48. dirinya

4 1 0
                                    

Dia manis dengan senyumnya. Sampai bisa membuatku gila.

Dia sederhana dengan tatapan mata sipitnya. Sampai sanggup membuatku kian merasa salah tingkah serta malu.

Dia selalu apa adanya dalam bersikap. Tak pernah berbohong hanya agar ditatap.

Dia adalah suatu alasan mengapa aku masih sendiri. Menunggunya adalah hal yang aku lakukan.

Walaupun, aku tidak tahu. Apakah aku pernah dianggap sebagai rumah untuknya?

Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang