49. Sadar diri

4 1 0
                                    

Memang seharusnya dari awal aku sadar diri.
Aku hanya sebagai seorang pengganti sementara disaat dia pergi.

Tapi aku sudah terlalu nyaman disini dan aku berharap untuk tetap berada disini.

Tapi kenyataan tetaplah kenyataan.
Saat dia kembali, aku tersingkirkan.

Tak dapat tempat.
Tak dapat ruang.
Tak dapat bersama lagi.

Lalu aku perlahan mulai mencoba untuk mengikhlaskan semuanya.

Mencoba untuk tetap menahan air mata yang dalam sekejap bisa runtuh.

Aku tak bisa berbanyak bicara, karena itu bisa membuat air mata yang kutahan runtuh seketika.

Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang