Rose maju dan mengaduk toples yang berisi gulungan nama personel One Direction. Dia mengambil satu gulungan kertas lalu membukanya perlahan.
"Liam" Dia tersenyum menyeriangi ke arah Liam, begitu pun sebaliknya.
Liam dan Rose menempelkan sebelah tangannya masing-masing hingga berbunyi 'prok'.
"Silahkan Emily," Ujar Liam.
Emily pun mengambil satu buah gulungan kertas dan membukannya. Sudah dia membukanya, kini dia membuka mulutnya hingga berbentuk huruf 'O', dan kami semua belum mengetahui nama siapakah yang dia ambil.
"ASTAGA! NIALL! AAA!" Emily menjerit karena terlalu senang karena Niall yang akan menjadi pendampingnya.
"Chrissy. Giliranmu sekarang." Ujar Liam padaku. Aku pun maju dan mengaduk isi toples itu, aku harap aku mendapat pendamping yang setia, eh, maksudku yang asik. Aku sudah mendapatkan satu gulurangan kertas, aku pun membukanya perlahan.
Aku membuka gulungan kertas itu dengan amat hati-hati, aku membukanya dengan memejamkan mataku, saat aku membuka mataku perlahan, di hadapanku kini sudah ada kertas yang bertuliskan nama 'Harry'. Apa?! Harry? Si keriting bawel itu? Aku ingin memasukan kembali kertas ini ke dalam toples dan mencari yang lain.
"Chris, siapa pendampingmu?" Tanya Harry, karena sedari tadi aku masih belum bilang siapa pendampingku.
"kau." Ujaraku dengan sura yang kecil dan tidak jelas.
"Siapa?" Tanya Rose, Emily, Kelly, Laura dan kelima personel One Direction dengan serempak.
"Harry." Jawabku.
"Siapa? Aku?" Harry bertanya lagi.
"Kau, Harry. Kau" Ujarku dengan nada yang agak tinggi.
"Kalian akan menjadi partner yang hebat." Ujar Liam.
Apa-apaan Liam berbicara seperti itu? Mana mungkin aku dan si keriting bawel a.k.a Harry menjadi partner yang hebat? Kenapa aku tidak dengan Niall atau Zayn saja sih? Zayn? Ya, Zayn, kurasa aku menyukainya. Eh, tidak mungkinlah aku menyukainya.
Kini tiba giliran Laura yang mengambil gulungan nama di dalam toples itu.
"Zayn." Dia tersenyum ke arah Zayn dan Zayn pun membalasnya dengan senyuman yang dapat membunuhku saat ini. Kenapa harus Laura yang menjadi pendamping Zayn? Kenapa bukan aku?
Author, kenapa kau jahat sekali menempatkan aku dan Harry sebagai partner? dan membiarkan Zayn menjadi pendamping orang lain? Sakit nya tuh disini /nunjuk hati/ *abaikan aja yang ini*
"Karena semua nya sudah mendapatkan pendamping, kecuali Kelly dan Louis. Jadi, otomatis mereka adalah partner." Ujar Liam. Kelly mengahampiri Louis, juga sebalikanya yang mereka bertepuk dengan kedua tangan dan berkata 'Yaaay'.
***
Kini aku sedang duduk di salah satu aula latihan di tempat karantina, sambil memerhatikan tingkah kelima personel One Direction yang menurutku sangat idiot. Sedangkan Rose, Kelly, Emily dan Laura kini masih membereskan barang-barang mereka, aku sudah selesai.
"Hey Lou! Lempar bolanya kesini!" Teriak Harry kepada Louis yang sedang mengiring bola. Louis membungkuk dan mengambil bola yang tadi ia giring dan melemparkannya ke arah Harry. Harry mengankap bola itu lalu memasukannya ke dalam kaus yang ia pakai lalu berlari ke arah gawang yang di bentuk oleh sepasang sandal yang di jaga oleh Zayn.
"Itu Harry! Ayo kejar dia!" Teriak Niall kepada Liam. Mereka berdua mengejar Harry dan terjadilah aksi kejar-kejaran yang cukup sengit. Harry kini telah sampai di depan gawang, dan aku masih memerhatikan permainan mereka dengan pemikiran belum jelas. Harry melemparkan bola itu dan ... GOALL!!! Lalu Harry mengambil satu buah sandal di arah kanan Zayn lalu melemparkannya ke arah Louis lalu Louis menyusun beberapa sandal hingga berbentuk piramida.
"Yeah! Kami menang!" Teriak Louis, lalu Harry berlari ke arahnya dan menepukkan kedua tangan mereka.
Harry mendekat ke arahku, dan kini duduk tepat di sampingku.
"Permainan apa barusan?" Tanya pada Harry.
"Tidak tau." Jawabnya polos yang kini masih terengah-engah.
"Bagaimana kalian bisa bermain, sedangkan kalian sendiri tidak tau apa yang kalian mainkan?"
"Itu tidak penting. Yang terpenting 'kan, kebersamaan dan keceriaan yang kami lakukan. Benar 'kan, Ms.Costanza?"
"I think so, Mr. Styles."
Ya ampun! Aku hampir lupa menghubungi Grandmom dan Dad. Aku beranjak dari tempat dudukku lalu bergegas ke arah kamar karantina untuk mengambil handphone-ku juga menghubungi Grandmom dan Dad.
"Hey! Kau mau kemana?" Tanya Harry.
"Aku harus memberi kabar pada Grandmom dan Dad. Aku sudah berjanji untuk memberi kabar pada mereka. Tak apa 'kan?"
"Ya, asal kau tidak bertemu dengan orang-orang. Karena kau sedang berada dalam karantina."
Aku pergi meninggalkan Harry.
______________________________________________________________________________
Hallo semuaaa :D makin ancur kan ya? :3
pertama-tama, aku mau minta maaf yang sebesar-besarnya pada kalian para readers karena telah menggantungkan cerita ini begitu lama.
yang kedua, aku bisa jelasin kenapa lama banget post cerita ini, karena tugas yang numpuk dan bukannya ngurang malah makin banyak -_- plus pulsa modem kaga diisi -_- *curcol*
yang ketiga, cerita ini di dedikasikan buat Tante Wawa *eh* yang katanya mau hiatus huaaaa :'''(
kurang dan lebihnya maaf :3 cek mulmed ya ;;)
hope you like it ;)
next or stop?
Hanifahxx
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Go To London
Romance"Aku akan pergi ke London, dengan tidak atau izin dari Dad." -Chrissy Costanza Aku, Chrissy hanyalah gadis New York yang sangat terobsesi dengan kota London, ada suatu hal yang menarikku untuk 'harus' pergi ke London, namun Dad, Ayahku, tidak pernah...