Chapter Five

507 52 19
                                    

Akhirnya aku dan Skandar pun duduk, setelah itu aku memberikan amplop yang berisikan tentang pengumuman itu dan Skandar pun membacanya.

"Mereka tampak bodoh." Ujar Skandar polos setelah membacanya.

"Maksudmu?" Tanyaku.

"Kata-katanya. Ada kesalahan dan mereka tetap menulisnya."

"Itu ciri khas mereka bukan?" Skandar tersenyum.

"Oh ya, Skand. Kau mau pesan apa? Aku traktir." Aku mengedipkan sebelah mataku.

"Tidak, tidak. Aku tidak lapar." Katanya dan mungkin merendah?

"Serius? Kapan lagi Skand, aku meneraktirmu. Jarang-jarang kan aku baik seperti ini."

"Tidak. Sudah, kau makan saja. Oiya, besok ku antar ya." Tawarnya.

Aku mengangguk. Skandar ya ampun, kau sangat baik. Dia sangat peduli dan dialah orang yang paling mengerti tentang aku. Dia selalu mendukungku.

***

Malam ini aku harus packing semua keperluanku untuk di karantina besok. Kupikir, mereka terlalu jahat memberikanku waktu hanya 1 malam saja untuk packing dan mempersiapkan diriku.

Knock knock

Seseorang mengetuk pintu kamarku, dan kupikir dia adalah Dad. Dia membuka pintu dan benar itu adalah Dad.

"Kau sedang apa Chris?" Tanyanya.

Oh ya ampun, aku lupa memberitahu Dad kalau aku lolos audisi.

"Aku lolos audisi Dad, dan besok aku akan masuk babak selanjutnya, karantina." Jelasku

"Oh ya?" Dad memelukku erat dan mencium keningku, dia tampak begitu senang, tapi apa jika dia tau kalau aku menang aku akan ke London dia akan tetap senang? Atau malah kecewa?

Aku meneruskan kembali pekerjaanku, aku membawa beberapa baju, dan keperluanku yang lain. Pukul 9 p.m aku baru menyelesaikan semuanya. Aku harus tidur cepat, agar besok tidak kesingan untuk kesana, dan aku takkan membuat Skandar menunggu.

Esok pagi

Astaga! ini pukul 6.25 pagi dan aku belum bersiap-siap, sedangkan aku harus sampai sana tepat pukul 7, dan jarak tempat itu cukup jauh dari rumahku. Aku segera membersihkan diriku. Aku turun dari kamarku membawa koper dengan sangat tergesa-gesa. Aku sudah menemui Skandar di ruang tamu rumahku, ia sedang mengobrol dengan nenekku.

"Grandmom, kenapa kau tidak membangunkanku? dan dimana Dad?" Tanyaku agak sewot.

"Aku tidak tau jika kau akan berangkat pukul 7, dan Dad mu bilang tadi dia ada pekerjaan mendadak dan dia bilang dia akan merindukanmu selama di karantina." Jelasnya.

"Ya sudah, aku harus berangkat. Ayo Skand!" Aku berlari terburu-buru keluar rumah, belum sampai aku di pintu nenekku memanggilku.

"Chrissy, hati-hati disana dan semoga kau berhasil. Aku akan merindukanmu. Tetap beri kabar, okay?" Aku senyum dan mengangguk, nenekku mencium keningku. Lalu aku pergi.

Di mobil ini tampak sangat sunyi. Skandar serius menyetir dan aku serius memikirkan 'Apa aku akan terlambat' aku terus melihat arloji yang aku kenakan, disana tergambar bahwa waktu telah menunjukkan pukul 6.47 dan perjalanan masih cukup jauh.

"Skand, bisa kau percepat sedikit. Aku tak mau terlambat." Pintaku yang amat gelisah.

"Aku mengerti Chris. Aku akan membawa kesana tepat waktu. Tenanglah." Skandar menyalakan tape di mobilnya dan disitu di perdengarkan lagu Rihanna-California King Bed yang mungkin maksud Skandar untuk sedikit menenangkanku.

I Will Go To LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang