03. Hari yang sial dengan cowok sialan

178 19 5
                                    

"Jangan menaruh harapan hanya
karena diperlakukan lebih."

•••

Di sebuah perumahan yang berukuran tak besar dan tak kecil itu ditempati oleh Melody dan Bunda nya. Seorang perempuan paruh baya yang berusia kurang lebih empat puluh lima tahun. Ayah Melody sudah meninggal sejak Melody duduk di bangku SMP. Ayah nya korban dari jatuh nya pesawat yang jasad nya tidak ditemukan.

Tok .. Tok .. Tok ..

"Mel, bangun udah jam enam." ucap Rana. Bunda dari Melody.

Suara ketukan pintu dari arah luar itu membuat Melody terbangun dari mimpi indah nya. Melody menerjapkan mata nya, menatap ke sana dan ke mari.

Melody bangkit dari kasur dan berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu kamar nya.

"Sana cepetan mandi, siap-siap. Bunda udah buatin opor ayam kesukaan kamu." ucap Rana.

"Makasih ya, bun." jawab Melody.

"Ya udah, bunda tunggu di meja makan ya." ucap Rana sambil mengelus puncak kepala Melody.

Melody tersenyum lalu menganggukkan kepala. Gadis itu berjalan keluar kamar untuk pergu ke kamar mandi dan mengguyur badan nya.

Setelah beberapa menit. Melody mengganti pakaian nya dengan seragam sekolah. Gadis itu duduk di depan cermin kamar nya. Mengolesi lipbalm tipis-tipis, serta menyemprotkan parfum andalannya. Setelah di rasa selesai, Melody keluar dari kamar untuk menemui Rana di meja makan.

"Wahh, enak banget bau nya. Pasti enak masakan bunda nya Melody." ucap Melody.

"Emang pernah bunda masak nggak enak, Mel?" tanya Rana iseng.

"Nggak dong. Masakan bunda paling enak sedunia, nggak ada yang bisa ngalahin enaknya masakan seorang ibu." jawab Melody sambil memeluk tubuh Rana dari belakang.

Melody terdiam saat menyadari tubuh Rana yang semakin hari semakin kurus. Ada rasa yang sesak sebenarnya di hati Melody saat mengetahui jika bunda nya di vonis kanker otak.

"Bunda, badan bunda kurusan ya?" tanya Melody.

"Masa, Mel? Bunda belum sempat menimbang lagi soalnya." jawab Rana.

"Bunda makan yang banyak supaya gemuk lagi. Supaya cepat sehat juga, bunda." ucap Melody.

Tangan Rana beralih mengelus lengan Melody yang masih melingkar di perut nya. "Iya, Mel. Yaudah sekarang kamu sarapan dulu,"

"Oke bunda," jawab Melody.

Sekitar sepuluh menit lamanya. Akhirnya Melody sudah selesai menghabiskan sarapan nya pagi ini. Melody berpamitan dengan Rana untuk pergi berangkat sekolah. Jarak ke sekolah sebenarnya tak terlalu jauh, tapi Melody harus berangkat lebih pagi karena harus berjalan kaki sampai depan gang untuk menunggu angkot lewat.

Melody melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan pukul 06.45 tapi angkot langganan nya tak kunjung datang. Sedari tadi Melody sangat uring-uringan tak jelas, Melody sangat khawatir jika ia akan terlambat dan gerbang sekolah sudah di tutup.

Narcissistic Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang