Terus menerus memikiran seseorang, apakah itu hal yang salah?
_____________________________Apa ini namanya cinta pada pandangan pertama bagi Nadine??
"Nad, lo dengerin cerita gua ga sih dari tadi?" Sella membuyarkan lamuna Nadine.
"Hah? Ah iya denger ko,"
"Lo lagi lamunin apa sih? Jangan bilang lo lagi lamunin Alan ya???" Canda Sella.
"Hah? Ya engga laah ngapain gua lamunin orang yang belom gua kenal," Ujar Nadine.
"Belom? Berarti mau dongggg haha,"
"Gajelas dasarr,"
"Nad, pulang temenin gua ke toko buku yuk, mau beli buku tentang gizi , ada tugas soalnya," pinta Sella.
"Okke lah,".
~~~~~~Sekarang sudah waktunya pulang, pelajaran hari ini sangat menarik bagi Nadine. Karena ia bisa mempelajari tentang bagaimana menilai seseorang yang sedang berbohong.
Nadine telah menunggu Sella di Koridor kampus selama 45 menit. Namun, batang hidupnya pun belum terlihat sama sekali.
Ia mencoba untuk menelepon Sella, apa daya batre handphone Nadine habis. Tak memungkinkan untuk menelepon Sella.Tepat saat Nadine membutuhkan bantuan, Kevin lewat didepannya. Sontak Nadine memanggilnya.
"Kevin,"
Ia menoleh ke arah Nadine. Tanpa suara tanpa kata, benar-benar dingin."Ah, gua boleh pinjem hp lo gak?". Tanya Nadine ragu-ragu.
"Buat apa?" Singkatnya.
"Gua mau telpon temen gua, tapi hp gua mati."Tak ada balasan dari Kevin, namun ia langsung memberikan handphone nya. Nadine tersenyum dan segera menelpon sahabat karibnya itu yang tak kunjung datang.
"Sella, lo dimana?" Tanya Nadine ketika telpon telah terhubung ke nomor Sella.
"Sorry banget Nad, gua mendadak ada urusan , gajadi ke toko buku.sorry banget yaa, gua duluan byee."
Sella langsung menutup telponnya tanpa memberikan Nadine kesempatan untuk bicara lagi. Nadine segera mengembalikan handphone nya kepada Kevin.
"Thanks ya Vin," ujar Nadine
"Langit mendung mau hujan, lo balik sama siapa?" Tanya Kevin dengan nada datar dan muka flat nya.
"Ah gua? Hmm mungkin naik bus," jawabnyaRintikkan hujan mulai turun, langit menggelap dan udara semakin dingin. Tanpa berkata-kata Kevin langsung menarik tangan Nadine menuju mobilnya.
"Balik sama gua aja, udah hujan."
Nadine terpaku dengan kata-kata Kevin barusan. Rasa tak percaya dan senang karna bisa pulang bersama kevin bercampur menjadi satu.
Nadine berhenti sejenak, "Eh? Gapapa nih?,"
"Udah gosa banyak nanya."Nadine tak bisa berkata-kata lagi. Ia segera mengikuti Kevin menuju mobilnya. Rasa canggung menemani mereka berdua, tak ada sepatah kata keluar dari mulut Nadine maupum Kevin. Sunyi, sepi, hanya terdengar suara rintikan hujan dari atap mobil.
"Rumah lo dimana?"
Suara Kevin membuyarkan Nadine yang tengah melamun melihat langit.
Nadine pun menjawab "Ah, rumah gua ga jauh dari sini ko, lo bisa turunin gua disini, Vin."
"Gua anterin lo sampe rumah. Lo buta? Hujan masih deres gini." Oceh Kevin.
'Busetdah ni cowo elpiji(gas) banget :(. Bener kata Sella , dingin kea es batu.'
"Rumah gua yang itu, cat warna biru muda." Nadine menunjuk salah satu rumah bernuansa biru muda yang terlihat alami.
Tak ada balasan dari Kevin, setelah sampai, Nadine pun turun dari mobil . Ketika ia ingin berterima kasih, Kevin sudah langsung pergi tanpa mengeluarkan kata apapun.
"Vin..- " Tak sempat terucap.
'Bener-bener ya tu cowo, gua pengen bilang makasih padahal. Ah besok aja lah di Kampus".
Nadine pun masuk kedalam rumah, merebahkan tubuhnya yang tampak sangat lelah. Suara hujan mengiringi sepi nya rumah Nadine. Iya, orang tua Nadine kerja diluar kota selama 2 tahun kedepan. Dan Nadine harus tinggal berdua dengan bibi nya.
Setelah cukup merebahkan diri, dan mandi membersihkan diri, Nadine turun dari kamarnya, "Bi, ada makanan engga?"
"Ada non, non mau makan ?" Bibi menjawab dengan lembut.
"Bibi udah makan? Kalo belom ayo bi kita makan bareng," senyuman Khas Nadine tampak muncul di mulutnya.
"Belum non, bibi bisa nanti.. non dulu saja makan,"
"Ga bii, ayoo kita makan barengg bii," rengek Nadine.Bibi pun tersenyum melihat Non nya yang sangat menggemaskan. Mereka berdua makan bersama diselingi canda tawa. Nadine memang orang yang sangat ramah, dia tak melihat siapapun orang itu, dia akan terap bersikap rendah hati.
Seusai makan, Nadine naik ke lantai atas tempat kamarnya berada. Gadis cantik itu lantas menyalakan handphone nya.
Sella ❤️ :25 missed call
25 panggilan tak terjawab dari Sella cukup membuat kaget Nadine. Ia pun segera menelpon Sella untuk mencari tahu apa yang ingin Sella katakan.
Tutt.. tuttt.. tutt..
Sella tak menjawab panggilan dari Nadine. Rasa cemas mengandrungi hati Nadine. Bagaimana tidak? Ia tidak bisa menghubungi sahabat karibnya itu. Ia berniat untuk pergi ke rumah Sella, namun tiba-tiba hp Nadine berdering dan tertulis nama ' Sella ❤️'. Nadine segera mengangkat telpon itu.
"Sella!! Apa yang terjadi? Ada apa?!!"
"Nad, lo kenapa? Ko panik gitu? Gua ga kenapa-kenapa."
"Terus kenapa nelpon gua sampe banyak gitu? Gua telpon balik juga lo ga angkat, gua khawatir tau!"
"Gua cuma mau nanya, lo tadi balik sama Kevin?? Demi apa sih Nad. Dia kan orangnya cuek banget ko lo bisa pulang bareng dia?!"
"Itu, tadi kan gua telpon lo dari hp Kevin, ga lama dari situ tiba-tiba hujan deras banget, terus Kevin langsung narik tangan gua gitu aja . Katanya dia mau anterin gua balik."
"Demi apa Nad?? Dia yang ajakin lo balik? Gila gila sahabat gua yang satu ini bisa bikin cowo sedingin Kevin anterin lo balik. Ehh gua matiin dulu ya telponnya, mama gua dateng.. byee Nad see yaa.."
Sella menutup sambungan telpon antara mereka berdua. Nadine pun sudah tenang karna tahu kalau sahabatnya itu baik-baik saja.
Tiba-Tiba Nadine teringat akan hal tadi, Menurutnya Kevin sebenarnya tidak secuek itu. Dia bahkan berniat untuk mengantarkan Nadine pulang sampai di rumah. Mungkin dari luar Kevin memang terlihat dingin dan cuek. Tapi, Nadine yakin kalau sebenarnya Kevin adalah orang yang baik.
.........
*tbc
.........Waduh Ternyata Nadine bisa ngebuat Kevin yang dingin anterin dia pulang? Ada apa nih???
Ikutinn terus yokk!! Jangan bosen yaa bakal ada kejadian- kejadian lainnyaa!!
DON'T FORGET TO VOMMENT!!
KAMU SEDANG MEMBACA
-Nadine
RomanceKetika Hati yang sudah lama tertutup, kini harus terbuka kembali atas kehadirannya yang telah lama hilang. Ada hati baru yang ingin memperbaiki hatinya. Lantas haruskah kembali ke masa lalu? Atau mengikuti jejak masa depan?