Ini chapter berikutnya,
Happy reading :)
Aku meninggalkan Harry.
Aku berlari menuju kamar karantinaku, disana sudah ada Emily, Kelly, Laura dan Rose yang sedang berbincang-bincang entah mengenai apa. Aku menuju tempat tidurku yang berada paling pojok dalam barisan kamar itu. Aku mengambil ponselku dan seperti yang ku bilang tadi pada Harry, aku maenelfon Grandmom dan Dad.
Ku tekan angka 1 di panggilan cepat untuk menelfon Dad. Dad menyuruhku menaruh nomornya di panggilan cepat nomor 1, agar sewaktu-waktu ada yang genting aku langsung menghubungi Dad.
Hallo, Dad
(Hey Chris, bagaimana disana? kau baik-baik saja bukan?)
Tentu saja. Aku baik-baik saja kok. Jadi Dad tidak perlu khawatir
(Yasudah, jaga dirimu baik-baik ya, dan jangan lupa hubungi Dad minimal 3 kali sehari)
Yampun, sudah seperti orang minum obat saja. Dad, sekarang aku sedang berada dalam karantina, aku tidak boleh terlalu sering menghubungi orang luar
(Hm ... baiklah, ingat! Jaga dirimu baik-baik ya)
Ya, bye Dad
Terputus.
Dad selalu mencemaskan keadaanku. Maklum saja, karena selama ini Dad yang telah membesarkanku dan merawatku seorang diri walaupun terkadang dapat bantuan dari Grandmom.
"Itu ayahmu, Chris?" Tanya Rose. Aku mengangguk.
"Enak sekali kau mempunyai ayah yang sangat perhatian, tidak sepertiku. Ayahku selalu saja sibuk dengan pekerjaannya dan telfon dari ponselnya saja." Ujar Emily.
"Ya, aku bersyukur telah mendapatkan ayah seperti dia. Walaupun kadang aku sempat membencinya." kataku sambil tersenyum simpul.
"Kau bukan directioner ya?" tanya Kelly kali ini.
"Tidak. Tapi aku juga tidak membenci mereka kok." Tuturku. "Kalian semua adalah fans nya?" tanyaku.
"Tentu saja." jawab mereka semua serempak.
"Apa yang membuat kalian sangat mencintai idola kalian."
"Karena tampan" tutur Emily
"Suara mereka sangat bagus" tutur Rose
"Tingkah mereka yang selalu membuat orang tertawa" tutur Laura
"absolutely incredible" tutur Kelly lalu dilanjutkan tawanya dan kami semua pun ikut tertawa.
***
Setelah berbincang-bincang semalam dengan Emily, Kelly, Rose dan Laura. Sekarang aku sudah siap dengan t-shirt hitam panjang dengan sedikit pernak-pernik yang menaburinya juga jeans selututku.
Hari ini Tante Jessy, yang mengatur jalannya karantina ini, sudah menyuruh kami semua untuk latihan vokal bersama One Direction. Di atas panggung sudah terlihat para personel One Direction sedang asyik tes vokal disana, Niall yang sedang memainkan gitarnya yang diganggu oleh Louis, ada Zayn yang sedang mengetuk-ngetuk mic-nya, ada Liam yang sedang asyik berputar-putar yang entah utuk apa, dan Harry? oh tidak, pedamping keriting bawelku itu kemana? Kenapa dia tidak ada di sana?
"Ayo kalian berkumpul bersama pendamping kalian masing-masing" Suruh Tante Jessy. Lalu Kelly, Rose, Laura dan Emily pun menghampiri pendamping mereka masing-masing.
"Maaf Tante, tapi partner-ku, Harry, belum ada" kataku.
"Oiyaya, dimana Harry? Apa ada yang melihatnya?" Tanya Tante Jessy. Yang lain hanya menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Go To London
Romance"Aku akan pergi ke London, dengan tidak atau izin dari Dad." -Chrissy Costanza Aku, Chrissy hanyalah gadis New York yang sangat terobsesi dengan kota London, ada suatu hal yang menarikku untuk 'harus' pergi ke London, namun Dad, Ayahku, tidak pernah...