Juna menangis

69 6 0
                                    

kriiiing.....
kriiiing.....
kriiiing.....
kriiiing.....

        empat kali bell sekolah telah berdering, tanda pembelajaran telah usai. tiada satu siswapun yang berani beranjak keluar kelas sebelum gurunya melewati pintu besar berwarna kuning. seakan pintu itulah yang menghubungkan dua dunia(yahh,, antara dunia kebebasan dan dunia yang dipaksa berfikir,,), selepas guru melangkahkan satu kakinya melewati pintu lintas dimensi tersebut, kami merasakan waktu terhenti sejenak, dada terasa berat untuk bernafas, mata terfokus pada pasangan kaki yang melangkah secara slow motion, tiada nafas dan suara yang muncul dari kami, hingga lewatlah kedua kaki para guru melampaui garis dimensi, dan...sehentak, serentak, semangat, kami bisa teriak "yess..!, kami bebas" itulah yang kami teriakkan dalam hati, rasa beban berat didada menjadi saaangat lega, yahh inilah kebebasan kami sebagai siswa yang telah keluar dari penjara seharian.

        parah, hari ini terasa berat banget pelajarannya, hahaha, entah materinya yang berat atau gua aja yang ingin segera ngumpul sama geng. gua liat si Feby dari kelas sebelah menenteng tas pink silver dengan motif wanita berpayung. berbeda dengan siswa lain yang sangat senang saat keluar dari pintu kuning pengubah suasana itu, si Feby hanya merunduk dan tersenyum manis menahan tawa saat keluar kelas, ntah apa gua salah liat atau hanya prasaanku saja, Feby berkeliangan air mata, matanya berkaca-kaca, senyum yang gua kira menahan tawa ternyata salah, dia mencoba menyenbubyikan tangisnya lewat senyuman.

        "...🎶🎵🎶🎵 ..." ringtone hp Feby berdering halus, nada lagu yang romantis keluar dari dalam tas yang menawan itu, tangan Febi mengambil hp tanpa memperhatikan ada kertas yang jatuh, Feby ngobrol sambil memegang sarung tangan silver yang di arahkan menutupi mulut. Feby menangis.

       nah, ntah kenapa gua bingung, gua gak tau harus ngapain, gua gak bisa ngasih tau sama geng kalo Feby menangis, oh iya,, kertas yang jatuh itu,, gua harus ngasihkan ke Feby.

       Feby turun melewati tangga, hingga sampai halaman tengah Feby tetap ngobrol melalui hp, ada apa sebenarnya ini,? lantas gua ambil kertas yang terlipat simetris dengan hiasan silver dan pink, Juna,, gua harus nyari Juna di kelasnya,,

       gua lari menuju kelas Juna, tidak jauh sih, tiba-tiba gua hampir nabrak cewek tomboy yang rambutnya diikat kebelakang

"lo dwi kan? dari kelas 8a?" sapa angel teman sekelas juna, bisa jadi dia cewek yang paling akrab dengan Juna

" iya gua dwi, Juna kemana,?" memang hampir tidak ada yang tahu gua sama juna itu adalah saudara kembar, kami jarang berangkat bersama dan pulang bersama, hanya saja hari ini kita berdua berangkatnya barengan,

"juna bilang, naik ojek online atau taksi sendiri aja, maaf" angel sambil menyerahkan uang sejumlah 50rb,
" Juna cuman pesan gitu, dia begitu yakin kalo lo bakalan nyari ke kelas ini, dan dia menitipkan uang itu", tambah angel memperjelas kondisi yang terjadi

gua tambah bingung, Juna kenapa, Feby kenapa, ada apa ini,
gua gak bisa tinggal diem kan, gua susul Juna yang sudah pulang duluan,
di dalam taksi online gua bukak kertas yang seharusnya gua tidak punya hak untuk membukanya,
di kertas itu tertulis

   "......
     bulan, aku adalah bulan,
    aku bukanlah bulan yang berwujud perempuan bersayap
    aku bukanlah bulan yang mewujudkan diri sebagai peri
    aku hanyalah bulan, perempuan bertudung jaket
    dan berlindung payung
payung yang melindungiku dari panas bukan banjir
payung yang menutupi mukaku bukan tubuhku
payung yang berwarna hitam bukan berarti kepedihan
    hanya payung inilah yang melindungiku
    hanya gagang payung inilah yang menjadi peganganku
    hnya warna payung inilah yang menjadi jati diriku
lantas kenapa kamu melesatkan anak panah padaku
kamu merobek payung teduhku dalam genggamanku
kamu mematahkan gagang payung yang selama ini aku pegang

arjuna, anak panahmu memukulku
......"

ini puisi Feby, apakah ini tentang Juna,
ataukuah ini puisi Juna yang mengkiaskan Feby sebagai Arjuna dan puisi itu ditujukan kepada Feby
dadaku benar-benar sesak, hal ini sering terjadi saat Juna sedang dalam masalah, begitu juga saat gua dalam masalah, Juna juga merasakan hal yang aneh,

       setibanya di rumah gua langsung lari menuju kamar bunda, gua lihat bunda sedang asik ndengerin musik, seperti tidak ada yang terjadi disini, semua aman, tentram, lantas bagaimana dwngan Juna, Juna berada di lantai dua, gua beneran gak berani masuk kamar Juna, baru kali ini gua gugup masuk kamar Juna,

        sekalipun gua pingin bener tau keadaan Juna, tapi enah kenapa baru kali ini gua bener-bener gak berani masuk kamar Juna, ya tuhaan, apa yang harus gua lakuin, gua merasa gak berguna, ingin rasanya gua kabur dari kehidupan ini, ampun tuhaaan

        gua menuju ke kamar, gua taruh tas dan siap-siap ganti baju. tiba-tiba ada selembar kertas kecil, yang gua sangat yakin kalo itu dari Juna,

"...... dwi, masuk kamarq wi,,
gua butuh bantuan...."

"setinggi apa elang terbang dia akan menatap ke bawah.
  sejauh apa mata memandang dia akan berkedip."

gua baca surat ini sambil jalan menuju kamar Juna, gua bawaain snack dan beberapa soft drink,
ternyata Juna sedang menangis, ia, Juna sedang meneteskan airmatanya di atas buku rampai puisinya,
satu halaman itu dia biarkan basah terkena tetesan air mata,
jendela ditutup, pintu ditutup, kamar Juna gelap,
hanya ada lampu belajar yang menerangi sebagian dari tempat Juna.

"....Jun,, kenapa kamu membiarkan matamu meneteskan air mata?..
... Jun,,,

bersambung dulu☺☺😊

Dwi si pena tegakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang