bagian 7

34 4 0
                                    

Jangan lupa ya? Vote and coment. Sekalian minta saran juga ya?
_________________________________________

Kalo gue khawatir salah gak sih?
Adik mana sih yang nggak khawatir
Melihat kondisi kakaknya seperti itu?
Stevani Azzahra

Vani berjalan memasuki pagar rumahnya. Dia benar² gak nyangka kalo Defrin tidak membelikannya boneka doraemon kesayangannya. Terlalu capek dan letih dengan jalan² yang tidak berfaedah seperti tadi. Terlebih anak itu hanya berkutat dengan ponselnya. Cowok macam apa yang mengajak jalan cewek dan dia sibuk dengan ponselnya sendiri? Bahkan dia tidak menyadari bahwa Vani benar² kesal dibuatnya.

"Van" panggil Defrin pada Vani yang mulai masuk ke pekarangan rumahnya.
"Hmm" jawab Vani ogah² an.
"Besok jalan² lagi yuk?" Ajak Defrin pada Vani.
"Nggak ah, capek lagian lo cuma bawa gue puter² mall doang. Gak asik" tambah Vani yang jengkel.
"Yaudah kalo gitu" jawab Defrin tidak mengerti.
"Hmm" jawab Vani tidak mau menerusi urusannya.
"Yaudah gue pulang dulu ya, assalamualaikum. Jangan kangen" pamit Defrin dengan seringai jahil nya.
"Walaikumsalam, gak bakal" jawab Vani cepat. Lalu berjalan masuk ke rumahnya. Kemudian Defrin sudah tidak ada disana.

***
"Biar gue yang ambil" ucap Vani pada Stevan yang berusaha berjalan ke meja tv di depannya untuk mengambil air minum.
"Hmm" jawab Stevan. "Udah jalan² nya?" Tanya Stevan dan membuat Vani cemberut. "Kenapa? Kok malah cemberut?" Tanya Stevan lagi karena perubahan mimik wajah Vani.
"Kesel, habisnya dia nggak peka. Masa Vani minta beliin boneka aja nggak mampu. Terus dia cuma sibuk sama hp nya, sebel banget" jawab Vani yang mengeluarkan unek² nya.
"Ohh gitu. Mulai sekarang kalo menurut gue lo gak boleh minta apa² sama dia. Kan gak baik, ntar dikira matre lagi. Kita emang bukan orang berada tapi jangan minta juga ya?.  Kalo dikasih sih gak apa²" jawab Stevan dan menasehati adiknya itu. Lalu meneguk air yang sudah ada ditangannya.
"Iya bang nggak lagi dehk" jawab Vani lalu menyengir menyesali perbuatannya tadi.
Stevan tersenyum penuh arti pada adiknya itu. Udah berapa lama dia dan Vani tidak berbincang seperti ini?. Ini bener² moment yang langka bagi keduanya. Apalagi mereka selalu saja bertengkar hanya gara² hal sepele.
"Bang, kaki lo masih sakit ya? Gue sedih deh, pasti sakit banget tuh. Kalo bisa gue mau gantiin posisi lo sekarang" ucap Vani yang telah duduk disamping Stevan dengan wajah yang sendu.
"Gak usah mau. Lo gak bakal kuat, lagian emang ini harusnya gue yang tanggung" jawab Stevan dengan datar.
"Gue mau nanya boleh?" Tanya Vani dengan hati².
"Hmm, tanya aja" jawab Stevan ramah.
"Lo habis dari mana? Pas waktu kecelakaan itu?" Tanya Vani dengan nada yang menelusuri.
"Ohh itu gue habis kerja kelompok" alibi Stevan, hanya dia dan tuhan yang tau dia habis darimana. Dia waktu itu bener² emosi lalu dia tabrakan dengan sebuah sepeda motor yang hendak menyebrang. Stevan ingin menghindar namun  sia² karena udah beradu antara dua motor matic itu.
"Ohh gitu, kebiasaan ya kalo pulang pasti lama" jawab Vani.
"Iya" jawab Stevan biasa saja. Jika dia mengatakan hal yang sebenarnya mungkin sang adik akan merasa khawatir. Apalagi dia sekarang tau jika adiknya sebenarnya tidak membencinya. Namun dia memang kecewa dengan perlakuan bunda yang membedakan keduanya.

***

"Kak jangan tinggalin gue, gue sayang sama lo. Lo gak bisa seenaknya ninggalin gue sendirian. Gue sayang sama lo" teriak Vani mengigau. "Kak gue mohon, jangan tinggalin gue. Gue sayang sama lo kak. Gue gak bisa hidup sendirian tanpa lo" tambah Vani dengan air mata yang mengalir di setiap sudut matanya. Kemudian Vani terbangun dengan hati yang berdegup kencang. Ternyata mimpi buruk. Vani melihat jam yang tertera di dinding kamarnya menunjukan pukul 11 malam. Dia beralih dari kasurnya dan mengusap air mata yang sudah keluar. Dia berjalan menuju dapur. Vani mengambil botol minuman di dalam lemari es nya. Lalu menuangkan kedalam gelas.
Vani sudah cukup tenang. Dia melirik ke arah kamar Stevan. Dia menghampiri kamar kakaknya, dan berhenti diambang pintu. Melihat kakaknya yang sedang menunduk sambil mengeluarkan air mata. Walaupun ditahannya namun keluar juga. Vani mengintip dari luar kamar yang pintunya belum tertutup rapat. Kamar mereka bersebelahan jadi ya wajar saja kalo suara Vani terdengar ke kamar kakaknya. Ternyata dari tadi Stevan tidak tidur, dan mendengar Vani mengigau. Seperti sengatan yang cukup membuatnya tertegun. Stevan tertunduk setelah mendengar adik nya berteriak, mungkin dia mengigau. Dan benar saja dugaannya, karena tidak ada lagi kata-kata yang lain.
Vani menatap dalam diam. Dia sungguh tidak percaya dengan ini. Kakaknya menangis dalam diam. Vani merasa khawatir. Sebenci-bencinya dia sama Stevan tapi dia masih memiliki rasa kasih sayang untuk kakaknya itu. Vani mengakui keteguhan hati sang kakak. Bahkan kata ayahnya dia tidak cengeng dari kecil. Stevan kecil juga selalu tegar, walaupun dia merasa kesakitan saat terjatuh dari sepeda ketika belajar mengendarai sepeda. 
"Gue juga sayang sama lo van. Coba aja bunda sama ayah nggak suka bedain diantara kita, mungkin kita akan menjadi sepasang adik dan kakak yang baik dan selalu bersama tanpa ada kebencian diantara kita" lirih Stevan namun terdengar jelas oleh Vani. Tengah malam seperti ini memudahkannya untuk mendengar kan curahan hati kakaknya.
"Gue khawatir sama lo, anjing Diza mengelabui gue dan ngelibatin lo van" ucap Stevan dengan emosi tertahan. Vani tertegun dengan ucapan kakaknya. Dia menyebutkan nama orang yang pernah mengisi hatinya. Orang yang menyia-nyiakan kasih sayangnya. Dan lebih parahnya, dia hanya memanfaatkan Vani . Vani tertegun sebentar mencerna baik-baik perkataan kakaknya.
Gue lebih khawatir sama lo kak, lo se sekolah sama dia. Dia bisa berbuat apapun demi membuat lo tersiksa. Batin Vani berbicara. Dia menyesali perbuatannya setahun yang lalu. Saat dimana dia mengenal cinta. Dan dia jatuh hati pada orang yang salah. Ternyata orang itu hanya mempermainkan hatinya demi balas dendam kepada sang kakak. Dulu saat Vani dibutakan dengan cinta dia sangat benci pada kakaknya.
Dia menyesali itu. Menyesali perbuatannya yang mengabaikan nasehat sang kakak waktu itu.
_

________________________________________

Maaf ya kebanyakan paragrafnya😬 soalnya gregett belum dapet titik terang😁 maklum aja ya kakak² tercintaa..
Butuh saran nih!! Koment ya? See you next time

20 nov 2018

DefrinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang