feby #1 (marta)

13 2 0
                                    

tempat inilah yang biasa Feby gunakan untuk pemberhentian becak, gua sengaja menunggu Feby disini dan ingin sekali ngobrol dengannya terkait kejadian kemarin, dalam benakku masih mengundang penasaran, kenapa Feby menangis disaat Juna juga dalam keadaan terpukul, terus apakah Arjuna yang tertulis dalam puisi kmarib juga tentang Juna, apa yang membuatnya menangis, maka kesempatan inilah yang gua gunakan untuk mencari jawaban.

tak lama kemudian, tukang becak bertopi ungu berhenti didepanku, Feby dengan senyum yang saaaangat indah disalamkan melalalui pandangannya yang sejuk.
"feb," sapa
Feby membalas sapaannya dengan senyum dan memandang hangat pada "iya wii,,"

",, gua pngen minta tolong niih, slama tiga hari ini,"@

"boleeh,, apa wi,?"

",, boleh ndak, 3 hari gua nginep di rumahmu, kamis jumat sabtu, ntar minggunya pulang,," jelasku pada Feby

" boleh wi,, jngankan 3 hari, seminggu pun boleh, santai kok"

" okeee deh" sahut dwi semangat karena permintaanya disetujui.

-rabu
besok adalah hari yang sudah gua tunggu-tunggu, jutaan list pertanyaan dan poin-poin data yang butuh gua verifikasi dari seorang Feby harus benar-benar terjawab

gua nyoba mastiin ke Feby, apkah bner-bner diizinin buat nginep di rumah Feby.
Feby dateng dengan bapak tukang becak yang sama, dan turun ditempat yang sama,

"besok jadi kan wi,?" sapa Feby langsung disertai turun dari becak, sambil bersalaman Febi tersenyum dan Dwi menjawab
"pasti lahh,, q udah nyiapin semua barang-barangku"

-kamis. sepulang sekolah

Feby berdiri di depan gazebo, nampak wajah yang begitu ceria menantiq, iya aku gadis yang ia tunggu hahahaha gua ini adalah Dwi yang selalu gembira, sedangkan Feby adalah perempuan yang sangat bisa membuat orang lain bahagia,
dalam benakku terlintas fikiran entah feby ini sedang menutupi kepedihannya yang kemarin dan memasang wajah ceria agar gua tenang dan ikut bahagia, ataukah dia memang benar-benar berbahagia seperti biasanya.

gua samperin Feby dan memberinya kejutan,
"Feb!!, nih coklat buatmu,, ini titipan dari Juna,," yah sekalipun itu coklat bukan dari Juna, gua bilang aja kalo coklat itu dari Juna

"hmmm,,," wajah Feby memerah tersipu malu, dan memberikan senyuman yang begitu ikhlas,,
" trimakasih wi,, sampaikan ke Juna,, coklatnya saya terima dan terima kasih,,"

sambil menunggu becak langganan Feby, kita berdua bercanda tanpa ada keraguan sedikitpun

-diwaktu yang bersamaan, dirumah Feby

bundanya Feby menyiapkan kamar, masakan dan segala persiapan yang munglin dibituhkan oleh Feby,
Feby lahir dari keluarga yang sederhana, biasa dan sangat harmonis, rimah Feby sangat besar, akan tetapi Feby lebih nyaman menempati rumah bagian belakang, rumah yang cenderung lenih kecil, jaaauh lebih kecil,
ibunda Feby menyiapkan kamar di lantai 2, barangkali kita-kita mau main diatas bisa merasakan kenyamanan dan keindahan dimalam hari.
seperti teras beralas rumput didepan kamar lantai 2, tempat ini tertutupi lambaian-lambaian tirai kain putih,

kami tiba dirumah Feby, didepan rumah besar yang memiliki halaman luas,

"Feb, gua,,," gua mau ngomong, belum juga selesai ngomong sudah dipotong
"ssstt!!," tiba-tiba Feby motong ucapanku
"kenapa?" tanyakku ketakutan
" ketika masuk rumah besar ini, sebenarnya rumahku adalah yang nerada dibelakangnya, rumahku sangat kumuh, sangat kecil, kamu masih mau,?" tanya Feby,

nah, ntah kenapa gua jadi tambah bingung dengan keadaanku saat ini, gua melihat rumah ini sepi, dan nampak seperti pembantu rumah tangga dirumah ini sedang menyapu taman,

" jngan gunakan kata gua, gue, elo, dan yang lain-lain ya wi,, kluargaku mungkin kurang begitu suka dengan bahasa kekinian"

kita berdua masuk dan nyamperin ibuk-ibuk yang sedang nyapu, ibuk itu ,emandang kami yg sedang mendekat, dia menghentikan ayunan sapunya,
sejenak gua memandang Feby, lantas Feby menyapanya,
"assalamualaikum buk,," sapa Feby
"waalaikumsalam naak,,"

kami berdua masuk ke rumah yang di sebelah, agak kebelakang sedikit, suasananya sedikit angker seperti ada yang memandangi kami dari lantai dua,

" Feb,, kok perasaanku gak enak,,"
",,oh biasa saja " kata Feby, dan aku percaya begitu saja,
jangan-jangan rumah ini angker

kami pun masuk ke rumah yang sangat nyaman, suasana rumah ini begitu tentran, dan kami langsung menuju kamar Feby,
kamar ini memiliki rasa dan aura yang saaaama persis dengan kamar Juna,

" oh iya Feb, gua,,, eh maksutku aku mau tanya-tanya tentang kamu dan keluargamu boleh kan ya,?" gua yang belum terbiasa menggunakan kata baku seperti gua, lo, mencoba bertanya sebagai awalan kalo gua ingin mencari informasi tentang Feby.

sambil menata tempat tidur dan menata barang bawaanku akupun bertanya mengenai keluarga dan rumahnya

D :" Feb,, kenapa gak nempatin rumah besar itu,,?"
F :" rumah itu adalah peninggalan kakek wi,, dulu ada permasalahn keluarga hingga rumah yang megah ini tidak dioerkenankan untuk di tempati, dan tidak boleh untuk dijual"

jelas Feby dengan poros-poros tertentu hingga aku pun tidak bisa bertanya apa-apa,

D :" terus kenapa keluargamu tidak mencoba saja,?,"
F :" rumah itu seperti berhantu Wi, hanya orang yang bisa mengendalikan orang lainlah yang bisa tinggal di dalamnya,"
D :" apakah itu sudah terbukti,? Feb, bukankah kamu adalah anak yang cerdas,, masihkah percaya kamu dengan hal demikian,?"
F :" sudah terbukti, sebenernya aku juga gak begitu percaya Wi, tapi ini sudah turun temurun, jadi seakan ini sudah menjadi sebuah budaya"
D :" mau menceritakan lebih lanjut,?,," tanyaku dengan penasaran dan benar-benar tertarik,
F :" kapan-kapan saja aku cerita dengan berlahan, kalau sekarang kayaknya belum"

sambil mengeluarkan baju, aku coba merapikan buku-buku, kamera dan peralatan wartawan seperti biasanya,

F :" pengen ngemil apa wi,?"
D :" terserah deh, aku mah semua snack masuk perut,"

Feby turun dan keluar dari rumah, ibu yang tadi sedang menyapu menyuruh Feby keluar mengendarai becak langganannya,
aku pun jalan-jalan di rumah Feby,

datanglah cewek cantik mengenakan topi hitam, rambut terurai dan berkulit jaket,
dia adalah kakak Feby, mungkin aku bisa menyapanya duluan
",,permisi kak, aku Dwi, aku adalah temennya Feby,"

",eh iya, aku marta, adikku sering cerita tentang temen-temennya di sekolahan, termasuk kamu, Dwi, dan juga pacarmu Juna, nampaknya kalian adalah pasangan yang romantis"

hahahaha, aku tertawa dalan hati, Juna itu kakakku, bukan pacar, hahaha, tdak patut di teruskan ini, haruskah aku luruskan, usikku dalam hati,

M :" Wi, ayog ikut ke teras rumah sebelah, jangan kaku gitu,, panggil aja aku marta" aku terdiam dan ngikut aja,

M :" wi,, bawa aja kameramu, aku tau kok, kamu adalah anak yang berbakat dalam media, wartawan dan sebagainya, lantas bawa,en aja deh,,"

lantas Marta bercerita sambil jalan-jalan keliling rumah,
Marta memulai dari rumah dan masa lalu rumah itu,,

Feby belum pernah cerita apa-apa tentang marta, tapi seakan kami berdua sudah sangat kenal,

" marta, maaf memotong omonganmu," aku menyela cerita marta tentang keluarganya,

M :" iya Wi, mau tanya sesuatu,?," marta dengan santai di barengkan dengan senyum yang manis,

D :" apakah kamu juga suka puisi seperti adikmu,?

Marta terdiam dan tidak mau menjawab pertanyaan Dwi, Dwi menunggu jawaban Marta, sedangkan Marta terdiam entah menunggu apa.

sesampai didepan pintu, tiba-tiba marta melihat pintu tua dari rumah itu,,
pandangannya mengarah keatas,,
tangannya terlentang,,,
"nanti malam aja Wi, aku jawab, sekarang ayo kita mandi, dan nyalain lampu"

part ini segini dulu,
mengenai cerita marta tentang masalalu, cerita tentang puisi marta, dan semua tentang Feby, kita bahas di masing-masing chapter

kasih konentar n masukan,,
biar lebih membuat penasaran

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dwi si pena tegakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang