa. Hanya ada Adrian dan Alya. Karena masih baru, Alya memilih untuk berkeliling rumah dan melihat semua kamar yang ada. Di rumah itu total ada 5 kamar. Dua ada di atas dan tiga di bawah. Kamar utama berada di atas bersama satu ruang kerja milik Adrian. Adrian menemani Alya untuk berkeliling rumah yang baru ditempati Adrian kurang lebih empat bulan.

"Di bawah, buat kamar tamu sama kamar anak nanti."

Deg~

Hati Alya tiba-tiba bergetar mendengar kata 'kamar anak'.

"Mau lihat ke atas?" tanya Adrian.

"Boleh..."

Keduanya langsung menuju tangga dan naik ke atas. Perabot rumah tangga di rumah ini masih sedikit. Belum terlalu banyak. Karena ibu rumah tangganya baru saja sampai.

"Nanti kamu yang pilih aja buat kursi ruang keluarga dan televisinya mau merk apa. Rumah ini masih kosong" ujar Adrian dan dibalas anggukan oleh Alya.

Sampailah keduanya di dua kamar yang pintunya saling berhadapan.

"Yang kiri ini kamar kita, yang kanan ini ruang kerja aku. Kalau ke sebelah sana ada pintu buat ke balkon."

Deg~

Alya kembali bergetar saat suaminya menunjukkan kamar mereka.

"Dri, bisa ngobrol dulu gak?"

"Ngobrol aja. Kan sekarang juga lagi ngobrol."

Rasanya Alya ingin memukul kepalanya sendiri. Ada satu hal yang ingin Alya sampaikan. Sesuatu yang penting dan sangat personal. Entah ada keberanian dari mana, ia berani menanyakannya.

"Di kamar? Atau di balkon? Biar enak aja gitu suasananya" tawar Alya.

"Di kamar aja."

Alya salah memilih pilihan. Seharusnya antara balkon dan ruang tengah. Dalam hatinya, ia menyesali hal itu.

Masuklah keduanya di kamar tidur utama. Desain sederhana dari ruangan ini membuat nyaman pemiliknya untuk tinggal di sini. Pencahayaan yang baik dan tata letak yang unik membuat Alya lupa sejenak kalau di depannya ada suaminya. Ia juga melupakan fakta kalau mereka hanya berdua saja di kamar ini.

"Mau ngobrol apa? Katanya tadi mau ngobrol."

"Ah.. Ooh.. Duduk dulu deh."

Alya jadi agak salah tingkah. Diam-diam Adrian tersenyum. Alya memilih untuk duduk di atas kasurnya. Adrian mengikuti. Alhasil, keduanya sekarang saling berhadapan.

"Langsung aja yah. Aku gak suka basa basi."

"Silahkan.."

"Aku belum siap buat ngelakuin hubungan sama kamu. Kalo kamu bisa tunggu aku sampe siap, bisa? Aku gak mau dipaksa dan gak bisa dipaksa" Alya benar-benar langsung berbicara langsung ke intinya. Tanpa ada pembukaan dan akhiran.

Pura - pura Harmonis ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang