"Tidak peduli dengan siapa aku bertemu pertama kali. Yang ku pedulikan adalah kehadiranmu disisiku"
*****************Sekarang aku dan Rafael sedang berburu jajanan SD. Jarang sekali aku mampir ke SD ini sejak masuk SMA. Aku mampir kalau diajak Rafael atau lagi ingin makan jajanan murmer ini. Sekalian mengingat kejadian-kejadian indah dan konyol yang terjadi di SD ini. Seperti cara aku mengenal Rafael, Papahku yang menjemputku, dimana pertama kali aku datang bulan lalu menangis karna mengira aku penyakitan, dll.
“Lu mau jajan apa Sam?” Tanya Rafael
“Gue nyari tukang gulali susu Raf. Tapi, kayaknya ga ada deh.”
“Apanya ga ada? Itu abangnya. Kalau liat tuh make mata dong Sam.” Rafael menunjuk abang tukang gulali susu yang ternyata terhalang oleh gerobak bakso.
“Lah perasaan tadi ga ada deh.” Jawabku linglung
“Iyain biar cepet”
“Yaudah ayo beli, Raf! Lu sendiri mau jajan apa?”
“Yaudah lu kesono aja gih. Gue mau beli mie sakura sama kaki naga.”
“Ok. Eh beliin gue popice ya yang rasa taro.”
“Sip. Gue tunggu disono ya.”
“Iya”
Aku pun menghampiri abang penjual gulali susu. Aku membeli gulali yang berbentuk bunga terompet dan susunya berada dilubang cekungnya. Setelah itu aku menghampiri penjual es kue dan penjual telur koin (telur yang digoreng dicetakan bulet-bulet). Baru deh aku menghampiri Rafa yang ingin menyantap mienya itu.
“Lu doyan atau laper Sam?” Tanya Rafa yang melihat aku membawa banyak makanan.
“Dua-duanya lah. Mumpung pake duit lu ini, jadi gue bisa jajan banyak hehehe.” Jawabku santai
“Abis deh uang gue buat jajanin lu.” Ucap Rafa dengan muka sok merana
“Muka lu jangan di jelek-jelekin elah. Udah jelek makin jelek lu. Lagian cuma jajanan SD ga mungkin bikin lu bangkrut.” Balasku
“Muka gans kayak gue dibilang jelek? Lu doing emang Sam.” Narsis Rafa
“Iya Raf iya.”
Setelah aku dan Rafa menghabiskan jajanan kami, Rafa mengantarku pulang tepat sampai depan rumahku. Aku mengucapkan terimakasih kepada Rafa karena sudah menjajaniku dan mengantarku pulang. Rafa pamit pulang dan aku segera masuk ke dalam rumah.
“Shalom… Spada… Yuhu.. Ada orang?” Teriakku
“Berisik nyet!” sahut Lexi kakak perempuanku dari ruang keluarga.
Aku menghampiri Lexi yang sedang menonton drama korea diruang keluarga. Untuk Informasi, aku adalah anak keempat dari 6 bersaudara.
Kakak Pertamaku bernama Darellano Eberhard Alois berumur 23tahun. Sekarang dia bekerja sebagai seorang arsitek dan belum menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Very Late
Teen FictionAwalnya aku mengira pilihanku sudah yang terbaik, ternyata pilihanku tidak lebih dari cowok brengsek. Siapa sangka kalau cowok yang selama ini aku anggap brengsek dan sangat mengganggu, ternyata orang yang selalu melindungiku dari jauh dengan carany...