Chapter 32

82.3K 5.1K 85
                                    

Selamat menikmati kawan
♪ ♬ ヾ('︶'♡)ノ ♬ ♪

*

Satu sambungan dan langsung terangkat. Ini adalah komunikasi pertama yang dilakukan oleh Ekon dan Demon, mereka hanya sering bertemu sapa ketika ada pesta dan tak pernah mengobrol.

"Halo.

"Selamat malam Demon, ini aku Barin." Ekon memeperkenalkan diri.

"Ah! Sir Barin... well, ada apa gerangan sehingga saya mendapatkan previlage untuk berbicara dengan anda.

"Aku membutuhkan bantuanmu." terdengar kekehan dari seberang dan membuat Ekon kesal. Keduanya adalah seorang 'Alpha Male' yang akan merasa saling tersinggung jika ada orang lain yang meremehkan mereka."

"well well well, sudah cukup lama saya menantikan ini."

"apa maksudmu?"

"orang yang kau hadapi saat ini adalah seseorang yang kompleks, tidak mempan menggunakan uang. Selama ini senjatamu adalah uang bukan?"

"langsung pada intinya Demon."

"Ah... tipikal pebisnis, tak pernah bersabar."

"Cut the bullshit, istriku dalam bahaya dan aku tak ingin mendengar sebuah basa-basi."

"Chill sir Barin... Jadi, apakah kau ingat orang yang hampir memperkosa istrimu? Ya walau pun aku tak bisa menyalahkan tindakannya karena ku dengar istrimu cantik."

Ekon menggeram, kekesalannya semakin menjadi karena teringat kejadian sialan itu dan pujian yang diberikan Demon kepada istrinya. Terdengar tawa menggelegar dari seberang telepon.

"Relax boy... Jadi intinya adalah orang yang mengancammu saat ini adalah saudara kembar dari pria yang kau jebloskan ke penjara dan Tuhan memberkati, pria tersebut adalah incaran anjing-anjingku yang sudah menahan lapar seminggu ini."

"apa yang akan kau lakukan?"

"Oh tentu saja aku akan memburunya.

"setelah itu?"

"percayalah sir Barin, anda tak akan pernah ingin mengetahui apa yang akan ku lakukan padanya."

"baiklah, apapun itu aku tidak peduli karena yang terpenting keselamatan istriku terjamin."

"how cute." Wajah Ekon memerah mendengar pujian yang barusan dilontarkan oleh Demon, dan otomatis ia menoleh ke arah istrinya yang masih tertidur."

"berapapun yang kau minta, aku akan membayarnya."

"sir Barin, anda bercanda? Aku tak membutuhkannya. Baiklah kurasa cukup, aku ada kepentingan lainnya. Selamat malam."

Belum sempat Ekon membalas salam, Demon telah memutuskan sambungan teleponnya.

"Ekon?"

Suara lirih Naomi seketika menggerakan tubuh Ekon, pria itu dengan khawatir duduk di samping Naomi yang sedang berusaha untuk duduk.

"Sst..."

"Ekon."

"kau tak apa-apa? Kau tak terluka? Katakan padaku sebelah mana yang sakit."

"Aku baik-baik saja."

Pria itu melepaskan sentuhannya, ia memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa berat. jika saja Naomi tidak bangun mungkin ia bisa melakukan hal bodoh. Ekon berdiri untuk meninggalkan Naomi yang mungkin sekarang merasa tak nyaman jika ia berada di sini. Ia cukup sadar diri jika Naomi yang sedari awal sudah tidak mengingkannya.

"Ekon, kau mau pergi kemana?"

"um... mungkin kau tak nyaman jika aku berada di sini, beristirahatlah aku akan berjaga di ruang tamu."

"tetaplah bersamaku." Ekon menatap Naomi dengan bingung dan menurutinya dengan duduk di samping Naomi.

"Ekon, aku memiliki satu pertanyaan untukmu."

"apa?" Pria itu tak menatap istrinya, ia hanya menatap bekas lubang akibat pisau yang tertancap tadi. jika saja Naomi duduk bersandar pada pintu akan sangat jelas jika gadis itu akan terluka.

"apakah kau benar-benar mencintaiku?"

Ekon yang merasa tertarik menatap Naomi dengan lekat.

"aku tak tahu bagaimana bisa kau mempertanyakan hal itu sedangkan aku selalu menunjukan affection padamu secara gamblang, aku bukanlah tipe orang yang bisa mengatakan kata cinta semudah itu Naomi. jadi ku pikir, mungkin dengan perlakuanku kau bisa menyadarinya jika aku mencintaimu."

"maafkan aku."

"sudahlah, sekarang berisitirahatlah aku akan keluar sebentar untuk mengganti pakaianku dan kembali ke sini lagi."

"maafkan aku."

"tak ada yang perlu dimaafkan sayang, lagi pula aku akan tetap menjagamu dari jauh ketika kita bercerai nanti. aku tak bisa meninggalkanmu begitu saja karena aku khawatir dan aku juga tak ingin menganggu kenyamananmu."

"bagaimana jika aku tidak ingin bercerai?"

"maksudmu?"

"Ekon, aku mencintaimu juga."

"Kitten, aku tak suka bercanda tentang perasaan."

"a-aku serius, aku mencintaimu." Ekon mendekatkan wajahnya pada wajah Naomi yang mulai memerah.

"katakan sekali lagi." ia menangkap dagu Naomi agar gadis itu menatapnya juga. ia ingin agar apa yang didengarnya bukanlah hayalan semata.

"aku mencintaimu."

"sekali lagi, kini sebutkan juga namaku."

"aku mencintaimu Ekon."

"Tuhan... aku benar-benar tak tahu harus ku apakan kau ini."

Dengan itu Ekon mencium Naomi dengan dalam untuk meluapkan segala perasaanya yang ia tahan sedari tadi, Naomi yang tidak memiliki banyak pengalaman berciuman sedikit kewalahan oleh ciuman Ekon. Dipejamkan matanya untuk membalas perasaan Ekon. Entah mengapa, ciuman kali ini terasa berbeda bagi Naomi. jika biasanya ciuman mereka selalu diinisiasi oleh Ekon tapi Naomi tak pernah membalasnya karena ia takut jika Ekon hanya bermain-main dengan perasaanya saja.

Mereka berdua memisahkan diri untuk mengisi udara ke dalam paru-paru sebentar sebelum Ekon kembali melanjutkan pagutannya dengan Naomi. Ia merebahkan tubuh istrinya dan menopang tubuhnya dengan kedua sikunya agar tidak membebani berat badannya pada tubuh Naomi.

Satu ciuman dalam mengantarkan mereka pada satu-dua hal yang lain.

"bolehkah aku?"

Ekon tetap ingin menghormati pilihan Naomi, jika gadis itu belum siap maka ia akan menghentikan dan menunggu. Ia menunggu jawaban Naomi dengan antusias. satu anggukan malu-malu diberikan oleh Naomi sebagai jawabannya.

*
Ciyee yang sudah ahem


Expecting The Unexpected (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang