Eiichirō

333 14 0
                                    

Rather Be - Clean Bandit ft. Jess Glynne

Siang itu merupakan hal mula dalam dua orang yang kerap membuka dua lembar baru.
Sesederhana itu, dimulai dari Eiichiro yang menghampiri kelas Anasera setiap harinya dengan sapaan hangat. Laki-laki itu hampir mengenal setengah bagian seorang Aurel Anasera, namun setengah bagiannya lagi terlihat abu.

Dan Eiichiro belum tau apa sebabnya, maka ia memutuskan,
Untuk hadir disetiap warna Anasera yang abu.
Dirinya harus mengetahui apa sebab itu, sampai dia bisa memulihkan keabuan itu menjadi berwarna, kembali.

Seperti seharusnya.

•••

Bel pulang menggema diseluruh isi sekolah.

"Theo, jadi ikut aku ke rumah sakit?"
Sapa Aurel, ketika hendak keluar kelas dan dibilik pintu sudah ada seseorang disana.

"Jadi, dong. Naik motor gue, ya."

Aurel mengangguk patuh.

Disetiap sisir jalan, Aurel baru menikmati angin semilir yang menenangkan nadinya.
Bersama Eiichiro berjalan menuju rumah sakit tempat Ratna dirawat.

"Makasih,"
Dan, hanya ucapan itu yang terlontar dari mulut Aurel begitu sampai di parkiran.

"Gue juga ikut ke dalem, kan?"

"Boleh, Yo. Sekalian abis ini aku mau cari kado, mau temenin?"

"Kado? Siapa yang ulangtahun, Rel?"

"Kakakku. Dia bakal pulang dari Jawa, rencananya pengen ngelanjutin sekolah di sekolah kita,"

"Oke."

•••

2003

"Bang, Marsya mau boneka baru,"
Sahut gadis kecil berkucir dua yang tengah duduk disebelah Eiichiro.

"Nabung, Marsya. Ayah kan belum pulang, abang gapunya uang,"
Kakaknya masih sibuk dengan permainan ditangannya.

"Ayah kapan pulangnya, sih? Kasihan ibu, dari semalam mengigau terus. Emang ayah kenapa, bang?"

"Sut, udah malam. Tidur, gih,"
Dengan raut keresahannya, gadis kecil itu kembali ke kamarnya.
Dengan sejuta pertanyaan,
Sejak kapan keluarganya begini?

•••

15:45 WIB

"Ratna, sudah siuman?"

"Eh.. Aurel? Sejak kapan ada disini?"

"Aku baru datang. Di antar Theo,"
Sedangkan Theo memaksa untuk nenunggu diluar ruangan dengan alasan tidak ingin mengganggu.

Terlukis sebuah kepanikan di raut wajah Ratna Ayu.

"Kamu kenal dia? Bedebah yang mengotori rokmu?"

Aurel mengangguk.
"Ini, kubawakan buah sama bekal buatan bunda, beliau yang masak, aku bilang Ratna sakit."

"AAAAHH, rendang bunda Dian! Makasih, Aurel!"

"Sama-sama, Ratna. Di makan, jangan tengok teleponmu terus, gak bakal ada yang telepon,"

"Dih, untung kamu kasih aku rendang!"

Sekitar tiga puluh menit mereka berbincang,
Sekitar tiga puluh menit juga Theo merasa jenuh.
Ia mencoba membuka telepon genggamnya, disana terdapat pesan yang terkirim 45 menit yang lalu.

Marsya : Bang, penyakitku makin kambuh. Besok ibu bersikeras untuk mengantarku ke Singapur untuk berobat. Ibu juga akan ikut, abang bisa jaga rumah buatku? Hari ini aku dan ibu enggak pulang. Doakan aku, ya.

Theo terenyak detik itu juga.
Anemia memang penyakit turunan keluarga kakeknya, namun ia tidak menyangka Marsya akan mendapat getah sebanyak ini. Dia ingin bercerita, berteriak, bahkan mengumumkan keperihannya saat ini.

"Theo, aku udah selesai,"
Sahut Aurel sembari menutup kenot pintu.

"Kenapa nangis, Yo?"

Tidak ada jawaban.

"Sekarang pulang aja, nggak jadi makan. Kamu pasti gak bakal mau cerita, lebih baik tenangin diri kamu dulu." tuturnya kembali, berusaha tidak ingin masuk kedalam lembar Theo yang tidak berhak ia masuki.

"Makan aja, lo yang laper. Gue bawa ke tempat makan yang enak, lo pasti suka. Nanti gue bakal cerita."

•••

16:30

Sampailah mereka ditempat yang dimaksud Eiichiro.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang