Kita bagaikan sepasang suami istri yang nampak bahagia. Saling berbagi canda dan tawa, berbagi kebahagiaan, berbagi senyuman. Aku tersenyum pada setiap tingkah manismu. Kamu tersenyum pada setiap reaksiku. Tapi, apa semua itu nyata?
.....
Terkadang aku sendiri tak percaya. Tujuh tahun sudah aku mengarungi bahtera bersamamu. Suka duka pastinya banyak yang kita alami. Tapi dalam kurun waktu itu, ada satu yang paling membuatku takjub. Kita bisa terus berpura-pura dalam kebahagiaan. Aku bisa lihat dengan jelas dari sudut pandangku. Tapi tetap hatimu siapa yang tahu.
Seperti saat ini, kamu kembali membanggakan dua jagoan kecil kita. Semua temanmu turut berbahagia. Mereka merasakan hal yang sama denganmu.
"Dri, gimana caranya punya anak kembar? Aku juga mau lah punya anak kembar!" temannya Adrian yang bernama Agus ini entah sudah berapa kali menanyakan hal yang sama.
"Turunan, Bro! Kan, punya kembaran" Adrian selalu menjawab dengan hal yang serupa.
Jagoan kecil kami Azka dan Azkia, sedang berada dipangkuan sang ayah. Azka sibuk makan kue yang ada di depannya, sedangkan Azkia sibuk memainkan jam tangan milik sang ayah. Aku? Aku duduk di sebelah suamiku.
"Teh Alya, pasti bahagia yah. Langsung dikasih dua. Cewe cowo lagi" istri dari Agus memandangku iri. Seolah aku ini memang wanita paling beruntung.
"Semoga anak kedua kalian nanti cewe deh. Jadi Azkia ada temen main" ku elus perut Naya yang mulai membesar. Istrinya Agus itu sedang hamil anak kedua.
"Wuuussh! Kembali ke laptop!! Kita jadinya mau ke villa siapa nih? Atau mau ke tempat lain terus nyewa rumah gitu?" sang ketua geng, Kang Rizky, memimpin kembali acara rapat itu.
Adrian bersama teman-temannya berencana untuk liburan sekeluarga esok hari. Aku sudah tidak asing dengan teman-temannya. Bahkan dengan para istri dari temannya, aku sudah lumayan dekat. Salah satu dari istri sahabatnya adalah adik iparku sendiri.
"Ke villanya Adrian aja lah yang deket" usulan dari Agus.
"Nah, bener! Ke sana aja!!" yang lain pun setuju.
Adrian melirikku. Aku hanya balas dengan senyuman saja. Seakan sudah tahu apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Tanganmu yang bebas, mengelus pelan punggung tanganku. Lalu berpindah pada punggungku, dan berakhir mengelus puncak kepalaku.
"Suka iri deh kalo lihat Teh Alya. Dimanjain banget sama Kang Adrian. Agus mana sering ngelakuin kaya gitu" terdengar protesan dan pernyataan iri dari istri temannya.
"Aku sering kok sayang. Cuma kamunya aja yang gak nyadar."
"Huuuuh.. Heboh lagi kan, ini pasutri. Bikin pusing aja!!" protes keras dari ketua geng.
Kami yang ada di sana hanya tertawa saja. Kedua jagoan kecilku juga ikut tertawa.
**
Pukul sebelas malam aku dan keluarga sampai di istana kecil kami. Setelah suamiku memarkirkan mobilnya, ia masuk ke dalam rumah dengan Azka yang ada digendongannya, sedangkan Azkia menjadi tanggung jawabku.
Senyum hangat yang tadi ia tebar kini sudah tidak ada lagi. Berganti dengan wajah datar tanpa ekspresi. Mungkin kalau bisa lebih teliti sedikit, kelelahan nampak jelas di wajahnya. Seperti sudah menjadi kebiasaan, kami menidurkan jagoan kecil di kamarnya masing-masing. Setelahnya kami keluar dari kamar mereka, lalu kami pun masuk ke kamar masing-masing.
Belum sempat aku menutup pintu kamar secara sempurna, suamiku memanggilku.
"Buat acara besok, kamu yang belanja, ya. Aku yang beresin villa" titah Adrian dengan nada super datar.
"Iya. Nanti aku yang belanja."
Sebagai istri yang baik, tentunya aku harus menurut apa kata suami.
"Aku mau ngecek kerjaan dulu. Kamu tidur aja duluan."
Setelah kalimat terakhir yang ia ucapkan dan dibalas anggukan olehku, pintu kamar itu tertutup. Bisa aku duga, kalau ia tak akan pindah dari ruangan itu sampai esok pagi. Artinya, malam ini lagi-lagi aku tidur sendiri.
Tanpa mengganti baju, aku langsung merebahkan tubuhku yang lelah ini di atas kasur. Ku tatap bagian kosong dari kasur besar ini. Sudah berapa lama ia tak ditempati pemiliknya? Kapan terakhir kali aku melihat punggungnya saat tidur. Jangankan sebuah pelukan hangat, bisa melihat punggungnya yang membelakangiku saat tidur saja merupakan hal jarang terjadi.
Aku larut dalam pikiranku sendiri. Hingga tak dapat kuingat lagi, sebelum kesadaranku hilang, aku berpikir tentang apa.
Pernikahanku banyak membuat orang iri? Ah, mereka hanya tidak tahu saja dalamnya seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura - pura Harmonis ⭕
Romans"We look happy outside, but we hurt each other inside."