SR 01

39 2 0
                                    


Malam indah berhiaskan rembulan dengan bertabur bintang di langit yang cerah. Tak ada sedikitpun awan yang berani menghalanginya.

Di atap gedung ini perlahan dia menggenggam tanganku dengan wajah tetap menatap langit.

Matanya terpejam, perlahan tanganya direntangkan membuat tanganku yang digengganya ikut terangkat diikuti tanganku satunya lagi. Aku menatap wajahnya dengan lamat yang terlihat menghirup udara di sekitarnya dengan perlahan memenuhi rongga dadanya.

Pandanganku kembali menatap langit dan mengikutinya menutup mata, menarik nafas dalam-dalam. Tubuhku terasa sedikit ringan, kakiku seakan tak menyentuh atap gedung. Disaat membuka mata, aku sangat terkejut menyaksikan tubuhku yang memang tidak menginjak lantai atap. Aku melayang, benarkah ini? Aku bisa terbang? Melihatku terkejut, dia semakin mengeratkan genggamannya dan menyuruhku untuk menikmati keindahan ini.

Kami terbang bebas di langit, menyaksikan indahnya lampu kota dan beribu bintang dilangit yang berkelap kelip mengelilingi bulan yang bersinar terang. Tiba-tiba angin berhembus kencang, menggoyahkan keseimbangan kami hingga tanganku terlepas dari genggamannya. Tubuhku tak dapat menyeimbangkan diri hingga akhirnya meluncur dengan cepat ke bawah hingga akhirnya tubuhku menghantam sesuatu.

Brukkkk...

Disaat aku membuka mata, kepalaku terasa sakit, sepertinya menghantam sesuatu. Apa aku masih hidup? Ataukah ini di dunia lain?

Setelah memperhatikan sekitar ternyata aku berada di bawah tempat tidur. 'Ah ternyata ini hanya mimpi', gumamku.

"Ahhhh,, kepalaku sakit sekali. Ah, pinggangku juga sakit. Kenapa harus jatuh sih?" gerutuku kesal. Ditambah lagi suara dering jam weker yang tak kunjung berhenti.

"Tumben jam segini sudah keluar kamar." Sambutan seseorang yang duduk di sofa menyambutku yang berdiri di pintu kamar, mengumpulkan nyawa yang terasa masih melayang.

"Hmm." Menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Lebih tepatnya beranjak tidur kembali.

"Ya,, kau ini. jangan tidur lagi." Mengoyang goyang tubuhku agar tidak tertidur.

"Hm.."

"Ya,,, ayo bangun. Cepat mandi." Mendapatiku hanya diam saja perempuan ini menjadi kesal. "Ya, bocah ini. Lihat sekarang jam berapa. Cepat mandi sana!" Aku masih diam.

"Ya,,,, ayo mandi....." dengan cepat menarik tubuhku dan memaksaku ke kamar mandi.

"Eonnie, hentikan." Teriakku. Apa dia tidak tahu rasanya ngantuk seperti apa? Kenapa dia mengganggu orang yang ingin tidur?

Bukannya mandi, aku lebih memilih duduk di pinggir bak mandi hingga akhirnya terlelap sejenak sebelum Eonnie menyiramku dengan air.

"Eonnie apa yang kau lakukan?"

"Ya,, kau ini. Di kamar mandipun masih sempat tidur?" ucapnya tak percaya. "Capat mandi, aku menunggumu di meja makan. Jangan lama-lama. Kita ada pekerjaan hari ini. Kau tahu itu kan?" tegasnya.

Tak perlu waktu yang lama untuk mandi dan bersiap-siap, terlebih sudah kena marah Eonnie.

Setelah sarapan, kami berangkat ke studio dengan menggunakan mobil Eonnie.

"Kau yang bawa mobilnya, aku ngantuk." Melemparkan kuncinya kepadaku yang berada di belakangnya. Dengan santai dia berlenggang menuju mobil dan duduk di bangku penumpang di samping bangku pengemudi. Benar saja, selama perjalanan dia tertidur.

"Eonnie kau curang. Kau tadi menyuruhku bangun, tetapi sekarang kau malah asik tidur. Ya,, bangun Eonnie." Sial, tidak ada respon sama sekali. "Eonnie....." seketika itu juga aku menghentika laju mobil dengan cepat yang sontak membuatnya terbangun.

Saranghaeyo HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang